Istri Pengganti
Anna sedang duduk di meja rias kamarnya, wajahnya sudah tampak cantik dengan polesan make up tipis. Ditambah gaun panjang berwarna biru menjuntai menutupi tubuhnya yang ramping nan mungil. Kamar gadis itu tampak sepi setelah perias keluar, dibandingkan dengan kamar kakak tirinya yang akan menikah hari ini, dipenuhi oleh orang-orang yang lihai untuk mempercantik pengantinnya. Ia berjalan ke arah jendela kamarnya yang menghadap gerbang rumah mewah orangtuanya. Rombongan pengantin pria sudah berdatangan.
Anna merasakan sedikit kelegaan di hatinya. Senyum tipis terbit di bibir merahnya. Setelah kakak tirinya menikah, ia tidak akan menerima perlakuan buruknya lagi. Memang kakak tirinya tidak akan berhenti mengolok-oloknya meski sudah menikah, tetapi setidaknya dia akan pergi dari rumah ini.
Laura, kakak tiri yang terpaut usia 5 tahun darinya. Laura adalah sosok yang menakutkan bagi Anna. Gadis dominan, tegas dan tidak bisa dibantah. Laura adalah putri sulung sekaligus pewaris seluruh kekayaan keluarga Adiguna. Laura sangat membenci Anna yang merupakan anak hasil dari perselingkuhan Baskara Adiguna, ayahnya. Bagi Laura, Anna adalah penghancur keluarganya. Ia membenci gadis itu setengah mati. Tidak ada yang dapat menghentikan perbuatan buruk Laura terhadap Anna, karena seluruh manusia yang ada di rumah itu menganggap Anna memang pantas mendapatkannya. Anna adalah anak hasil dari perzinahan yang menjijikkan. Itu adalah karma yang akan ditanggung seumur hidupnya.
Anna berdiam diri di dalam kamar beberapa saat. Meski sudah berdandan rapi, ia berencana tidak keluar sebelum disuruh untuk menghadiri upacara pernikahan. Jika ia muncul sendiri dan sebuah masalah kecil tercipta yang bahkan tidak berhubungan dengannya, maka ia akan menjadi bulan-bulanan Mariam, ibu tirinya. Serendah itulah posisinya di keluarga ini, meski dia memiliki darah keturunan keluarga Adiguna, posisinya tidak lebih tinggi dari pelayan di rumah ini.
Saat pintu kamarnya dibuka dengan tiba-tiba, ia berpikir telah mendapat perintah untuk turun menghadiri acara. Mariam berdiri dengan wajah tegang, diikuti oleh lima orang asisten di belakangnya. Anna tidak tahu kesalahan apa yang sudah dia perbuat sehingga membuat Mariam datang ke kamarnya dan meninggalkan acara pernikahan putri kesayangannya.
Wajah Mariam sangat menakutkan baginya, wanita paruh baya itu sudah terlalu banyak menorehkan luka di tubuh maupun batinnya. "Ada apa ibu?" Anna akhirnya membuka suara meski tubuhnya bergejolak ingin menghilang dari sorotan tajam Mariam.
"Urus anak ini!" Mariam mengabaikan Anna seperti biasanya. Ia memerintahkan asistennya dengan tegas. Asisten itu masuk ke dalam kamar dengan berbagai kotak peralatan make up di tangan mereka. Anna tertarik melihat gaun putih mewah yang dibawa masuk oleh salah satu asisten. Ia melihat Mariam untuk meminta penjelasan. Gaun itu adalah gaun pengantin Laura, lalu mengapa dibawa ke kamarnya.
Mariam tidak peduli dengan wajah penasarannya. Wanita paruh baya itu mendekatinya. "Ikuti apa kata mereka, jangan melawan! Hari ini kau akan menikahi Leon!" ucap Mariam dengan suara tegas yang tidak bisa dia bantah.
Ekspresi Anna berubah sekejap, ucapan Mariam semakin menambah pertanyaan dalam benaknya. Dan ia tahu Mariam tidak akan menjawab rasa penasarannya saat wanita itu pergi begitu saja dari kamarnya. Saat Anna masih berusaha mencerna ucapan Mariam, semua asisten melaksanakan tugas masing-masing. Anna terhenyak ketika penata rias menyentuh wajahnya untuk merombak make up tipis yang sudah dibuat oleh asisten sebelumnya.
