Amirul, yang dikira anak kandung ternyata hanyalah anak angkat yang tak sengaja tertukar pada saat bayi.
Setelah mengetahui jika ia anak angkat, Amirul di perlakukan dengan kasar oleh ibu angkat dan saudaranya yang lain. Apa lagi semenjak kepulangan Aris ke rumah, barang yang dulunya miliknya yang di beli oleh ibunya kini di rampas dan di ambil kembali.
Jadilah ia tinggal di rumah sama seperti pembantu, dan itu telah berlalu 2 tahun lalu.
Hingga akhirnya, Aris melakukan kesalahan, karena takut di salahka oleh ibunya, ia pun memfitnah Amirul dan Amirul pun di usir dari rumah.
Kini Amirul terluntang lantung pergi entah kemana, tempat tinggal orang tuanya dulu pun tidak ada yang mengenalinya juga, ia pun singgah di sebuah bangunan terbengkalai.
Di sana ada sebuah biji yang jatuh entah dari mana, karena kasihan, Amirul pun menanam di sampingnya, ia merasa ia dan biji itu senasib, tak di inginkan.
Tapi siapa sangka jika pohon itu tumbuh dalam semalam, dan hidupnya berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
...🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️...
...happy reading...
...⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️...
Jam pulang pun tiba, sinar matahari sore menyebar lembut di koridor sekolah yang mulai sepi. Saat itu, Amirul baru saja keluar dari kelas dan berpapasan dengan Aris di lorong tengah.
Raka, yang selalu bersama Amirul, segera siap siaga, tangannya tergenggam, tubuh siap melompat jika ada tanda-tanda bahaya.
Tetapi yang terjadi tak seperti yang diharapkan. Aris yang selalu menyeringai jahat setiap kali melihat Amirul, kali ini hanya berdiri diam sejenak.
Kedua mata mereka bertemu, tapi Aris hanya melihat sekilas seolah Amirul hanyalah benda tak berarti, lalu berjalan lagi tanpa mengucapkan kata apapun.
Namun, saat ia menjauh dan punggungnya menghadap mereka, Raka melihat tangannya yang mengepalkan erat sampai buku lengan memerah, tanda bahwa dia sedang menahan kemarahan yang luar biasa, seperti ia sangat geram dengan Amirul, ia tidak bisa membully Amirul lagi atas perintah kepala sekolah, jika ia ingin tetap bersekolah di sekolah tersebut.
Ketika melihat punggung Aris yang semakin jauh. "Heh! Tumben Aris nggak melakukan apa-apa? Biasanya melihat muka mu saja dia langsung mau ngasih masalah, pasti ada alasan deh."
Amirul mengangkat bahunya dengan wajah yang bingung dan sedikit lega. "Entahlah, aku juga tidak tahu. Mungkin dia lagi mood baik? Atau... ada yang menyuruh dia berhenti?"
Raka masih penasaran dengan perilaku Aris yang tidak biasa. Ia terus memikirkan apa yang mungkin terjadi, tapi tidak bisa menemukan jawabannya.
"Hey, Amirul, kamu tidak apa-apa, kan?" tanya Raka, sambil menepuk bahu Amirul.
Amirul tersenyum, "Aku baik-baik saja, Raka. Jangan khawatir."
Raka masih penasaran, tapi ia tidak ingin mengganggu Amirul.
"Ya udah, aku pulang dulu ya, Raka. Hati+hati di jalan," kata Amirul sambil melambaikan tangannya.
Ia hanya mengangguk dan melanjutkan perjalanan pulang.
Tanpa ragu, dia buka aplikasi ojek online dan mengetik alamat rumahnya dengan jari-jari dengan cepat. Hanya satu hal yang mengganggunya: pohon uang yang tumbuh di halaman belakang rumah. Dia ingin secepatnya sampai sana, melihatnya, dan berharap dengan segala hati bahwa cabangnya penuh dengan buah uang.
Tak lama, bunyi motor mendekat. Seorang pria berbadan tegap dengan topi hitam turun dari jok, menoleh ke arah Amirul. "Ini pesanan Mas Amirul?" tanyanya dengan suara yang keras.
"Ya, saya Amirul," jawab dia sambil langsung melompat ke arah motor. "Yang cepat ya Bang, saya buru-buru." Dia menepuk pundak tukang ojek secara ringan, harapan terlihat jelas di matanya.
Tukang ojek mengangkat pundaknya, tersenyum lebar. "Iya, pegang yang erat ya, Mas. Jangan terjatuh." Motor menyala dengan bunyi yang menggema, lalu melesat dengan kecepatan yang membuat Amirul terkejut.
Udara menyembur ke wajahnya, rambutnya terlempar ke belakang. Dia kemudian mendengar tukang ojek berseloroh: "Saya mantan pembalap motor, lho. Biar nyaman aja ya, meskipun sepertinya kita mau pindah alam cepet-cepet!"
Amirul hanya bisa menangis dalam hati, menutup mulutnya agar tidak menangis karena angin yang masuk ke matanya karena membuat matanya perih sekali, sementara motor melaju melewati kendaraan lain seperti kilat.
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
thanks teh 💪💪💪