Arkendra Zivan Mahendra seorang laki-laki yang berhati dingin dan terkenal dengan sikapnya yang anti perempuan. Bukan tanpa alasan laki-laki sukses dan kaya raya itu di juluki anti perempuan. Hal itu karena di masalalu, dia pernah di kecewakan oleh seorang perempuan yang berstatus calon istrinya.
Di hari pernikahan Kendra harus menelan pil pahit jika calon istrinya memilih meninggalkan dirinya dengan pria lain. Hal itu menjadikan Kendra trauma akan pernikahan dan malas berdekatan dengan perempuan.
Sampai di mana dia bertemu dengan seorang seorang perempuan yang menarik hatinya. Siapakah perempuan yang berhasil membuat Kendra berani untuk mengambil hatinya?
ikuti kisahnya ...
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Arum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Kendra
Setelah pemakaman, Dania sudah tak bisa lagi menahan tubuhnya dan seketika tak sadarkan diri dalam pelukan Kendra.
Kendra yang melihat kejadian itu pun langsung meraih tubuh Dania dan menggendong nya ke mobil milik nya.
Di bantu oleh Lela dan dua orang tetangga,mereka berusaha untuk menyadarkan Dania.
"Nia, bangun sayang...kamu anak hebat, kuat ya sayang.." Lela benar-benar tak tega melihat keterpurukan keponakannya itu.
Lagi-lagi Dania harus merasakan kehilangan. Kendra menatap Dania dengan perasaan cemas.
Eeaagghh..
Terdengar sebuah lenguhan membuat Lela dan yang lain merasa lega karena akhirnya Dania siuman.
"Dania, heiii...ini budhe..kamu kuat nak.."
Dania yang baru tersadar pun langsung menghambur memeluk tubuh Lela.
"Budhe, ibu sudah ninggalin Nia..sekarang Nia nggak punya siapa-siapa." Dania menangis terisak kala dirinya mengatakan jika dia tak punya siapa-siapa.
"Jangan ngomong begitu Nia, budhe masih ada. Ada Pakdhe juga sama sepupu-sepupu kamu. Jangan sedih ya nak, kamu harus bangkit dan meneruskan perjalanan hidupmu dengan baik." Lela mengusap punggung Nia dengan lembut.
Rasanya tak bisa di pungkiri jika rasa kehilangan itu pasti ada. Lal juga merasakan hal yang sama seperti Dania. Bagaimana Lela dan Kartika hidup bersama dengan perjalanan yang tak mudah sedari kecil. Kartika adalah adik satu-satunya Lela. Bahkan dia masih merasa bersalah karena Tan bisa membantu banyak adiknya itu.
"Nia, minum dulu..dari tadi kamu nggak makan apa-apa bahkan minum juga nggak." Tiba-tiba saja Kendra menyodorkan sebotol air mineral ke arah Dania.
Dania yang melihat Kendra masih ada, dia merasa terkejut. Dania bukannya menerima botol yang di pegang Kendra, gadis itu baru sadar jika dia sedang berada di dalam mobil milik Kendra.
"Terimakasih tuan, maaf merepotkan tuan." bukan Dania yang mengatakan itu, tapi Lela .
Lela juga baru ingat kalau Kendra selaku bos Dania yang begitu cekatan dan juga sesekali memberikan arahan kepada orang-orang untuk kelancaran proses pemakaman ibu dari Dania.
"Minum dulu Ni.." Lela menyodorkan botol air itu ke hadapan Nia.
Dania pun menenggak minuman itu hampir habis. "Tuan masih disini, memangnya nggak ke kantor?"
"Gimana saya bisa tenang kalau lihat kamu seperti ini. Sebaiknya kita pulang. Kalau mau kemakam lagi, sebaiknya besok pagi. Seperti nya mau turun hujan." Dania memperhatikan Kendra yang terlihat tak rapih lagi seperti awal dia lihat.
Dania pun mengangguk setuju untuk kembali ke rumah.
Sampai di depan gang, Kendra pun dengan sigap membantu memapah tubuh Dania yang masih terlihat lemah.
"Aku gendong ya..?"
"Nggak usah tuan, nanti bisa jadi omongan orang."
Mereka bicara dengan jarak yang begitu dekat. Bahkan mereka bisa merasakan hembusan nafas mereka.
Sampai di rumah, Kendra yang akan menjauh dari Dania tiba-tiba saja menghentikan pergerakan nya saat Dania menahan lengannya.
"Sebaiknya tuan bersihkan diri dulu. Habis itu makan, sedari tadi tuan belum makan kan?"
