Di desa kandri yang tenang, kedamaian terusik oleh dendam yang membara di hati Riani. karena dikhianati dan ditinggalkan oleh Anton, yang semula adalah sekutunya dalam membalas dendam pada keluarga Rahman, Riani kini merencanakan pembalasan yang lebih kejam dan licik.
Anton, yang terobsesi untuk menguasai keluarga Rahman melalui pernikahan dengan Dinda, putri mereka, diam-diam bekerja sama dengan Ki Sentanu, seorang dukun yang terkenal dengan ilmu hitamnya. Namun, Anton tidak menyadari bahwa Riani telah mengetahui pengkhianatannya dan kini bertekad untuk menghancurkan semua yang telah ia bangun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Gemini 75, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masalalu Yang Terungkap
Sementara itu di jakarta.
Di tengah hiruk pikuk Jakarta yang tak pernah tidur, Maya menemukan sedikit ketenangan di sebuah kafe yang nyaman dan tersembunyi dari keramaian. Aroma kopi yang kaya dan menenangkan memenuhi udara, seolah menjanjikan pelarian sejenak dari tekanan pekerjaannya sebagai seorang arsitek yang sukses. Ia duduk di sudut favoritnya, dekat jendela besar yang menghadap ke taman kecil yang rimbun, mencoba meresapi momen damai ini.
Maya menyesap kopinya perlahan, membiarkan cairan hangat itu mengalir menenangkan tenggorokannya. Pikirannya melayang, mengingat kembali percakapannya dengan Bima semalam. Mereka telah menikah selama lima tahun, dan Maya merasa bahwa hubungan mereka semakin kuat dan harmonis dari waktu ke waktu. Bima selalu menjadi sosok yang penyayang, pengertian, dan selalu mendukungnya dalam segala hal. Ia merasa beruntung telah menemukan pria seperti Bima sebagai pendamping hidupnya.
Namun, di balik kebahagiaan itu, Maya merasakan adanya sesuatu yang mengganjal di hatinya. Ia merasa bahwa Bima menyembunyikan sesuatu darinya. Setiap kali ia mencoba untuk bertanya tentang masa lalunya, Bima selalu menghindar atau memberikan jawaban yang tidak jelas. Maya tidak tahu apa yang disembunyikan Bima, tetapi ia merasa bahwa rahasia itu akan mengubah segalanya.
Tiba-tiba, ketenangan Maya terusik ketika seorang wanita menghampirinya. Wanita itu tampak ragu dan gugup, seolah sedang mempersiapkan diri untuk menyampaikan berita buruk. Di belakang wanita itu, bersembunyi seorang gadis kecil yang tampak ketakutan dan memeluk erat kaki wanita tersebut. Gadis kecil itu mengenakan gaun berwarna merah muda yang sudah lusuh dan rambutnya dikepang dua dengan pita yang sudah pudar warnanya.
"Maaf, apa kamu Maya?" tanya wanita itu dengan nada ragu dan sedikit bergetar.
Maya mengangguk, merasakan firasat buruk yang tiba-tiba menyeruak. Jantungnya mulai berdebar kencang dan telapak tangannya terasa dingin. "Iya, benar. Ada yang bisa saya bantu?"
Wanita itu menarik napas dalam-dalam, seolah mengumpulkan keberanian untuk menghadapi sesuatu yang sangat sulit. "Saya Gita. Dan ini Tiara... dia anak Bima."
Kata-kata itu menghantam Maya seperti petir di siang bolong. Ia merasa seluruh tubuhnya membeku dan dunianya berputar. Ia menatap gadis kecil yang kini menunduk semakin dalam, berusaha menyembunyikan wajahnya di balik kaki Gita. Maya mencoba mencari kemiripan antara gadis kecil itu dan Bima. Ia melihat ada sesuatu yang familiar di mata Tiara, sesuatu yang mengingatkannya pada Bima.
"Saya tahu ini mungkin mengejutkanmu," lanjut Gita dengan nada lirih dan penuh dengan penyesalan. "Tapi, saya merasa kamu berhak tahu yang sebenarnya. Bima tidak pernah memberitahumu tentang Tiara... tentang masa lalu kami."
Maya terdiam, tidak bisa berkata apa-apa. Ia merasa seperti sedang berada di tengah badai yang dahsyat, kehilangan arah dan pegangan. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan atau katakan. Pikirannya kosong dan hatinya terasa hancur berkeping-keping.
"Saya... saya tidak mengerti," kata Maya akhirnya, suaranya bergetar dan hampir tidak terdengar. "Apa maksudmu? Tiara anak Bima? Bagaimana mungkin?"
