Kecurigaan Agnes kepada suaminya di hari ulangtahun pernikahannya yang ke enam, membuatnya bertemu dengan pemuda tampan berbadan atletis di ranjang yang sama. Siapakah pemuda itu? Lalu apa kesalahan yang sudah diperbuat oleh suaminya Agnes sehingga Agnes menaruh kecurigaan? Di kala kita menemukan pasangan yang ideal dan pernikahan yang sempurna hanyalah fatamorgana belaka, apa yang akan kita lakukan? Apakah cinta mampu membuat fatamorgana itu menjadi nyata? Ataukah cinta justru membuka mata selebar-lebarnya dan mengikhlaskan fatamorgana itu pelan-pelan menguap bersamaan dengan helaan napas?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tampar
"Kaaakkk!!!!"
Teriakan Aurora membuat Agnes refleks menegakkan jok mobil dan dhuaaggg!!!! Kening Agnes dan kening Amos beradu cukup keras.
"Ouch!" Amos refleks menarik kepalanya dan punggungnya langsung ditahan oleh Aurora.
Sementara Agnes bergegas menjulurkan kedua kakinya keluar lalu mengeluarkan kepalanya.
Aurora menatap kagum perempuan cantik dan seksi di depannya, "Wow! Kakak cantik sekali"
Agnes berdiri sambil mengusap keningnya lalu tersenyum, "Terima kasih untuk pujiannya dan sepertinya kamu manggilnya jangan kakak tapi Tante"
Amos mengusap keningnya dan refleks menyemburkan, "Jangan Tante dong"
Masak iya Tante......aku kan ingin menjadikannya masa depanku. Amos mengerucutkan bibir.
Agnes menatap kaget ke Amos dan pemuda tampan itu mengerjap kaget lalu buru-buru meralat ucapannya, "Emm, maksud saya, Ibu masih muda, masak iya dipanggil Tante" Amos lalu menoyor kepala Aurora untuk mengalihkan kecanggungannya, "Ngapain teriak-teriak tadi?"
Aurora mengerucutkan bibirnya ke Amos lalu berkata, "Buku novelku yang berjudul Tanda Seru muter-muter di jalan, kang kurirnya bingung kayaknya, Kak. Nanti kalau novelku Tanda seru diajak muter, terus letoy jadi tanda tanya gimana coba?"
"Ish! Mana ada buku letoy terus jadi tanda tanya, Ra" Cetus Bagaskara dengan alis menukik tajam.
Agnes tertawa ngakak dan semua mata sontak tertuju ke Agnes termasuk Bagaskara.
Agnes semakin kencang tawanya melihat semua mata tertuju padanya dan semuanya memasang ekspresi jenaka.
"Kalau ketawa, Kakak tambah cantik" Cetus Aurora dengan mata terpana sedangkan Amos dan Bagaskara menelan air liur.
Agnes mengentikan tawanya lalu mengerjap dan berkata, "Terima kasih untuk pujiannya dan terima kasih untuk hiburannya. Kamu lucu" Agnes mengusap bahu Aurora dengan senyum lebar.
"Lucu darimana? Orang nyebelin banget" Sahut Amos.
"Rora lucu, Bos" Cetus Bagaskara dan Amos langsung mendelik ke Bagaskara.
Aurora tersenyum lebar ke Agnes lalu menoleh kembali ke kakak laki-lakinya. Aurora mendelik lalu berucap, "Kakak nyebelin tingkat dewa kalau kakak nggak jemput bukuku di pool paketan"
Agnes mengulum bibir menahan geli.
"Hujan" Amos mendelik ke Agnes.
"Pakai mobil, dong" Pekik Aurora.
"Kakak sibuk. Mau nganter......."
Agnes sontak menyahut, "Kita bisa ke paketan dulu baru anter aku pulang"
Aurora sontak memeluk Agnes saking senangnya dan memekik riang, "Terima kasih kakak cantik"
Agnes terkekeh geli dan mengusap rambut pendeknya Aurora sambil berkata, "Sama-sama cantik"
Aurora sontak melepaskan pelukannya untuk bertanya, "Saya? Cantik?"
Agnes mengusap lembut pipi Aurora dan tersenyum lalu berkata, "Kamu bukan hanya cantik tapi cantik banget"
"Iya kamu cantik banget" Sahut Bagaskara.
Amos menepuk keras bahu Bagaskara, "Adik Gue masih SMA
"Cuma bilang cantik banget, Bos" Bagaskara mengusap bahunya dan mengerucutkan bibirnya.
Amos mendengus kesal saat Aurora menepuk bahunya cukup keras, "Kakak bohong selama ini. Kakak selalu bilang Rora jelek"
"Iya jelek pakai banget" Amos mencebikkan bibirnya dan Agnes kembali tertawa ngakak saat Aurora melompat dan berhasil menjitak kepala Amos.
"Berani jitak kepala kakak kamu jadi jambu monyet Lo entar, Ra!" Amos melotot ke Aurora.
Aurora menjulurkan lidah dan berkacak pinggang sambil menggoyangkan badannya.
