Di usia mudanya, Falya terpaksa menjadi tulang punggung keluarga. Padahal sebelumnya kehidupannya sangat sempurna. Tapi karena kesalahan fatal ayahnya, akhirnya ia dan keluarganya menanggung beban yang sangat berat.
Dan suatu hari,ia tak sengaja bertemu dengan sosok arwah penasaran yang justru mengikutinya ke mana pun dia pergi.
Siapakah sosok itu sebenarnya? Dan seberapa kuatnya seorang Falya menjalani kehidupannya???/
########
Untuk pembaca setia tulisan receh mak othor, mangga....di nikmati. Mohon jangan di bully. Mak othor masih banyak belajar soalnya. Kalo ngga ska, skip aja ya! Jangan di ksaih bintang satu hehehehe
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.13
Falya bersiap untuk kembali ke rutinitasnya sebagai perawat khusus. Sore ini ia memang jadwal memandikan Rayan. Tidak mandi keseluruhan seperti pada umumnya, Falya hanya mengelap seluruh bagian tubuh Rayan agar selalu terjaga kebersihannya.
"Wangi banget!'' tiba-tiba saja Zidan sudah berada di belakang Falya yang sedang bercermin. Di dalam cermin tentu tak nampak sosok Zidan. Tapi sentuhan tangan Zidan bisa Falya rasakan.
"Ngga usah peluk-peluk juga kali bang, bukan mahram!'' kata Falya. Rayan melepaskan pelukannya dan duduk di meja rias tepat di depan Falya.
"Mahram?'' tanya Rayan.
"Heum!'' gumam Falya sambil mencepol rambutnya sesuai aturan di rumah sakit.
"Terus biar mahram gimana?'' tanya Rayan. Falya menurunkan tangannya lalu menatap Zidan.
"Namanya mahram itu suami istri, orang tua ke anak, saudara...''
"Stop!'' Zidan langusung meloncat dari meja rias berdiri tepat di depan Falya hingga gadis itu mundur selangkah.
"Apaan sih? Kebiasaan ngagetin!''
"Kamu bilang apa? Suami istri?'' tanya Zidan. Falya mengangguk pelan. Lalu ia menggeser badan Zidan karena ia akan merias wajahnya agar tak terlalu pucat.
"Jadi...biar aku bisa peluk-peluk kamu, harus jadi suami kamu dulu? Gitu kan? '' tanya Zidan. Falya menghentikan polesan bedak di wajahnya.
"Ngga usah mesum ya! Kejauhan mikirnya tahu ngga?'' kata Falya. Setelah mengatakan hal itu, ia kembali merias wajahnya. Zidan kembali duduk di meja rias dan menatap wajah cantik Falya.
"Apaan sih liatin gitu? Emang aku topeng monyet di liatin!'' kata Falya mendengus sebal bukannya salting.
"Kamu cantik!'' puji Zidan. Falya memutar bola matanya dengan malas. Setelah itu ia menggendong tasnya dan bersiap berangkat. Zidan menahan senyumnya karena Falya terlihat kesal saat di goda seperti itu.
Saat akan menarik gagang pintu, Zidan menarik Falya sampai bersandar ke pintu lalu terkurung oleh kedua tangan Zidan yang kekar.
"Apaan sih bang?'' tanya Falya dengan kesal. Zidan tersenyum tipis dan memiringkan kepalanya seolah akan mencium Falya. Falya yang tak pernah pacaran namun tahu adegan seperti itu di drama-drama yang ia tonton justru memukul kepala Zidan dengan cukup keras.
"Awwww!'' keluh Zidan sambil mengusap kepalanya.
"Anda sopan, saya segan!'' kata Falya mendorong bahu Zidan yang masih memegangi kepalanya. Falya pun langsung keluar drai kamarnya.
Zidan sendiri masih memegangi kepalanya yang sakit seperti biasanya. Dan itu artinya raganya pun sedang merasakan kesakitan. Perlahan Zidan memandangi tangannya yang di penglihatannya saja sudah memudar.
"Aku kenapa?'' monolog Zidan. Sakit di kepalanya semakin menyerangnya dengan tubuhnya yang tiba-tiba saja menghilang.
Falya menaiki sepeda motornya. Ia menoleh ke belakang, namun sahabat hantunya itu tak menampakan batang hidungnya yang mancung.
"Kemana bang Zidan?'' monolog Falya. Tapi setelah itu ia hanya mengedikan bahunya lalu menjalankan sepeda motornya menuju ke rumah sakit.
.
.
.
Ruangan Rayan mendadak ramai, dokter dan perawat berhamburan ke sana dan keluar masuk ke ruangan itu. Falya yang baru sampai di lorong pun menatap heran dengan kesibukan rekannya yang bahkan bukan penghuni sana.
"Sus? Ada apa ramai begini?'' tanya Falya pada seorang perawat.
"Itu pasien yang sudah lama koma tiba-tiba saja gagal jantung. Eh...sepertinya dia pasien kamu....???'' kata perawat itu. Falya melebarkan matanya. Dengan cepat ia berlari ke ruangan Rayan.
Orang tua Rayan sudah berada di ruangan itu. Maminya Rayan sudah menangis dalam pelukan suaminya. Ada beberapa dokter juga suster Angel di sana. Falya memelankan langkahnya saat memasuki ruangan itu.
Tiba-tiba saja tangis maminya Rayan pecah. Kedua orang tua Rayan saling berpelukan. Falya menoleh ke ranjang Rayan di mana dokter yang menangani Rayan menutupkan kain hingga ke wajah Rayan.
Jantung Falya seolah berhenti berdetak. Gadis itu menggelengkan kepalanya menatap tak percaya. Suster Angel pun turut menitikkan air matanya meski sudah ia tahan semampunya. Perempuan itu menoleh pada Falya tampak membeku namun menatap tubuh yang kini sudah tertutup kain.
"Ngga! Dia belum meninggal!'' Falya menggelengkan kepalanya. Orang tua Rayan dan para dokter itu pun menoleh pada Falya.
"Falya....!'' suster Angel mengusap bahu Falya dengan lembut. Falya meringsek mendekati Rayan dan membuka penutup wajahnya.
"Hei...bangun! Kamu sudah janji padaku! Ayo bangun!'' Falya mengguncang tubuh Rayan.
"Papi...??'' Alin menghapus air matanya dan bertanya lirih pada suaminya.
"Dia juga merasa kehilangan Mi...'' kata Hanan. Dokter dan yang lainnya tak ada yang melarang Faya yang berad di samping Rayan. Mereka pikir itu hal yang wajar karena Falya turut merwat Rayan hingga gados itu merasa kehilangan.
"Kamu bohong bang! Kamu bohong!'' Falya menundukkan kepalanya di samping kepala Rayan.
**************************
Terimakasih