Gita menghela napas panjang dan mempersilakan Maya untuk duduk di sebuah meja yang kosong di sudut kafe. Tiara mengikuti Gita dengan langkah lesu dan duduk di sampingnya, tetap menunduk dan tidak mengatakan sepatah kata pun.
"Ini cerita yang panjang dan rumit," kata Gita. "Tapi, saya akan menceritakan semuanya kepadamu."
Gita mulai menceritakan tentang masa lalunya dengan Bima. Mereka bertemu saat masih kuliah di Yogyakarta. Mereka saling jatuh cinta dan menjalin hubungan yang serius. Mereka berencana untuk menikah dan membangun keluarga bersama.
Maya terdiam, tidak bisa berkata apa-apa. Ia merasa seperti sedang berada di tengah badai yang dahsyat, kehilangan arah dan pegangan. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan atau katakan. Pikirannya kosong dan hatinya terasa hancur berkeping-keping.
"Saya... saya tidak mengerti," kata Maya akhirnya, suaranya bergetar dan hampir tidak terdengar. "Apa maksudmu? Tiara anak Bima? Bagaimana mungkin?"
Gita menghela napas panjang dan mempersilakan Maya untuk duduk di sebuah meja yang kosong di sudut kafe. Tiara mengikuti Gita dengan langkah lesu dan duduk di sampingnya, tetap menunduk dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Maya merasa iba melihat gadis kecil itu. Ia tampak begitu ketakutan dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
"Ini cerita yang panjang dan rumit," kata Gita. "Tapi, saya akan menceritakan semuanya kepadamu. Kamu berhak tahu yang sebenarnya."
Gita mulai menceritakan tentang masa lalunya dengan Bima. Mereka bertemu saat masih kuliah di Yogyakarta. Bima adalah seorang mahasiswa teknik yang cerdas dan tampan, sementara Gita adalah seorang mahasiswi seni yang berbakat dan penuh semangat. Mereka saling jatuh cinta pada pandangan pertama dan menjalin hubungan yang serius. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, belajar, berdiskusi tentang seni dan kehidupan, dan bermimpi tentang masa depan yang indah bersama.
"Kami sangat bahagia saat itu," kata Gita, matanya berkaca-kaca saat mengingat masa lalunya. "Kami merasa seperti dunia ini hanya milik kami berdua. Kami tidak peduli dengan apa yang orang lain katakan atau pikirkan. Kami hanya ingin bersama selamanya."
Namun, kebahagiaan kami tidak berlangsung lama. Suatu hari, Aku mengetahui bahwa aku hamil. Ia sangat senang dan bersemangat untuk memberitahu Bima tentang berita baik ini. Namun, ia juga merasa khawatir tentang bagaimana keluarga Bima akan menerima kehamilan ini. Ia tahu bahwa keluarga Bima berasal dari keluarga yang berada dan terpandang, dan mereka memiliki harapan yang tinggi untuk Bima.
"Aku sangat takut saat itu," kata Gita. "aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku takut keluarga Bima akan menolakku dan Bima akan meninggalkan aku. Demi keluarganya
Aku akhirnya memberanikan diri untuk memberitahu Bima tentang kehamilanku. Bima sangat terkejut mendengar berita itu, tetapi ia juga sangat senang. Ia berjanji akan bertanggung jawab dan menikahi Aku.
"Bima sangat baik dan pengertian," kata Gita. "Dia mengatakan bahwa dia akan selalu berada di sampingku dan melindungi kami berdua."
Namun, ketika Bima memberitahu keluarganya tentang kehamilan ku, mereka sangat marah dan kecewa. Mereka tidak menyetujui hubungan Bima dengan ku karena aku berasal dari keluarga yang sederhana dan tidak memiliki status sosial yang sama dengan mereka. Mereka memaksa Bima untuk meninggalkan aku dan menikahi wanita lain yang sesuai dengan pilihan mereka.
"Keluarga Bima sangat kejam," kata Gita. "Mereka mengatakan bahwa jika Bima tidak menuruti keinginan mereka, mereka akan mencabut semua fasilitas dan dukungan keuangan untuk Bima."
Bima berada dalam situasi yang sulit. Ia mencintai aku dan ingin bertanggung jawab atas kehamilanku, tetapi ia juga tidak ingin mengecewakan keluarganya dan kehilangan semua yang ia miliki. Setelah berjuang dengan batinnya, Bima akhirnya memutuskan untuk menuruti keinginan keluarganya dan meninggalkan Gita.
"Bima sangat menderita saat itu," kata Gita. "Dia mengatakan bahwa dia sangat mencintaiku, tetapi dia tidak punya pilihan lain. Dia harus menuruti kemauan keluarganya
***********