NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Gadis Desa

Jerat Cinta Gadis Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa pedesaan
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ika Dw

Sari, seorang gadis desa yang hidupnya tak pernah lepas dari penderitaan. Semenjak ibunya meninggal dia diasuh oleh kakeknya dengan kondisi yang serba pas-pasan dan tak luput dari penghinaan. Tanpa kesengajaan dia bertemu dengan seorang pria dalam kondisinya terluka parah. Tak berpikir panjang, dia pun membawa pulang dan merawatnya hingga sembuh.

Akankah Sari bahagia setelah melewati hari-harinya bersama pria itu? Atau sebaliknya, dia dibuat kecewa setelah tumbuh rasa cinta?

Yuk simak kisahnya hanya tersedia di Noveltoon. Dengan penulis:Ika Dw
Karya original eksklusif.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12. Sebuah Kalung

"Maksud kamu apa nak Jaka? Kamu bersedia menjaga Sari untuk selamanya? Bisa dijelaskan pada kakek?"

Rahmat maupun Sari cukup terkejut dengan penjelasan Jaka. Mereka tidak begitu mengerti apa maksud dari ucapan pria itu.

"Em..., jadi begini kek, Sari, dengan mengurangi rasa hormat, aku berniat untuk menemani kalian. Melihat Sari yang selalu sedih membuatku tak tega. Kalian sudah sangat baik padaku, jadi izinkan aku untuk membalas budi kebaikan kalian. Insyaallah Sari akan aman bersamaku."

Rahmat membuang nafas. Dia berpikir Jaka ingin menghabiskan waktu bersama dengan cucunya dengan niatan menikahinya, ternyata dugaannya salah, dia hanya ingin menjaganya saja. Tapi ia tak bisa menyalahkan, karena perasaan juga tidak bisa dipaksakan.

"Nak Jaka, kamu nggak perlu berjanji untuk menjaga Sari. Kamu sendiri bahkan tidak bisa menjaga dirimu sendiri. Sekarang kamu ngomong seperti ini karena masih belum mengingat identitasmu, tapi nanti setelah kamu ingat kembali aku yakin kamu bakalan ninggalin kami dan kembali pada keluargamu. Sari bukanlah tanggung jawabmu, terkecuali kalau dia saudaramu atau bahkan pasangan hidupmu baru kau bisa berjanji untuk menjaganya dengan baik. Lebih baik sekarang pikirkan saja bagaimana caranya kamu bisa mengingat kembali masa lalumu, karena dengan begitu kamu bisa segera bertemu kembali dengan keluarga kamu yang sesungguhnya. Bukannya kakek bermaksud untuk mengusir dari sini, tapi kamu juga memiliki kehidupan sendiri."

"Benar dengan apa yang dikatakan oleh kakek, kamu nggak harus ikut campur dalam urusan kami, apalagi berniat untuk menjagaku. Di antara kita tidak ada hubungan apa apa, jangan sampai orang orang di luar sana salah paham dengan keberadaanmu di sini. Alangkah lebih baik kalau kamu segera mengingat masa lalumu biar kamu bisa segera berkumpul dengan keluargamu."

Pria itu menatapnya dalam-dalam. Hati kecilnya ingin berkata tidak akan pernah mau meninggalkannya, ia sudah nyaman dengan kehidupannya saat ini dan ia ingin menjalin hubungan yang serius dengan Sari. Mungkin saat ini ia masih belum memiliki perasaan apa-apa padanya, tapi seiring berjalannya waktu ia yakin cinta bisa tumbuh dengan sendirinya.

"Kenapa sih, kalian selalu ingin aku segera sembuh dan mengingat kembali masa laluku? Apa kalian sudah bosan aku tinggal bersama kalian? Kalau kalian bosan aku tinggal satu atap dengan kalian, aku akan pergi, tapi beri waktu untuk bisa mendapatkan tempat yang nyaman untuk berteduh."

Kata-kata yang cukup menyayat hati. Rahmat merasa bersalah karena dianggap sudah menyinggungnya. Padahal ia tak memiliki maksud untuk mengusirnya, hanya saja ia ingin Jaka segera mengingat kembali masa lalunya biar bisa berkumpul kembali dengan keluarganya, ia yakin keluarganya juga telah melakukan pencarian, sayangnya ia tak tahu darimana Jaka berasal.

"Nak Jaka, kamu sudah salah paham sama kakek. Kakek tidak bermaksud untuk mengusirmu. Kakek hanya ingin kamu segera sembuh dan mengingat kembali masa lalumu. Maafkan kakek jika sudah melukai perasaanmu, tapi jujur kakek tidak ada niatan untuk mengusirmu dari rumah. Rumah kakek akan selalu terbuka untukmu, percayalah nak Jaka, kakek tidak memiliki niatan buruk terhadapmu."

