NovelToon NovelToon
CEO KEJAM SUAMIKU

CEO KEJAM SUAMIKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Percintaan Konglomerat / Kontras Takdir / Pernikahan rahasia
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: CrystalCascade

Seorang gadis yang duduk di bangku SMA yang mempunyai kepribadian yang ceria dan selalu tersenyum.

seketika semuanya berubah ketika dia di jodohkan oleh orang tuanya dengan CEO yang sangat kejam dan tak tau belas kasih.

Semua keceriaan nya dan senyum nya berubah menjadi tangisan.

hiks hiks kak jangan pukul aca"
aca terisak CEO yang telah menjadi suaminya , memukul nya tanpa belas kasihan.

apakah aca sanggup menghadapi CEO yang kejam , dingin dan tak berperasaan dan yang telah menjadi suami sah nya itu dengan belah kasihan .

Dan apakah aca bisa mengubah sifat dingin dan kejam suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CrystalCascade, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB .15

Assalamualaikum semuanya ✨

Sebelum baca jangan lupa like dan komen ya dukungan kalian buat aku semangat nulis cerita 😚😋

Gedung kantor Aldo menjulang tinggi, megah seperti sosok yang memimpinnya. Ruang kerjanya di lantai teratas begitu elegan minimalis, rapi, dingin. Seperti pemiliknya.

Pagi itu, Aldo datang lebih awal dari biasanya. Tak banyak bicara pada siapa pun. Asisten pribadinya pun hanya mendapat anggukan singkat sebagai bentuk sapaan. Yang sedikit berbeda adalah di tangannya, ada satu tas makan kecil berwarna hitam dengan aksen garis putih.

Bentuknya sangat rumahan.

Seketika, hal itu menjadi sorotan bagi Dimas, sahabat sekaligus salah satu sekretaris di perusahaannya.

Dimas yang baru masuk setengah jam kemudian langsung nyelonong ke ruang kerja Aldo tanpa mengetuk, seperti biasa. Aldo sedang mengetik di depan laptop, ekspresinya seperti biasa datar dan fokus.

Tapi Dimas bukan sahabat biasa dia punya keahlian khusus yaitu mengusik nya.

"Bro..." ucap Dimas sambil melempar diri ke sofa di dekat meja kerja, "lo bawa bekal?" tanyanya, matanya tajam menatap tas makan di sudut meja.

Aldo tak menjawab, hanya menoleh sekilas.

Dimas langsung berdiri dan mengambil kotak makan itu dengan ekspresi geli "Lo? Bawa bekal? Ini serius? Biasanya kan lo tinggal pesan makanan seharga cicilan motor"

Aldo menyambar kembali bekalnya dan meletakkannya pelan ke mejanya, namun cukup tegas.

"Jangan dibuka. Nggak sopan"

Dimas mendengus, tertawa kecil "Siapa yang masakin? Jangan bilang... lo masak sendiri?"

Aldo mengangkat alis "Saya tidak punya waktu untuk memasak"

Dimas tertawa lebih keras "oh iya Tapi serius, ini dari siapa? Mama lo? Atau" ia mengangkat-angkat alis nakal "dari cewek lo ya?"

Aldo diam sebentar, lalu menjawab cepat "dari Mama"

"Oh wow" Dimas mengangguk-angguk dramatis "Anak mama banget CEO kejam bawa bekal dari mamanya, bro Gue harus catat ini"

"Catat, terus saya bakar" balas Aldo dengan nada datar tapi mata melirik tajam.

Tapi Dimas tak berhenti di situ. Saat jam makan siang tiba, ia langsung menyeret diri ke ruang makan kantor yang biasanya kosong karena semua staf lebih suka makan di luar atau pesan makanan mahal. Hari ini, Dimas duduk tepat di seberang Aldo menyaksikan dengan penuh rasa ingin tahu saat si CEO membuka kotak makannya.

Dari dalam, tercium aroma ayam semur rumahan yang tak terlalu rapi bentuknya. Dimas nyaris bersin karena menahan tawa.

"Bro" katanya pelan "Ini bukan masakan mama lo"

Aldo berhenti menyendok sup "Kenapa kamu yakin?"

"Karena gue pernah makan masakan nyokap lo. Dia perfectionist. Semua bentuk makanan harus simetris Ini" Dimas menunjuk bagian ayam yang potongannya tidak jelas "ini makanan kayak orang baru belajar masak"

Aldo terdiam sedikit bingung, lalu berkata dengan tenang "Dia masak buru-buru dan baru belajar "

Dimas menyipit "Siapa 'dia'?"

Aldo buru-buru menyendok nasi ke mulut, mengalihkan pembicaraan. Tapi Dimas bukan orang yang mudah berhenti kalau sudah penasaran.

