Cinta yang di nanti selama delapan tahun ternyata berakhir begitu saja. Harsa percaya akan ucapan yang dijanjikan Gus abid kepadanya, namun tak kala gadis itu mendengar pernikahan pria yang dia cintai dengan putri pemilik pesantren besar.
Disitulah dia merasa hancur, kecewa, sekaligus tak berdaya.
Menyaksikan pernikahan yang diimpikan itu ternyata, mempelai wanitanya bukan dirinya.
menanggung rasa cemburu yang tak semestinya, membuat harsya ingin segera keluar dari pesantren.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nadhi-faa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
"ini mah intimate wedding ala milyader."
komentar salah satu santriwati yang tengah duduk di salah satu kursi barisan para tamu putri.
semua santri pesantren al-hikmah menyaksikan akad yang akan diselenggarakan di lapangan pesantren putra yang kini sudah didekorasi ala garden party.
Tempat santri putra dan putri di pisah oleh karpet merah yang membentang sepanjang jalan ke depan sana, kearah panggung pelaminan, sebagai jalan untuk pengantin wanita yang akan muncul setelah ijab kabul selesai.
Gus abid, meski dadanya bergemuruh hebat, dia mencoba tenang ditengah acara.
penghulu menunjuknya sebagai saksi dan wali hakim yang akan menikahkan harsa, mengingat dia tak mengetahui siapa orang tuannya.
Andaikan bisa, gus abid memilih untuk melewati acara ini. Gus abid kembali melirik pengantin pria yang duduk tenang, diam tanpa ekspresi, namun wajah tampannya menguap ke seluruh penjuru pesantren.
calon suami harsa, terbesit sebuah kata yang membuat gus abid kesal.
Harsa baru selesai dengan riasannya. gadis yang akan menginjak umur dua puluh tahun itu kini duduk dengan gaun putih indah yang dirancang oleh desainer ternama.
Gaun satin putih yang tidak terlalu mengembang itu sangat cocok dengan tubuh mungilnya, tak lupa benang sulam berwarna silver yang dipadu dengan payet dari kristal Swarovski yang memberikan efek kilau yang begitu indah. jika saja mereka tahu harganya, mungkin akan pingsan seketika.
"hallo cintaku.."
suara cempreng yang muncul dari balik pintu, siapa lagi kalau bukan talita.
"wihhh, tambah cantik lo sa."
harsa melirik talita dengan pandangan sebal.
"senyum dikit kenapa mbak manten."
"tata!!"
teriak harsa dengan pelan.
para kerabat ndalem yang hadir mengamati interaksi mereka ikut tersenyum kecil. talita segera mendekat dan duduk di samping harsa.
"selvi dulu beb."
talita akan menekan tombol kamera-nya, namun dia baru tersadar jika ada neng elsa juga.
"ngapunten neng."
"iya gak papa."
neng elsa sadar diri jika dia tidak diajak dan memilih menggeser tubuhnya.
"bagaimana perasaanya sa?."
tanya talita sambil melihat foto-foto di galery ponselnya. harsa tak langsung menjawab.
"deg deg kan gak?."
tanya talita tak habis bertanya.
"iya."
"jangan lupa, segera cetak keponakan gue,...sebelum neng elsa duluan."
bisik pelan talita diakhir kalimat.
plak.
harsa memukul pelan paha talita dengan keras, membuat sang empu mengernyit kesakitan.
"loe mau jadi calon istri tukang kdrt sa."
bisik talita lagi yang mendapat pelototan cantik dari harsa.
kehadiran talita cukup menghibur dan mengalihkan grogi harsa, hingga dia lupa diri pada keadaanya sendiri.
Di lapangan sana acara akan akan dimulai, pembacaan ayat ayat suci alquran baru saja dilantunkan, dilanjutkan dengan khotbah nikah.
penghulu mulai menjabat tangan Axel, pria yang begitu tenang di pernikahannya yang kedua kalinya.
"Saudara Axel Regen Frederick bin Morgan Frederick, saya nikahkan dan saya kawinkan anda dengan saudari Harsa nayanika dengan mas kawin berupa logam mulai seberat lima belas gram, uang dua ribu dua puluh lima dolar dibayar tunai."