Jaka mengulas senyuman tipis. Meskipun hatinya agak terluka tapi ia coba untuk bersikap tenang. Mungkin ia sudah terbawa perasaan hingga membuatnya selalu overthinking.

"Iya kek, aku juga minta maaf atas ucapanku tadi. Aku pikir kakek sudah bosan menampungku. Aku akan berusaha sekeras mungkin untuk bisa mengingat kembali, aku hanya butuh waktu kek."

Rahmat menepuk pundaknya perlahan. "Iya, tapi jangan terlalu dipaksakan. Coba di saat senggang kamu luangkan waktu untuk keliling tempat ini, ya siapa tahu saja ada petunjuk yang mengarahkanmu pada kejadian itu."

"Baik kek, akan ku usahakan."

***

Sepulang dari kebun Sari mengantar Jaka ke sungai untuk membersihkan diri. Di tempatnya masih jarang ada orang memiliki sumur, kebanyakan warganya mandi dan mencuci di sungai.

"Ayo cepat mandi sana! Aku tunggu kamu di sini."

Setibanya di sungai Sari memintanya untuk segera mandi. Di situ Jaka menautkan alisnya tertuju ke arah bebatuan besar yang letaknya di tengah-tengah sungai.

"Kok aku ngerasa nggak asing dengan bebatuan itu ya? Apa dulu aku pernah ada di tempat itu?"

Jaka tak juga segera mandi. Tatapannya tak lepas dari bebatuan besar di tengah sungai. Sari menegurnya lagi, karena jam jam siang akan banyak orang berdatangan memenuhi sungai itu.

"Di suruh mandi kok malah bengong sih? Sebentar lagi akan banyak orang datang ke sini buat mandi dan mencuci pakaian. Apa sekiranya kamu nggak malu mandi bareng mereka? Kebanyakan para cewek-cewek dan ibu-ibu penghuni kampung sini."

"I—iya aku akan mandi, tapi sebelumnya bisa dijelasin nggak, kenapa ada bebatuan besar di situ. Aku ngerasa nggak asing dengan bebatuan itu."

Dengan cepat Sari memberinya penjelasan. "Ya jelas itu batu nggak asing, kan aku nemuin kamu tergeletak di situ. Apa kamu mengingatnya?"

"Oh..., jadi kamu menemukanku tergeletak di situ? Ya ampun..., pantas saja kok aku ngerasa pernah ada di tempat itu. Yaudah, kalau gitu aku mandi dulu ya, kamu tungguin aku di sini, atau sekalian kita mandinya barengan?"

"Hah?" Sari mengangakan mulutnya. Bisa-bisanya si Jaka menawarinya untuk mandi bersamanya. "Kamu sudah gila ya! Bisa-bisanya ngajak mandi barengan. Aku masih punya harga diri!"

Pria itu terkekeh menanggapi ocehannya. "Iya-iya maaf..., gitu aja kok marah. Aku kan berniat baik menawari mandi bareng, bukan berarti mengajakmu bersenang senang. Kamu di sana aku di situ maksudnya, tertutup oleh bebatuan."

Bluss,, wajah Sari nampak merah merona. Dia sudah salah paham dengan penjelasan pria itu. Ia pikir pria itu berniat untuk mengajaknya main-main, ternyata pemikirannya saja yang terlalu kotor.

"Itu kenapa wajahmu tiba-tiba memerah? Kamu kepanasan ya? Atau nggak enak badan?"

"A—ah, enggak kok. Yaudah aku tunggu kamu di sana. Buruan kalau mandi! Entar gantian!"

Sari langsung melangkahkan kakinya agak menjauh, tak ingin mengotori matanya dengan penampakan tubuh bugil pria itu.

Jaka melangkahkan kakinya menuju bebatuan besar ditengah sungai. Di sana dia terdiam sesaat sembari mengingat ingat bagaimana posisinya kala itu. Mungkin bebatuan itu bisa dijadikan petunjuk awal mulanya ia terjatuh ke sungai hingga terseret arus. Ditatapnya aliran sungai yang bening dengan gemericik air yang syahdu terdengar di telinganya. Tak sengaja sorot matanya tertuju pada sebuah benda yang terselip di bebatuan kerikil di dalam air mengalir.

"Kalung? Apa jangan-jangan ini kalungku yang tertinggal?"

Jaka mengambil sebuah kalung yang tergeletak di atas batu kerikil dengan kondisinya putus. Dia memiliki keyakinan kalau kalung itu ada hubungan dengan masa lalunya. Rasa penasarannya semakin kuat, ia pun bertekad menggunakan kalung itu sebagai petunjuk untuk mengungkap jati dirinya.

"A, kalung ini berinisial huruf A. Atau jangan-jangan itu namaku?"

Jaka langsung mengantongi kalung tersebut dan segera memutuskan untuk segera membersihkan diri.

1
Ika Dw
Halo, author kembali lagi dengan cerita baru...yuk, mampir simak kisahnya 🙂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!