Anna adalah anak haram yang hidup menderita sejak kecil. Jalan hidupnya ditentukan oleh keluarga Adiguna secara kejam. Bahkan Anna harus menikahi calon suami kakak tirinya yang kabur meninggalkan pernikahan. Lion Winston, kekasih kakak tirinya, mereka saling mencintai, tapi entah kenapa kakak tirinya meninggalkan laki-laki sempurna itu. Tetapi Anna, gadis malang yang akan menerima penderitaan akibat kesalahan kakak tirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elizabetgultom191100, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria Tampan dan Elegan
"Anna..." suara Leon berat dan terdengar serak. Matanya masih terpejam akibat rasa sakit yang kentara menyerang kepalanya. Tubuhnya terasa meriang dan kedinginan.
"Ada apa?" Anna menyapa dengan lembut sembari jemari lentiknya menarik selimut agar menutupi tubuh Leon tanpa cela.
"Tetaplah di sini." Meski dalam kondisi seperti itu, Leon ingin Anna tetap di sana menjaganya.
"Baiklah, aku akan menjagamu, istirahatlah." Anna juga cukup cemas karena suhu tubuh Leon cukup tinggi setelah mengukurnya menggunakan termometer digital. Anna berniat tubuh di sofa, berjaga-jaga siapa tahu Leon terbangun membutuhkan sesuatu.
Setelah memastikan Leon tidur dengan damai, Anna hendak berpindah dari ranjang ke sofa. Tapi Leon tiba-tiba saja menariknya hingga ia terjatuh di ranjang tepat di samping Leon. Mata Leon masih tertutup, tapi pria itu seolah mengawasinya.
"Kau bilang akan menjagaku." gumam Leon.
Anna salah menanggapi Leon. Ia tidak berpikir tidur di samping Leon.
"Tidur di sini, di sampingku." lirih Leon.
Anna menggeleng, dia tidak akan melakukan hal itu. Bayangan wajah Laura sudah cukup membuatnya takut. Jika Laura sampai tahu ia tidur bersama kekasihnya mungkin ia tidak akan bisa bernafas lagi. Laura terlalu menakutkan hingga Anna tidak berani menyentuh pria ini.
"Jangan melewati batas Leon. Kau memang sakit, bukan berarti aku harus merawatmu seperti bayi. Dan ingat Kak Laura, kau akan mengecewakannya jika dia mengetahuinya."
Mendengar itu mata Leon terbuka dan melepas tangan Anna. Anna segera menjauh darinya. Pria itu seperti tersadar dari lamunannya. Ya, kenapa dia bertingkah seperti ini. Hubungan mereka memang sudah membaik, tidak ada adu lagi mulut yang menegangkan. Bukan berarti dia bisa melakukan hal intim itu.
Leon berpikir telah menganggap Anna seperti adik, karena memang seharusnya begitu karena ia adalah adik Laura. Namun Anna memiliki daya tarik yang berbeda di matanya. Gadis itu terlihat rapuh di luar, tetapi sebenarnya ada kekuatan besar di dalam dirinya. Anna berbakat dalam segala hal, mudah mempelajari hal baru, sifat yang ceria dan yang terpenting memiliki kecantikan alami yang tidak membosankan. Selain itu, Anna juga memiliki harga diri yanh tinggi. Ia tidak akan mudah terpikat oleh pria, termasuk dirinya.
Leon disukai oleh semua wanita yang dia temui, tetapi gadis ini malah sebaliknya. Tiga bulan mereka cukup sering bertemu gadis itu masih belum memandangnya sebagai laki-laki.
"Maafkan aku. Aku mengira kau adalah Laura." Leon berdalih membuat Anna menyipitkan mata. Ia menyesal telah mengatakan hal tadi.
"Oh, syukurlah. Kalau begitu aku kembali ke kamarku, panggil pelayan kalau butuh sesuatu." gadis itu pergi dari sana.
Saat pagi tiba, Anna sudah ada di kamar Leon, membawakan semangkuk bubur panas dengan kuah kaldu ayam dan beberapa butir vitamin untuk Leon. Aroma sup ayam membangunkan Leon. Begitu membuka mata yang dia lihat adalah gadis cantik yang sedang membuka tirai jendela.
"Sudah bangun ya. Duduklah, Bibi Amora membuatkan bubur untukmu. Makan setelah itu minum vitamin dan obat." Anna berucap sembari memungut pakaian kotor Leon yang terletak sembarangan di lantai kamar.
Meski tampan dan tampak berkharisma, Leon memiliki kebiasaan buruk dalam menata kamarnya. Jika pelayan tidak merapikan setiap hari, mungkin kamarnya akan seperti kapal pecah.
