30 Tahun belum menikah!
Apakah itu merupakan dosa dan aib besar, siapa juga yang tidak menginginkan untuk menikah.
Nafisha gadis berusia 30 tahun yang sangat beruntung dalam karir, tetapi percintaannya tidak seberuntung karirnya. Usianya yang sudah matang membuat keluarganya khawatir dan kerap kali menjodohkannya. Seperti dikejar usia dan tidak peduli bagaimana perasaan Nafisha yang terkadang orang-orang yang dikenalkan keluarganya kepadanya tidak sesuai dengan apa yang dia mau.
Nafisha harus menjalani hari-harinya dalam tekanan keluarga yang membuatnya tidak nyaman di rumah yang seharusnya menjadi tempat pulangnya setelah kesibukannya di kantor. Belum lagi Nafisha juga mendapat guntingan dari saudara-saudara sepupunya.
Bagaimana Nafisha menjalani semua ini? apakah dia harus menyerah dan menerima perjodohan dari orang tuanya walau laki-laki itu tidak sesuai dengan kriterianya?"
Atau tetap percaya pada sang pencipta bahwa dia akan menemukan jodohnya secepatnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11 Sudah Posesif
"Permisi!" pelayan Restaurant tiba-tiba datang menghidangkan makanan.
"Silahkan dinikmati," ucap pelayan tersebut langsung meninggalkan kedua orang itu.
"Pak, saya tidak pesan makanan," ucap Nafisha.
"Saya juga tidak memesan sebanyak ini untuk diri saya, saat kamu ketoilet tadi, saya memesankan, saya tidak menunggu kamu," jawab Arthur yang ternyata sebelumnya sudah memesankan makanan untuk Nafisha.
"Makanlah..." titah Arthur membuat Nafisha menganggukkan kepala.
Setelah keduanya membicarakan dokumen dan Nafisha juga mendapat kesempatan dari atasan yaitu akhirnya sekarang mereka makan bersama dan tanpa ada obrolan.
Sebagian karyawan Nafisha memang orang yang tidak bisa caper dengan atasan dan apalagi harus sok-sok akrab dengan membuka obrolan.
Dia anaknya memang selalu profesional dalam pekerjaan dan selalu bersih dalam pekerjaan yang tidak pernah cari muka dengan atasan untuk mendapatkan jabatan tinggi.
Terbukti saat makan bersama atasannya dia hanya diam saja dan hanya akan berbicara jika ditanya dan memang sedikit akward, tetapi Nafisha adalah orang seperti itu.
Ting.
Nafisha melihat ponselnya saat masuk notif pesan.
..."Lembur dengan makan bersama laki-laki lain di tengah calon suami kamu sibuk mempersiapkan pernikahan,"...
Uhuk-uhuk-uhuk
Nafisha langsung terbantu ketika membaca pesan tersebut.
"Maaf pak," ucap Nafisha merasa sangat tidak sopan langsung meneguk minuman dengan wajahnya tiba-tiba saja menjadi panik.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Arthur dengan satu alisnya terangkat.
"Iya, saya hanya tersedak makanan saja," jawab Nafisha dengan gugup.
"Dari mana, Mas Agam tahu, jika aku ada di sini," batin Nafisha dengan gugup tiba-tiba menelan ludah.
Semenjak mendapat pesan itu, Nafisha sudah mulai tidak tenang dan makan juga sudah mulai tidak nyaman. Nafisha juga sudah merasa tidak baik-baik saja dengan jantung yang berdebar dengan kencang sampai akhirnya keduanya selesai juga makan.
"Pak saya minta maaf, jika harus pulang terlebih dahulu," ucap Nafisha merasa tidak enak habis makan langsung pulang.
"Tidak apa-apa, klien saya juga sebentar lagi akan datang," ucap Arthur.
"Saya mengucapkan terima kasih sekali lagi untuk kesempatan yang bapak berikan, saya juga berterima kasih sudah ditraktir makan malam, saya permisi dulu pak!" ucap Nafisha yang terlihat buru-buru.
Arthur dengan santai menganggukkan kepala. Nafisha tidak mengatakan apapun lagi langsung pergi dengan mengambil tasnya.
Nafisha sudah keluar dari Restaurant terlihat sangat gugup.
Nafisha melihat ponselnya dan masih melihat pesan yang diberikan Agam kepadanya dengan raut wajahnya masih gelisah dan sebelumnya dia belum pernah menjadi orang yang seperti itu tiba-tiba saja merasa takut.
Nafisha melihat ke kiri ke kanan dan saat terbalik badan membuat Nafisha tersentak kaget.
"Mas Agam," ucapnya dengan nafas naik turun tidak percaya bertemu dengan Agam.
"Jadi lembur kamu berduaan dengan laki-laki yang bukan muhrim kamu?" tanya Agam menatap dengan mengintimidasi.
"Ti -tidak, Mas Agam salah paham," ucapnya terbata berusaha menjelaskan.
"Nafisha tadi memang lembur di kantor dan ingin memberi dokumen yang baru saja Nafisha selesaikan pada atasan Nafisha dan kebetulan beliau ada pertemuan dengan klien di tempat ini. Jadi Nafisha ikut," jawabnya berusaha untuk menjelaskan.
