Hal yang paling menyakitkan dalam kehidupan kita adalah bertemu dengan orang yang selama ini kita benci akan menjadi seseorang yang menemani hidup kita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Aldi Pov.
Aku terlalu memikirkan kondisi Ayah, aku terlalu mencemasakan kondisi Ayah, dan sekarang aku melupakan istri yang saat ini sedang mengandung buah hati kami. Ntah kenapa saat aku memanggilnya Buah Hati, jantungku berdebar, dan berdetak sangat kencang, ingin rasanya aku selalu berada di samping Anna dan Buah Hati kami.
Tapi, aku tak bisa. Aku harus mengurus beberapa pekerjaan yang Ayah tinggalkan. Aku hanya mengirim beberapa orang untuk menjaga Anna dan bayiku. Sempat terfikir olehku, jika aku tak pantas menjadi suami Anna. Karena di saat seperti ini, malah Putra yang membawa Anna kerumah sakit. Ah, sial.. Aku selalu saja kalah cepat.
Aku masuk ke dalam ruang inap Anna, dan aku menemukan Anna yang dulunya selalu tertawa di sampingku kini dia menutup matanya, wajahnya pucat. Apa Anna sesakit itu mengandung bayi kami? Aku tak menemukan Putra disini, Anna sendirian. Aku duduk di samping Anna menggenggam erat tangan Anna yang tanpa Infus. Aku mengecupnya beberap kali, pertanda jika aku sangat menyesal karena telah menyetujui agar dia tinggal di Apartemen miliknya.
"Ann, cepatlah sembuh.." gumamku lirih tanpa melepas genggamanku yang berada di tangan Anna. Air mataku jatuh, karena memikirkan sakit yang Anna derita. "Cepatlah sembuh, dan tersenyumlah kepadaku." ujarku lagi sambil mengusap anak rambut Anna.
Gerakan Aldi, membuat Anna mengerjapkan matanya beberapa kali, "An, kamu sudah sadar?"
"Al, ini dimana?" Anna bertanya dengan suara seraknya.
"Kita di Rumah sakit, Sayang!!" Aldi menjawab sambil tersenyum. "Sebentar Sayang, aku mau panggil dokter dulu." ujarnya lalu meninggalkan Anna di atas tempat tidur.
Seorang wanita dengan dress selutut berwarna pink yang dia lapisi dengan mantel tebal datang ke Cafe tempat dia dan tunangannya bertemu. Tunangan yang selalu dia abaikan. Tunangan yang selalu dia menurut ketika dia berbuat seenaknya.
"Kau darimana?" tanya sang Pria sambil menyatukan jemarinya. "Kau bertemu dengan Aldi lagi?" pertanyaan yang tak di jawab oleh si wanita. "Jawab Mila." desisan sang pria membuat sang wanita menatap sang pria dengan tatapan kesal.
"Aku mau bertemu dengan siapapun itu bukan urusanmu. Jika kamu tak suka aku bertemu dengan pria selain kamu, lebih baik kamu pergi saja. Aku akan melakukan rencanaku sendiri." ujar sang wanita dengan tatapan sinis dan tajam.
"Aku bukannya tak suka. Hanya saja, aku meminta berhentilah kamu mengganggu kehidupan Anna dan Aldi lagi, mereka tak akan berpisah meskipun kamu mencoba memisahkan mereka sekalipun."
"Andre, aku tak butuh komentarmu!! Akan lebih baik jika aku bekerja sama dengan Putra dari pada denganmu. Dan ya, anakmu telah mati." ujar Mila dengan santai.
Andre menatap wajah tenang Mila. "A-apa maksudmu?" Andre bertanya dengan suara bergetar. "M-mati? K-kenapa? Bagaimana bisa?" tanyanya masih dengan suara yang sama.
"Yah, karena aku tak suka saja kau mencampuri urusanku!! Aku hanya ingin rencana yang aku buat sukses. Tidak ada kata gagal, maka dari itu, aku memutuskan untuk membuat anak yang aku kandung mati."