Kendra menekuk lutut nya di depan Dania. "Saya tahu kamu masih sedih karena kehilangan ibu kamu. Tapi, kehidupan ini terus berjalan. Takdir tidak akan bisa di tolak. Kematian itu pasti. Baiklah saya akan makan disini dengan catatan kamu juga makan. Saya yakin kamu sedari semalam belum menyentuh apapun makanan bahkan minum pun baru tadi kan? Jangan lupa kamu harus sehat.Kalau kamu terpuruk yang ada ibumu akan sedih."
Dania mengangguk dan tersenyum tipis. Akhirnya Dania pun mengantar Kendra untuk bebersih di kamar mandi yang ada di rumahnya.
Budhe Lela memperhatikan interaksi Dania dan Kendra yang terlihat begitu akrab. Entah kenapa Lela merasa Kendra begitu perhatian pada Dania.
Tak berapa lama Kendra keluar dari kamar mandi dengan tampilan yang lebih fresh. Terlihat laki-laki itu menggunakan kaos polos yang memang buat dalaman bajunya.
"Tuan, celananya kotor. Pasti gara-gara ikut ke bawah tadi."
" Nggak apa-apa, di mobil ada kok gantinya."
"Mau saya ambilkan tuan?" Kendra menggelengkan kepalanya menolak tawaran Dania.
" Nia, ajak tuan Kendra makan ya...sekalian sama kamu." Budhe Lela yang melihat Kendra sudah selesai membersihkan diri, langsung meminta Dania mengajak majikannya itu untuk makan.
"Iya budhe.Mari tuan.." Kendra mengangguk.
Mereka pun duduk lesehan dengan menikmati menu sederhana. Walaupun tak selera makan, Dania pun memaksakan dirinya untuk makan. Apalagi mendengar ancaman dari Kendra yang pastinya tak main-main.
...----------------...
Seminggu berlalu, Kendra yang baru saja pulang dari perjalanan bisnisnya langsung menuju ke rumah Dania.
Entah mengapa Kendra memikirkan gadis itu. Apalagi terakhir dia bertemu dengan Dania, terlihat masih begitu terpukul dengan kepergian sang ibu.
"Assalamualaikum.."
"Wa'alaikum salam, tuan muda!"
Dania terlihat terkejut saat melihat sosok Kendra sudah ada di depan kontrakan Lela.
"Saya tadi ke kontrakan kamu. Kata tetangga sebelah rumah, katanya kamu pindah ke rumah budhe kamu. Makanya saya kesini."
"Iya tuan, budhe minta saya tinggal di sini bareng mereka. Mungkin karena khawatir dengan keadaan saya. Makanya saya pindah kesini. Masuk tuan.."
"Disini saja, saya mau bicara sama kamu. Duduklah.." Dania melihat ekspresi wajah Kendra yang terlihat serius saat bicara.
"Ada apa tuan, apa ada masalah? Apa nyonya Yunita meminta tuan buat pecat saya?" Kendra menggelengkan kepalanya.
"Nia, di rumah ini ada berapa orang?" Dania mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan Kendra.
"Kenapa memang tuan. Disini ada empat orang. Lima orang dengan saya."
"Apa nggak sebaiknya kamu tinggal di mansion saja. Lagi pula waktunya lebih fleksibel. Saya juga sekarang lebih sering lembur, mau minta tolong bi Sumi buat ini itu rasanya saya kasihan lihatnya. Kalau kamu pastinya akan standby di mansion. Nanti kamu bisa tinggal di mansion utama." Dania mendengar penjelasan Kendra tak langsung menjawab. Dia tak enak hati karena sudah berhari-hari pula dia nggak masuk kerja.
Sebenarnya dia tak bekerja pun atas kebijakan Yunita yang tahu kondisi Dania setelah kepergian sang ibu. Yunita dan keluarga nya pun tak lupa menyempatkan diri berkunjung ke kontrakan Dania untuk sekedar menyampaikan bela sungkawa. Dania pun tahu jika Kendra sedang ada perjalanan bisnis maka dari itu, Yunita meminta Dania untuk rehat selama sampai peringatan hari ke tujuh ibu Dania meninggal.
"Tapi tuan, rasanya lancang jika saya tinggal di sana. Bagiamana nanti sama tuan juga nyonya. Apa mereka setuju?"
" Mereka psti setuju. Semua juga demi efisiensi kerja kamu. Bagaimana, kalau mau..sekarang kamu packing baju kamu, setelah tahlilan nanti, kita langsung pulang ke mansion."
Dania pun meminta waktu untuk bicara pelan-pelan pada budhenya dan juga pakdhe nya. Mereka pun paham akan kerja Dania. Mereka menitipkan Dania pad Kendra. Meminta Dania tak lupa akan mereka keluarganya yang masih ada.
Dania pun berjanji kalau ada waktu senggang akan mengunjungi mereka.
Bersambung
Tunduk deh...