"Nafisha sebentar lagi kita akan menikah, kamu jangan seperti wanita murahan sebelum menikah sudah melakukan hal yang aneh-aneh," ucap Agam berbicara sedikit kasar membuat Nafisha mengerutkan dahi pada laki-laki yang akan menjadi calon suaminya itu.
"Mas kenapa berbicara seperti itu? Bukankah Nafisha sudah mengatakan bahwa ini pertemuan tidak sengaja dan kami juga membahas pekerjaan," ucap Nafisha.
"Saya tidak perlu alasan kamu. Ayo masuk mobil!" tegas Agam membuat Nafisha diam di tempatnya.
Tetapi Agam tiba-tiba saja menarik tangannya.
"Mas!" Nafisha benar-benar kaget diperlakukan seperti itu sampai dimasukkan ke dalam mobil cukup kasar dan kemudian Agam menyusul memasuki mobil dan duduk di sebelah Nafisha.
"Mas, kamu apa-apaan sih. Aku itu manusia bukan hewan yang diseret-seret, kamu tidak pantas melakukan semua itu kepadaku!" protes Nafisha yang benar-benar sangat marah dengan Agam, seumur hidupnya memang tidak pernah diperlakukan kasar.
"Lalu menurut kamu pantas bersama laki-laki lain hah! di tengah-tengah kita akan menikah," sahut Agam yang membalas tidak kalah menohok.
"Aku sudah menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa Mas membesar-besarkan masalah ini!" tegas Nafisha.
"Jadi kamu menganggap masalah ini masalah kecil. Nafisha aku berusaha untuk mengurus pernikahan kita dan kamu harus tahu sudah sangat besar biaya yang aku keluarkan dan waktu yang banyak untuk mengurus semua ini dan itu kulakukan agar pekerjaan kamu tidak terganggu dan kamu berani-beraninya membohongiku!" tegas Agam membuat Nafisha terdiam.
"Kamu benar-benar keras kepala, lebih memilih berdebat denganku daripada meminta maaf langsung," ucap Agam membuat Nafisha menoleh kearah Agam yang menurutnya sangat bersikap berlebihan.
Agam menunjukkan dia sebagai laki-laki posesif, cemburuan, tidak mau kalah dan tidak bisa di bantah, padahal sudah dijelaskan apa yang terjadi.
"Minta maaflah, sebelum aku semakin marah," ucap Agam.
Nafisha mengerutkan dahi baru bertemu laki-laki dengan memaksa untuk wanitanya meminta maaf.
"Maaf," ucap Nafisha yang terlihat dari wajahnya tidak ikhlas dan masih terlihat begitu schok.
"Jangan sampai semua ini terulang lagi," ucap Agam tidak direspon Nafisha. Agam juga tidak mengatakan apapun langsung melajukan mobilnya dan Nafisha juga sejak tadi hanya diam saja.
***
Nafisha baru saja sampai di rumahnya dengan berada di dapur yang sedang meneguk air putih dengan memegang gelas menggunakan kedua tangannya. Nafisha terlihat begitu lelah dengan beberapa kali membuang nafas perlahan kedepan.
"Kamu belakangan ini pulang selalu malam, apa pekerjaan begitu banyak?" tanya Saras tiba-tiba saja sudah muncul di dapur.
"Lumayan, Umi," jawabnya tampak lesu.
"Kalau begitu akan dapat bonus tambahan dong," celetuk Saras membuat Nafisha melihat serius ke arah Saras.
"Umi kenapa sih apa-apa itu harus dikaitkan dengan uang. Kenapa lebih peduli dengan bonus tambahan daripada mempertanyakan tentang kesehatan Nafisha," protes Nafisha.
"Umi hanya bercanda," sahut Saras.
"Oh, iya bagaimana proses taaruf kamu dengan Agam? apa semuanya berjalan dengan lancar?" tanya Saras
"Apa itu bisa dinamakan proses ta'aruf?" tanya Nafisha.
"Memang kenapa?" tanya Saras.
"Umi bukankah dalam menjalani proses taaruf itu harus ada ustadz di dalamnya dan prosesnya juga bukan seperti ini seharusnya, ini justru seperti orang berpacaran yang tidak dinyatakan secara langsung, karena setahu Nafisha menjalani ta'aruf itu bukanlah dengan seperti ini," ucapnya memang sejak awal sudah mulai merasa salah.
"Kamu dan Agam saling bertukar CV satu sama lain dan juga saling mengenal keluarga satu sama lain. Apa yang salah dengan hal itu?" tanya Saras.
"Tetapi menjalani taaruf bukan hanya pada masalah bertukar CV saja, tapi juga banyak proses dan tidak harus dilakukan berdua dan juga harus memiliki pendamping. Nafisha juga merasa proses pernikahan di antara kami berdua juga terlalu cepat dan padahal tidak ada pembicaraan sebelumnya," ucap Nafisha terlihat ragu akan pernikahannya.
"Nafisha, ini adalah ujian, bagaimana kamu kembali diuji tentang kematangan hati kamu dan inilah terjadi sebelum-sebelumnya dan maka dari itu kamu harus bisa melewati ujian ini, jangan mudah terpancing dengan suasana hati kamu," ucap Saras memberi nasehat kepada Nafisha.
Bersambung....
tapi aku kok agak takut Agam bakalan balas dendam yaa...dia kan aslinya laki2 begajulan
wanita sholekhah jodohnya pria yg sholeh.nafish gadis yg baik kasihan banget dapet laki2 keong racun hia huaa