"Kau gila?? Demi seorang pria kau melakukan hal hina seperti itu?" teriak Andre yang membuat semua pengunjung menatap mereka dengan tatapan mencemooh dan bertanya-tanya. Andre tersenyum mengejek. "Yah, benar!! Kau akan melakukan apapun agar Aldi akan kembali kepadamu, baiklah. Lakukanlah!! Aku menyerah, bukan karena aku telah lelah dengan rencana kita, tapi aku lelah karena aku harus berhadapan dengan wanita yang sangat keras kepala sepertimu. Baiklah!! Aku pergi, lagipula kau sudah tak mengandung anakku lagi, jadi buat apa aku membantumu? Sekarang, kamu lakukan sesukamu." ujar Andre panjang lebar, lalu meninggalkan Mila di tempat tadi.
"Ini bagus buat kita berdua, Andre. Seandainya kamu tahu dan sadar jika aku telah mencintai mu itu akan membuatmu semakin tersiksa. Aku tak akan pernah bisa membuatmu bahagia." Mila menatap kepergian Andre dengan tatapan sendu, "Aku akan mengurus anak kita dengan baik, kamu jangan pernah khawatir." gumamnya sambil mengusap perutnya yang sengaja dia tutupi dengan mantel tebalnya.
Mila sengaja mengatakan hal menyakitkan itu kepada Andre agar dia tak tahu isi hati Mila sebenarnya. Apalagi sejak kejadian beberapa hari yang lalu ketika dia hendak mengunjungi Pak Yoga yang sudah Tiga hari tak dia jenguk.
Tiga Hari yang lalu.
Tiga hari yang lalu Mila datang lagi menemui Ayah Aldi, dan betapa kagetnya dia setelah masuk dia melihat Pak Yoga sudah duduk di atas tempat tidur seolah dia memang menunggu kedatangan Mila.
"P-pak Yoga.." ujar Mila dengan suara bergetar.
"Kenapa Mila? Terkejut?" suara Pak Yoga sudah kembali seperti semula, tegas dan juga dingin sangat mirip dengan Aldi.
Mila menggeleng, "Tidak, hanya saja--" belum sempat Mila melanjutkan kata-katanya tangan Yoga sudah terangkat, pertanda jika dia tak mau Mila berkata lagi.
"Aku sudah tahu jika kau sengaja ingin menghancurkan rumah tangga Aldi. Aku juga tahu jika kau selama ini sudah memanipulasi semua keterangan jika anak yang kamu kandung itu adalah anak Aldi. Padahal, itu anak dari tunanganmu sendiri, Andre." ujar Pak Yoga dengan sedikit tersenyum pertanda jika yang dia bicarakan benar adanya. Padahal, Yoga sendiri masih belum pasti anak dari Andre.
"Kau bingung, bagaimana aku bisa tahu?" tanya Yoga sambil menatap Mila yang hanya membatu di ujung ruangan. "Aku walau mataku tertutup, tapi aku tahu semuanya. Tentang bagaimana rencanamu yang sangat ingin menghancurkan keluarga Aldi dan Anna. Aku tahu semua itu, tapi aku tutup mata. Karena bagiku itu hanya ujian kecil di rumah tangga anakku. Aku kira kau lelah dan menjauh jika Aldi tak menginginkan dirimu lagi, tapi aku salah.. Kau malah ingin memisahkan mereka berdua dengan cara kehamilanmu?"
"Kau tak tahu bagaimana pintarnya Aldi, hm?? Jika Aldi sudah mengusut semua tentang kehamilanmu maka kau akan di buat malu oleh Aldi, sayang anak bodoh itu tak mau mengusutnya. Dia hanya mentertawakanmu.. Yah, dia mentertawakan kebodohan karena ingin bermain dengan Aldi." Pak Yoga menjeda ucapannya. "Kau tahu, Tunanganmu itu mencintaimu? Dan kau sekarang juga sama, bukan? Kau juga sudah terpengaruh sedikit banyak kehadiran Tunanganmu.. Kau mulai nyaman dengannya, dan kau mulai merasakan ketertarikan dari Tunanganmu, benar kan?" tanya Yoga yang hanya di jawab dengan gelengan kepala Mila.