"Pengantin perempuan menghilang, tetapi upacara pernikahan tidak bisa dibatalkan karena akan mencoreng nama baik kedua keluarga." Ucap salah seorang asisten yang mengerti rasa penasaran Anna, sambil terus melakukan tugasnya.
Anna memejamkan matanya, dadanya terasa sesak akibat ketidakberdayaannya untuk melawan semua perintah itu. Lagi dan lagi ia harus melakukan sesuatu yang tidak dia sukai. Setitik air mata jatuh di pipinya yang kemudian di sapu oleh asisten tersebut. Semua orang yang ada di ruangan itu seakan sudah mengerti perasaan Anna.
Berkat kemampuan para asisten yang mumpuni, mereka berhasil merombak penampilan Anna menjadi seorang pengantin yang cantik luar biasa. Anna melihat penampilannya di cermin, tetapi ia tidak senang sama sekali. Dengan langkah berat, ia menerima tuntunan tangan asisten yang membawanya keluar dari kamar.
Ketika sampai di pintu besar menuju ruangan dimana acara diadakan, Baskara sudah menunggunya di sana. Laki-laki berumur lima puluhan itu menatap putri bungsunya dengan tatapan teduh. Ia tersenyum lembut namun Anna membuang muka. Gadis itu merasa kesal dan benci kepada ayahnya yang tidak bisa membelanya selama belasan tahun. Pria itu selalu diam ketika putri bungsunya diperlakukan seperti hewan oleh Mariam dan Laura.
Anna menerima uluran tangan Baskara dengan acuh dan mengikutinya menuju altar pernikahan. Begitu masuk ke dalam ruangan yang sudah dipenuhi oleh tamu undangan dan keluarga, Anna menitikkan air matanya. Tamu undangan yang tidak tahu mungkin akan mengira Anna menangis bahagia akan pernikahannya. Padahal kenyataannya, Anna merasakan pilu yang tidak terperi yang diberikan oleh keluarga ini.
Beberapa tamu berbisik-bisik di belakang ketika melihat Anna yang menjadi pengantinnya. Mereka mencari Laura, putri sulung Baskara Adiguna, sang pewaris tunggal. Apa yang terjadi, kenapa malah Anna, putri keduanya yang menjadi pengantin? Ribuan pertanyaan terdengar di upacara pernikahan. Tetapi kedua belah pihak keluarga menutup telinga rapat-rapat, mengabaikan pertanyaan para tamu mereka. Tidak ada yang membahas kemana perginya Laura, yang keluarga inginkan adalah pernikahan tetap berjalan sebagaimana mestinya.
Anna telah sampai di altar bersama Baskara. Ia hanya menundukkan kepalanya, sesekali melihat ke arah para tamu. Anna mengabaikan sosok tampan yang berdiri di sampingnya. Tangannya dan tangan Leon saling terikat, tetapi jiwanya melayang entah kemana. Anna pasrah, membiarkan waktu berlalu.
Ketika pemberkatan pernikahan dimulai, kedua pengantin diminta mengucapkan sumpah pernikahan sesuai arahan imam gereja. Anna mengucapkan janji suci itu dengan lancar tanpa ekspresi bahagia. Wajahnya datar, seolah ia menganggap pernikahan ini adalah perintah yang tidak bisa dibantahnya. Leon juga demikian, suara baritonnya menggema di ruangan itu.
Janji suci telah diucapkan dan mereka sudah diberkati. Namun satu pun manusia di dalam ruangan itu tidak merasakan bahagia sama sekali. Upacara pemberkatan itu seolah hanya simbol untuk menyatukan dua kerajaan bisnis terbesar di negara itu.
Kepala Anna terasa pusing, matanya mulai kabur dan semua terasa gelap. Bayangan Leon yang berdiri di depannya mulai menghilang perlahan. Kakinya terasa lemas, kesulitan menopang tubuhnya. Ketika kesadarannya hilang, tubuhnya terhuyung ke dalam pelukan Leon. Kericuhan terjadi kedua kalinya, para tamu mulai berbisik-bisik ketika melihat pengantin wanita pingsan di altar. Tuhan sepertinya tidak merestui pasangan itu. Begitu banyak omongan tidak pantas di antara tamu undangan.
Meski begitu pihak keluarga tidak peduli akan ocehan mereka. Ibarat kata keluarga Winston dan Adiguna sudah tidak tahu malu lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Asa Asa
lebih tepat nya 1 ayah beda ibu, masih sodara kandung dong kk buka. anak tiri
2025-10-23
2
Rainn Dirgantara
Lanjut kak
2025-10-24
2