"Lo pacaran ya? Gila lo beneran punya cewek? Atau jangan-jangan" Dimas terdiam, matanya membesar "Lo udah nikah?"

Seketika Aldo tersedak supnya. Dimas memukul punggungnya sambil tertawa puas.

"GUE BENER, KAN? GUE NGERASA DARI KEMARIN ADA YANG ANEH!"

Aldo menatapnya tajam "Kamu jangan sok tau"

"Gila, gila, gila Lo nikah diam-diam? Istrinya siapa? Model? Aktris? Atau anak SMA dan jangan bilang lo nikah sama dia?" Dimas tertawa lagi, menganggap itu lelucon.

Aldo hanya diam. Jawaban yang cukup untuk bikin Dimas menghentikan tawanya.

"Eh... jangan bilang beneran?"

Aldo kembali menyendok makanan. "Makan, Dim Jangan banyak omong"

Dan dengan itu, Dimas hanya bisa menatap sahabatnya yang misterius sambil geleng-geleng kepala. Tapi di dalam hati, dia penasaran setengah mati.

Sementara itu, Aldo diam-diam membuka post-it kecil yang ia sembunyikan di balik tutup kotak makan tulisan tangan Aca yang mungil dan sedikit miring.

"Kalau kamu kenyang, jangan lupa senyum ya. Walau aku tahu itu susah"

Aldo menahan senyum kecil yang nyaris tak terlihat. Dimas mungkin tidak tahu, Dunia mungkin belum tahu. Tapi di dalam kotak makan itu, ada rasa rumah yang perlahan membuat CEO dingin itu hati nya sedikit menghangat.

Hari itu, langit biru cerah, angin berhembus lembut, dan pagi berjalan seperti biasa. Aca melangkah masuk ke gerbang sekolah dengan senyum mengembang.

Rambutnya yang dikuncir setengah menari-nari tertiup angin, dan tawa kecilnya terdengar ketika ia bergurau bersama teman-temannya.

Tidak ada yang istimewa pagi itu sampai Alex datang.

Alex, teman satu sekolah Aca yang belakangan ini makin sering mendekatinya.

Di lain sini aca Saat jam istirahat, Alex menyelip ke kelas Aca "Aca, mau duduk di taman bentar nggak? Gue bosen banget di kelas"

Aca sempat ragu, tapi kemudian tersenyum dan mengangguk "Boleh Tapi cuma bentar ya"

Kedua sahabat Aca pun yang melihat itu pun menatap Aca dengan penuh tanya.

"Maaf ya Aca gak istirahat bareng kalian Alex ajak Aca ke taman belakang gak papa kan"

Tanya Aca kepada kedua sahabatnya.

"Hayo lo mau ngapain sama Alex, atau jangan-jangan lo dah pacaran ya sama Alex"

Tuduh sila.

Seketika pun Aca langsung menggelengkan kepalanya "gak kok Aca cuman teman an sama Alex udah ya Aca pergi dulu Alex udah nunggu babayy"

Setelah itu pun Aca pergi menemui Alex di taman belakang sekolah.

Mereka pun duduk di taman sekolah. Di bawah pohon rindang, mereka ngobrol ringan Tentang guru di sekolah nya, tugas PR, dan lagu-lagu TikTok terbaru. Aca tertawa lepas, dan Alex tersenyum memperhatikannya.

"Aku suka lihat kamu ketawa" ujar Alex tiba-tiba.

Aca terdiam, tersedak udara. "Eh?"

Alex buru-buru menunduk. "Maksudku, kamu tuh kelihatan lebih santai. Biasanya kamu kayak banyak pikiran"

Aca hanya tersenyum samar. Andai kamu tahu.

Saat bel pulang berbunyi, sekolah langsung ramai. Aca memasukkan buku ke tasnya, bersiap pulang, ketika Alex menawarkan sesuatu.

"Gue anter pulang ca?"

Aca ragu. Ia ingat ucapan Aldo semalam tentang jangan dekat-dekat dengan cowok. Tapi hari ini Aldo tak menjemput, dan rumah lumayan jauh. Lagipula, ini hanya Alex.

"Yaudah deh" jawab Aca pelan "Tapi jangan ngebut ya"

Mereka pun berjalan sampai di depan rumah aca dan tak sadar mereka bertepatan dengan sebuah mobil hitam mewah yang baru saja yang juga berhenti tepat di depan rumah Aca.

Dari dalam mobil itu keluar sosok pria tinggi dengan jas abu, rambut rapi, dan mata tajam yang langsung tertuju pada dua remaja di depannya.

Tatapan Aldo menusuk. Rahangnya mengeras, dan tangan kanannya mengepal. Aca menegang seketika.