"Lalu, kau ingin bilang jika kau masih mencintai Aldi??" tanya Pak Yoga tak percaya. "Jangan bohong dengan hatimu sendiri, Mila. Kau datang kepadaku malam itu, dan kau bilang jika aku harus menyaksikan kau menikah dengan Aldi? Jangan pernah kau bermimpi.. Anna hanyalah satu satunya menantu di keluarga Prayoga. Tak ada lagi menantu lain."
"Lupakan dengan semua rencana yang kau susun. Kau kembali saja dengan Tunanganmu. Aku tak suka ada penolakan Mila." kata Yoga mengakhiri perdebatan antara dirinya dengan Mila.
Mila mengingat ucapan dari ayah Aldi, yah dia tahu banyak tentang Yoga, dia tak akan tinggal diam jika Aldi yang di ganggu. Apalagi ini menyangkut menantu yang dia sayangi, maka sudah pasti jika dia tak akan diam saja.
Mila masih menatap pintu yang tadi di lewati oleh Andre, dia menatap tanpa henti, dan perlahan air matanya menetes. "Kenapa rasanya sesakit ini?" gumam Mila sambil meremas ujung dress yang dia pakai hingga membuat dress itu lusuh. "Nggak, aku nggak boleh terlihat lemah. Aku harus kuat, karena sekarang ada Andrea di perutku." Mila masih bergumam denga suara yang dia tahan.
Sudah seminggu Anna tinggal di Rumah sakit, tanpa melakukan apapun. Ayah Aldi sudsh sembuh dan dia kini sedang datang buat menjemput Anna agar tinggal di rumahnya. Rumah yang dulu dia tinggalkan.
"Aldi.. Anna.." ujar pak Yoga saat dia sudah berada di dalam ruangan inap Anna.
"Mama, Papa.." ujar Anna sambil menutup novel yang di berikan oleh Aldi. Mama Aldi menghampiri Anna lalu memeluk menantu kesayangannya itu, "Ma,, Anna kangen!!" seru Anna dengan meneteskan air mata.
"Kalau kangen jangan pergi pergi lagi ya, Sayang.. Apalagi kamu sekarang sedang hamil.. Jantung Mama mau copot rasanya saat Aldi menelfon Mama memberi kabar jika kamu pingsan." ujar Mama Aldi sambil menepuk punggung Anna pertanda jika Mama Aldi memberikan petuah yang tak boleh Anna lupakan.
"Maafkan Anna, Ma.." Anna terisak di dekapan Mama Aldi.
"Mama maafkan.." mereka tetap berpelukan tanpa perduli dengan tatapan Ayah Aldi dan Aldi yang sudah selesai mengurus Adminitrasi Anna.
"Anna, kau ini tidak boleh turun dari tempat tidur." ujar Aldi saat tahu Anna berada di dapur.
"Aku lapar, Al.." rengek Anna sambil menatap wajah Aldi dengan tatapan bersalah.
Aldi mengehela nafas, "Kamu mau makan apa? Biar aku yang masak." ujar Aldi sambil mengambil alih spatula dari genggaman dari tangan Anna.
Anna menggelengkan kepalanya, "Aku nggak mau masakanmu, Al.. Aku ingin masak yang biasanya di masak langsung oleh Ibuku.."
Aldi membulatkan kedua matanya, "Maksudmu? K-kita ke tempat Ibu? Sekarang? Jam segini?" Aldi bertanya dengan polosnya, dan diangguki oleh Anna.
"Kita kerumah Ibu sekarang. Apa salahnya jam 01.00 Al? Aku yakin, Ibu sama Ayah masih belum tidur.."
"Apa???"
BERSAMBUNG