Agnes tertawa semakin kencang dan seketika itu juga rasa kesal Amos ke adik perempuannya menguap. Amos bahkan mengulurkan uang dua ratus ribu ke Aurora. "Nih buat beli buku ke toko buku. Jangan beli online lagi entar jadi letoy buku kamu terus jadi tanda tanya"
Agnes terkekeh geli di sisa tawanya. Lalu tersenyum lebar saat Aurora melompat dan memeluk leher Amos lalu mencium pipi Amos.
"Ish! Kenapa pakai cium-cium, Ra" Amos mendelik ke Aurora sambil mengusap-usap pipinya.
"Karena Kak Amos baik. Makasih untuk uangnya" Aurora langsung menggandeng lengan Bagaskara, "Kak Bagas anter Rora ke toko buku, ya"
Uang itu kakak berikan karena kamu udah bikin Agnes tertawa cantik banget, Ra. Batin Amos dengan senyum lebar.
"Siap dong cantik" Bagaskara tersenyum lebar dan Amos sontak menyemburkan, "Jaga adikku dengan benar jangan kamu modusin!"
"Siap, Bos" Bagaskara nyengir.
"Dia playboy, Ra. Jangan percaya banget sama Bagas"
Aurora menjulurkan lidahnya lalu menarik Bagas ke mobil kakaknya.
Amos hanya bisa mendengus kesal.
"Berapa biayanya?"
"Hah?" Amos menoleh kaget ke Agnes.
"Mobilku, total semuanya berapa?"
"Ah, nggak usah, Bu. Anggap saja ini uji coba kalau Ibu cocok, Ibu bisa ke bengkel ini lagi dan boleh deh bayar untuk yang kedua nanti, hehehehe"
Aku harap kamu sering ke sini, Nes. Aku doain mobil kamu sering bermasalah, amin. Biarkan hambaMu ini berdoa untuk keegoisannya sekali ini saja, ya, Tuhan. Amos mengusap dadanya.
"Sebentar ya" Agnes bergegas berlari mengejar Aurora yang sudah membuka pintu mobil.
"Tunggu!" Teriak Agnes.
Alis Amos menukik tajam, "Agnes mau ngapain?"
Aurora menoleh kaget ke Agnes, "Ada apa, Kakak cantik?"
"Emm, ini kartu member toko muku G langgananku. Isinya ada lima ratus ribu rupiah. Habiskan saja!" Agnes menarik tangan Aurora lalu menyelipkan kartu berwarna merah ke tangan gadis cantik adiknya Amos itu.
"Eh?" Aurora menatap canggung wajah cantiknya Agnes.
"Udah ambil saja dan habiskan! Aku bisa bikin lagi nanti. Jangan lupa toko buku G" Agnes lalu berbalik badan dengan cepat dan berlari ke mobilnya.
"Ibu kasih Rora apa?" Tanya Amos masih dengan alis menukik tajam.
Agnes masuk ke mobil sambil berkata, "Cuma kartu member toko buku langgananku"
Amos ikut masuk ke mobil lalu memasang sabuk pengaman dan berucap, "Terima kasih karena Ibu sudah baik sama adik saya"
"Aku suka sama adik kamu. Lucu. Aku anak tunggal nggak punya kakak, nggak punya adik. Lihat Rora aku suka. Archie juga pasti suka sama Rora. Nanti aku ajak Archie makan siang ke sini biar kenal sama Rora" Ucap Agnes dengan senyum lebar.
Amos pun tersenyum lebar lalu berucap, "Saya tunggu, Bu"
Amos melirik Agnes di perempatan kedua yang dia lalui dan tersenyum melihat Agnes ketiduran.
Tidur aja cantik banget. Ingin rasanya aku peluk dia saat ini juga. Aku peluk dan tidak akan aku lepaskan lagi. Amos tersenyum lebar.
Satu jam kemudian, Amos menghentikan mobilnya Agens di depan pintu utama istananya Ronald Howard. Amos melepas sabuk pengaman lalu menatap wajah cantik Agnes yang masih tidur pulas.
Nggak tega bangunin. Biar tidur aja lah. Aku jadi bisa puas melihat wajah cantiknya. Amos tersenyum lebar kala semesta berbaik hati mendukungnya menatap berlama-lama wajah cantik perempuan yang sangat ia dambakan.
Amos menegakkan badannya lalu buru-buru melemparkan pandangannya ke depan saat ia melihat Agnes menguap dan membuka mata.
"Lho sudah sampai?"
"I-iya" Sahut Amos tanpa menoleh ke Agnes.
"Kamu kok tahu rumahku?" Agnes mengernyit bingung lalu menoleh ke Amos.
Amos menoleh kaget ke Agnes lalu buru-buru menjawab, "Tadi Ibu sudah mengatakan alamat ibu sebelum ibu ketiduran"
"Oh, iya, ya?" Agnes membuka sabuk pengaman.
"I-iya" Ucap Amos sambil membuka pintu mobil.
Saat Amos sudah keluar dari dalam mobil, Agnes berlari kecil mengitari kap dan terkaget-kaget saat ia tiba di depan Amos. Amos mengulurkan ponselnya Agnes dengan wajah menunduk.
Agnes menyambar kasar ponselnya lalu memekik, "Apa kamu yang semalam bersama aku?"
Amos mengangkat perlahan wajahnya lalu menatap Agnes dengan wajah datar.
"Jawab!" Agnes mundur selangkah.
Amos mengangguk pelan dan plak! Tamparan kerasnya Agnes menghantam pipi kanan Amos.