"Kenapa tidak menyimpan baju kotor di keranjang itu? Kau sangat sembrono." Anna sambil menggerutu.
Leon memperhatikan setiap gerakan Anna saat merapikan kamarnya. Layaknya seperti seorang ibu yang cerewet pada anak nakalnya. Dan dialah anak yang nakal itu.
Leon membiarkan Anna mengoceh, kemudian memakan bubur sup ayam yang menggoda lidahnya.
"Wah, masakan Bibi Amora memang tidak pernah gagal." puji Leon.
Celotehan Anna bagaikan kicauan burung pipit yang merdu di telinganya. Ia belum pernah menemukan gadis seperti ini sebelumnya. Anna sangat peka terhadap sekitarnya. Jika saja itu Laura, gadis itu tidak akan mau mengotori tangannya mengambil baju kotor itu. Ketika Leon sakit pun, lebih baik memanggil dokter dari pada susah payah merawatnya.
Saat Leon asik menikmati makanannya, Anna mengecek suhu tubuh Leon dengan tangannya. "Panasnya sudah turun. Baguslah. Tapi istirahatlah lebih lama supaya pulih total."
Leon terkesima mendapat perlakuan itu. Anna benar-benar mirip seperti Diana saat ia masih kecil dulu. Anna begitu memperhatikannya.
Anna duduk di samping Leon di tepi ranjang. "Kenapa melamun, habiskan buburnya. Bibi Amora bangun lebih pagi karena memasak itu." ucap Anna.
Leon mengangguk dan lanjut makan. Setelahnya Anna merapikan bekas makannya, "Tidurlah sebentar lagi." ucap Anna sebelum keluar membawa nampan bekas makan yang sudah kosong itu. Leon menghabiskannya dengan lahap.
Leon seperti anak sepuluh tahun yang menurut saja pada Anna. Tubuh pria itu sudah sehat kembali dan terasa nyaman setelah dirawat oleh Anna.
"Anna..." panggil Leon sebelum Anna melangkah.
"Iya, ada apa?"
"Nanti siang ikutlah denganku." ucap Leon.
"Kemana?" sebelumnya Leon tidak pernah mengajaknya kemana pun.
"Lihat saja nanti, aku butuh sedikit bantuanmu."
Anna mengangguk meski ragu, "Baiklah. Aku mengantar ini dulu." pamitnya dan pergi.
Seperti rencana mereka, Anna dan Leon sudah rapi. Keduanya berada di dalam mobil yanh dikemudikan oleh supir keluarga. Mereka tidak janjian, tapi pakaian mereka tampak serasi. Anna mengenakan mantel panjang berwarna hijau gelap dengan dalaman dress ketat warna hitam, sementara Leon memakai pakaian warna senada.
Dengan tambahan sepatu hak tinggi hitam dari brand ternama membuat penampilan Anna sangat sempurna. Leon bahkan tidak bisa mengalihkan pandangannya selama di perjalanan.
Rupanya Leon membawanya ke butik pria di sebuah mall. "Anna, bantu aku memilih jas dan kemeja untuk ke kantor. Aku kehabisan mereka." ucap Leon.
Anna mendelik, "Kau membawaku ke sini untuk itu?"
"Emm melihat gaya berpakaianmu, menurutku kau punya selera yang bagus." Anna tersipu, secara tidak langsung Leon memujinya.
"Baiklah, mari kita lihat gaya yang cocok untukmu."
Keduanya mulai memilih dengan bantuan seorang pramuniaga. "Coba pakai ini." Anna memilih beberapa kemeja berwarna gelap dan jas hitam. Leon menurut dan mencoba di ruang ganti.
"Untuk apa memintaku membantunya memilih pakaian, memakai pakaian apa saja di selalu tampan dan elegan." gumamnya.
"Siapa yang tampan dan elegan?" sebuah suara bariton mengejutkan Anna.
"Kak David, kau mengejutkanku."
David tersenyum lebar dan puas melihat reaksi Anna. "Siapa yang kau bilang tampan dan elegan?"
"Bukan siapa-siapa, lupakan saja." Anna mengibaskan tangannya.
David mengangkat bahu, "Baiklah, tapi apa yang kau lakukan di toko pakaian laki-laki. Sendirian?" tanya David penasaran. Dari jauh saat melihat Anna dia sudah sangat senang.
"Tidak." tepat detik itu Leon muncul dengan tampilan yang memuaskan ekspektasi Anna. Begitu tampan dan kharismatik.
"Ohh rupanya ini pria tampan dan elegan itu." lirih David sambil tersenyum sinis pada Leon.
👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
❤️❤️❤️❤️❤️