"Bismillahirrahmanirrahim saya terima nikah dan kawinnya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
"bagaiman para saksi?"
"sah"
kyai maulana segera memanjatkan doa usai ijab kabul selesai.
Kyai maulana menepuk pundak kokoh Axel, meski beliau bukanlah ayah kandung harsa, namun anak gadis itu tumbuh dibawah naungan-nya. tentu dia berharap harsa mendapatkan kebahagiaan selayaknya harapan seorang ayah pada putrinya.
"sekarang tanggung jawab saya, saya alihkan ke kamu, saya harap kamu bisa menuntun harsa menjadi pribadi yang lebih baik."
Ucap kyai maulana kepada axel.
Axel hanya mengangguk, kemudian dia menerima pelukan kyai maulana, lalu menjabat gus abid yang ada disamping ayahnya.
"selamat mas Axel."
berat, namun harus gus abid ucapkan. terpaksa senyum, seolah ikut bahagia atas pernikahan orang yang dia cintai. kini gus abid mengerti apa yang dirasakan harsa kepada dirinya.
setetes embun bening jatuh dari sudut mata harsa. gadis itu segera menyeka setelah mendengar doa yang dipanjatkan kyai maulana di tutup dengan kalimat hamdalah.
umma halimah langsung mengulurkan tangannya pada harsa. Memeluk putri angkatnya dengan dekapan hangat.
"selamat sayang, semoga pernikahan kalian selalu diridhoi gusti allah Subhanahu wa ta'ala"
ya allah maafkan hambamu ini. semoga dengan menikahkan mereka, mereka dapat membangun rumah tangga masing-masing dengan bahagia.
Dalam batin, umma halimah memanjatkan doa.
Harsa dituntun ke lokasi acara, sepanjang jalan beberapa santriwati diutus untuk menaburkan bunga ketika harsa lewat, kelopak mawar putih berhamburan, jatuh indah sebelum menyentuh tanah. mawar putih adalah bunga yang melambangkan simbol awal yang baru, cinta yang murni, dan komitmen abadi. begitu besarnya harapan sebastian pada rumah tangga cucu-nya kali ini.
Harsa melangkah dengan menggenggam erat hand Bouquet-nya. jari-jari kecil tangannya memutih namun tersamarkan oleh hena merah di kukunya yang begitu mencolok diantara lainnya.
umma halimah dan neng elsa yang berjalan mendampinginya sebagai keluarga wanita terdekat.
"senyum beb. calon nyonya gak perlu tegang-tegang amat kayak tiang lampu dijalan aja lo..."
suara talita memecahkan ketegangan. temannya itu ternyata sudah berdiri disamping sambil membawa keranjang bunga dan menaburkan keatasnya.
Harsa yang tegang itu selalu dicairkan oleh celotehan talita yang membuat dia malu ketika umma halimah memergokinya.
Akhirnya kumpulan bunga calla putih ditangan harsa sedikit melonggar.
"Kemarin unduh mantu neng elsa ingin gue jadikan inspirasi wedding gue nanti, eh sekarang pengen kaya neng harsa, gak menyala tu dompet papa ku."
celoteh salah satu santriwati disamping sahabatnya.
Tak terasa harsa sudah dekat dengan panggung, matanya tak sengaja melirik gus abid yang tengah duduk dijajaran para ustadz pesantren al hikmah yang ikut serta diundang.
"harsa, ayo."
Tegur umma halimah yang sadar jika putrinya tiba-tiba berhenti sesaat. harsa menatap umma halimah dengan ragu.
"ayo sayang, suamimu sedang menunggu mu."
meski dalam hati dia ragu, pada akhirnya harsa melangkah.
pertemuan dua insan yang tidak pernah bertemu, namun tiba-tiba takdir menyatukan mereka dengan ikatan dan ikrar suci yang sakral. begitu asing bagi harsa.
sedangkan Axel menatap pengantin wanitanya yang menurutnya berjalan mendekat seperti siput, lama. kepala harsa sedikit menunduk, seolah karpet adalah hal yang sangat menarik untuk ditatap.
Axel sebenarnya hanya ingin tahu saja, tentang bola mata coklat terang yang dia lihat di foto itu. dia ingin melihat lebih dekat, lebih jelas, itu yang membuat dia menahan rasa penasarannya.
