Ayla tumbuh sebagai gadis yang terasingkan di rumahnya sendiri. Sejak kecil, kasih sayang kedua orang tuanya lebih banyak tercurah pada sang kakak, Aluna gadis cantik yang selalu dipuja dan dimanjakan. Ayla hanya menjadi bayangan, tak pernah dianggap penting. Luka itu semakin dalam ketika ia harus merelakan cinta pertamanya, Arga, demi kebahagiaan sang kakak.
Tidak tahan dengan rasa sakit yang menjerat, Ayla memilih pergi dari rumah dan meninggalkan segalanya. Lima tahun kemudian, ia kembali ke ibu kota bukan sebagai gadis lemah yang dulu, melainkan sebagai wanita matang dan cerdas. Atas kepercayaan atasannya, Ayla dipercaya mengelola sebuah perusahaan besar.
Pertemuannya kembali dengan masa lalu keluarga yang pernah menyingkirkannya, kakak yang selalu menjadi pusat segalanya, dan lelaki yang dulu ia tinggalkan membuka kembali luka lama. Namun kali ini, Ayla datang bukan untuk menyerah. Ia datang untuk berdiri tegak, membuktikan bahwa dirinya pantas mendapatkan cinta dan kebahagiaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cumi kecil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13 SARAPAN SPESIAL UNTUK SANG PUJAAN HATI.
Sinar matahari pagi menyelinap lembut melewati tirai kamar, membias di dinding dengan rona keemasan. Burung-burung di luar sana berkicau pelan, seolah ikut menyambut pagi yang baru.
Arga perlahan membuka mata. Biasanya, ia bukan tipe pria yang suka tersenyum saat bangun tidur. Namun pagi ini berbeda. Senyum itu hadir begitu saja ketika pandangannya jatuh pada sosok wanita yang terbaring di sampingnya.
Alya.
Gadis itu masih terlelap, wajahnya damai, rambut terurai acak menutupi sebagian pipi. Napasnya teratur, lembut, seakan waktu pun enggan mengganggunya. Ada sesuatu yang menenangkan di sana, sesuatu yang membuat dada Arga terasa hangat.
Cantiknya… batin Arga, jemarinya hampir saja ingin menyibakkan rambut yang menutupi wajah Alya, namun ia menahan diri. Ia tidak ingin membangunkan gadis itu.
Pelan, ia bangkit dari ranjang. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Arga merasa ingin melakukan sesuatu yang istimewa bukan untuk dirinya, melainkan untuk wanita yang kini tidur tenang di sampingnya.
...----------------...
Di dapur suara dentingan terdengar dari dapur kecil di apartemen Arga. Wajahnya tampak serius, meski tangan-tangannya agak canggung.
“Telur dulu… lalu roti bakar…” gumamnya, berusaha mengingat bagaimana biasanya mamahnya menyiapkan sarapan. Ia bukan ahli masak, tapi kali ini ia ingin mencoba.
Ia membuat omelet sederhana, roti panggang, dan segelas jus jeruk segar. Sambil menata di atas nampan, ia sempat tersenyum kecil melihat hasilnya. Tidak sempurna, tapi ia yakin Alya akan tersentuh.
" Semoga dia suka… " Gumam Arga
Arga kembali masuk ke kamar. Alya masih dalam posisi yang sama, hanya bergeser sedikit. Cahaya matahari kini menyentuh pipinya, membuat wajahnya tampak semakin mempesona.
“Sayang…” suara Arga lirih, sambil meletakkan nampan di meja kecil. Ia duduk di sisi ranjang, lalu menyentuh lembut tangan Alya.
Alya mengerjap pelan, matanya yang indah terbuka dengan rasa kantuk. Ia sempat terdiam beberapa detik sebelum menyadari sosok Arga yang menatapnya dengan senyum hangat.
“Kamu…” suaranya serak, nyaris seperti bisikan. “Kamu sudah bangun?”
Arga mengangguk kecil. “Iya. Dan aku menyiapkan sesuatu untukmu.”
Alya perlahan bangkit, menyandarkan tubuh di kepala ranjang. Pandangannya terarah pada nampan sarapan yang penuh dengan roti, omelet, dan jus jeruk.
Kedua matanya melebar, lalu menatap Arga dengan ekspresi antara terkejut dan tidak percaya. “Kamu… kamu yang menyiapkan ini semua?”
Arga tersenyum, mengangguk lagi. “Ya. Memang sederhana, tapi aku ingin kamu tahu… kamu berarti banyak untukku. Jadi biarkan aku setidaknya membuat pagi ini lebih manis untukmu.”
Alya terdiam. Ada rasa hangat yang tiba-tiba menyusup ke dadanya, bercampur dengan sesuatu yang ia coba sembunyikan. Matanya sedikit berkaca-kaca, namun ia segera mengalihkan pandangan.
“Arga…” ia berbisik, suaranya bergetar. “Kamu nggak perlu repot-repot begini.”
Arga mendekat, lalu menatapnya dalam. “Aku ingin, Alya. Bukan karena aku harus, tapi karena aku ingin. Aku ingin kamu merasa istimewa, karena kamu memang istimewa untukku.”
Alya menunduk, berusaha menyembunyikan senyum kecil yang tak bisa ia tahan. Hatinya berdebar kencang.
Saat Arga menyodorkan garpu dengan sepotong omelet di ujungnya, Alya tak bisa menolak. Ia membuka mulut, lalu tersenyum malu setelah menelannya. “Hmm… rasanya enak.”
Arga tertawa kecil. “Kamu pasti bohong. Jujur saja kalau nggak enak.”
Alya menggeleng, matanya berkilat. “Tidak, aku serius. Mungkin bukan masakan restoran, tapi… ini sarapan paling manis yang pernah aku dapat.”
Mata Arga melunak. Tanpa sadar, ia mengusap lembut pipi Alya. “Kalau begitu, mulai sekarang… biarkan aku selalu jadi alasan kamu tersenyum setiap pagi.”
" Gombal " Ucap Alya
" Hanya dengan kamu, tidak dengan yang lain " Balas Arga " Aku juga sudah menghubungi pihak spa untuk datang.. Badan kamu pasti pegal-pegal kan "
Alya memutarkan kedua bola matanya. " Badanku pada pegal dan sakit karena ulah kamu. kamu seperti kucing yang di kasih ikan segar " Ledek Alya.
Yang di ledek malah tersenyum " Karena kamu sangat candu " Bisik Arga.