Dengan spontan dia mengulurkan tangannya kepada harsa yang sudah berada didepannya.
Umma halimah segera menuntun tangan harsa untuk menyambut uluran tangan suaminya.
Harsa menatap telapak tangan kokoh yang menenggelamkan tangan mungilnya. dingin, itu yang terbesit dalam pikiran nya saat ini. harsa tak berani menatap suaminya.
"neng harsa malu-malu kucing banget."
celoteh santriwati yang masih bisa harsa dengar.
"semoga kalian selalu bahagia."
ucap umma halimah memecahkan keheningan.
Max yang mendampingi tuannya itu segera mendekat memberikan nampan kecil berisi kotak perhiasan.
"selamat ya bos."
ucap max meski tidak mendapatkan respon dari bosnya itu.Max sekilas melirik istri tuannya itu.
Ternyata selera bos dan tuan besar kebalik ya. spek kendall jenner vs ukhty spek yali yali.
Harsa menatap jarinya yang akan disematkan cicin pernikahan, indah, namun tangannya ingin segera dia tarik dari pegangan suaminya.
selesai cincin disematkan, para santriwati tepuk tangan dengan meriah.
namun ada hal yang tak terduga, scene yang membuat para santriwati menjerit heboh karena baper wajah para wanita itu bersemu merah.
Axel, pria pendiam yang dingin, hatinya tak sentuh setelah cerai dengan istrinya itu tiba-tiba merasa jengkel pada gadis yang terus menunduk.
Dengan sengaja, axel menarik pinggang gadis itu agar mendekat dengannya, harsa spontan mengangkat kepalanya.
bola mata coklat terang itu melebar, dengan gerakan reflek yang cepat harsa mengangkat tangannya.
Hand bouquet itu menjadi penghalang diantara kening harsa dan bibir Axel.
Adegan yang terlihat so sweet bagi yang melihat, namun tidak dengan kedua insan.
Bagi Axel, ini pertama kalinya dalam hidupnya dia menerima penolakan secara terang-terangan.
"maaf."
pelan, namun masih bisa di dengar. terdengar seperti ejekan ditelinga axel.
mata coklat terang yang sekilas menatap Axel itu seolah menghipnotis. wajah istri barunya itu merah, namun bukan karena salting seperti terlihat marah karna malu.
Axel kembali berekpresi datar, sesekali dia berdehem pelan.
sebastian yang duduk dibarisan depan itu sedikit tak percaya dengan tingkah cucunya yang absurd.
Para santri masih heboh dengan adegan ciuman yang gagal karena terhalang oleh bunga. lucu tapi manis menurut mereka.
para orang tua yang menyaksikannya pun jadi senyum-senyum sendiri.
dalam hati.
Biasa anak muda.
"mohon maaf untuk di maklumi, cucu saya memang sudah berpuasa selama lima tahun, mungkin dia tak bisa menahan sedikit lama."
Jelas Sebastian pada tamu yang duduk disampingnya. mereka terkekeh pelan dan sangat memaklumi.
"harsa. "
umma halimah memberikan kode pada harsa untuk mencium tangan suaminya, dan gadis yang pikirannya sedang melambung terbang entah kemana itu bagaikan gadis kecil kebingungan.
umma halimah jadi kesal sendiri dengan harsa.
"sayang, cium tangan suamimu."
Akhirnya umma halimah memberikan arahan, dan kembali menuntun harsa yang terlihat enggan.
sepertinya umma halimah kembali lagi memaksa harsa.
Dengan berat hati harsa melakukan perintah umma halimah.
Axel memberikan tangan dengan santai, namun saat hembusan nafas hangat harsa yang menerpa permukaan punggung tangannya membuat sensi yang berbeda, sekilas, namun bibir lembut itu sangat membekas.
kyai maulana menuntun Axel tangan Axel untuk menyentuh kepala harsa dan memanjatkan doa.
Axel sudah menebak, jadi dia sudah mempersiapkan apa yang harus dilakukan, dia tak bodoh-bodoh amat dalam hal urusan agama.
barulah itu dia bisa mencium kepala istrinya meski terhalang oleh kain.