"Aca," panggil Aldo pelan, tapi dengan nada yang dinginnya menusuk tulang.

Alex yang tidak tahu apa-apa hanya tersenyum sopan. "Sore, Kak"

Aldo tidak menjawab. Ia hanya menatap Alex dari ujung kepala sampai kaki.

"Kamu bisa pergi sekarang" ucap Aldo tajam. "Sekarang"

Alex menoleh pada Aca, bingung. Tapi Aca mengangguk, memberi isyarat agar Alex pergi saja. Dengan ragu, Alex pun meninggalkan mereka.

Aldo tanpa kata langsung masuk ke dalam rumah. Pintu ditutup agak keras.

Aca buru-buru menyusul. Begitu masuk, ia mendapati Aldo berdiri di dapur, di depan meja tempat kotak bekal Aca yang tadi pagi ia siapkan dengan penuh semangat.

"Kk Aldo, aku bisa jelasin"

BRAK!

Kotak makan itu dibanting ke lantai. Suara plastik pecah menggema di ruangan. Aca tersentak, matanya melebar. Hatinya ikut retak seperti bekal yang berserakan.

"Kamu pikir saya main-main sama ucapan saya kemarin Aca?" suara Aldo dalam, nyaris seperti auman.

"Dia cuma temen sekolah Aca pulang bareng karena kk nggak jemput" Aca mulai terbata, nyaris menangis.

Aldo mendekat, wajahnya gelap. "Kamu itu istri saya Aca. Istri! Bukan cewek bebas yang bisa jalan sama cowok manapun, kamu bisa telepon saya kalau ingin di jemput saya bisa ke sana!"

"Tapi kk juga pernah bilang jangan menyusahkan kk, dan lagian juga kk pasti sibuk!" Aca membela diri.

Aldo menahan napas, giginya terkatup rapat. "Bukan soal siapa salah. Tapi karena saya nggak bisa nerima kamu pulang bareng laki-laki lain Titik"

Aca memalingkan wajah, air matanya jatuh "Kk cemburu?"

Aldo terdiam. Lalu ia berbalik, menatap ke luar jendela, seolah mencari jawaban dari udara.

"Saya nggak peduli kalau makanan kamu nggak enak. Saya juga nggak peduli kamu nggak bisa masak, atau kamu keras kepala" ucap Aldo lirih.

Ia menoleh, menatap Aca yang kini menangis dalam diam.

"Tapi saya nggak bisa liat kamu sama cowok lain Aca, Saya nggak bisa saya benci akan pengkhianat antara seorang wanita dan pria lain di belakang saya"

Dan dengan itu, Aldo pun meninggalkan dapur, meninggalkan Aca dengan dada sesak dan air mata yang jatuh diam-diam.

Aca tidak tahu sebenarnya yang Aldo katakan itu bukan hanya tentang kemarahan tapi sesuatu yang susah untuk ia akui.

Seketika Aldo tersedak supnya. Dimas memukul punggungnya sambil tertawa puas.

"GUE BENER, KAN? GUE NGERASA DARI KEMARIN ADA YANG ANEH!"

Aldo menatapnya tajam "Kamu jangan sok tau"

"Gila, gila, gila Lo nikah diam-diam? Istrinya siapa? Model? Aktris? Atau anak SMA dan jangan bilang lo nikah sama dia?" Dimas tertawa lagi, menganggap itu lelucon.

Aldo hanya diam. Jawaban yang cukup untuk bikin Dimas menghentikan tawanya.

"Eh... jangan bilang beneran?"

Aldo kembali menyendok makanan. "Makan, Dim Jangan banyak omong"

Dan dengan itu, Dimas hanya bisa menatap sahabatnya yang misterius sambil geleng-geleng kepala. Tapi di dalam hati, dia penasaran setengah mati.

Sementara itu, Aldo diam-diam membuka post-it kecil yang ia sembunyikan di balik tutup kotak makan tulisan tangan Aca yang mungil dan sedikit miring.

"Kalau kamu kenyang, jangan lupa senyum ya. Walau aku tahu itu susah"

Aldo menahan senyum kecil yang nyaris tak terlihat. Dimas mungkin tidak tahu, Dunia mungkin belum tahu. Tapi di dalam kotak makan itu, ada rasa rumah yang perlahan membuat CEO dingin itu hati nya sedikit menghangat.

Hari itu, langit biru cerah, angin berhembus lembut, dan pagi berjalan seperti biasa. Aca melangkah masuk ke gerbang sekolah dengan senyum mengembang.

Rambutnya yang dikuncir setengah menari-nari tertiup angin, dan tawa kecilnya terdengar ketika ia bergurau bersama teman-temannya.

Tidak ada yang istimewa pagi itu sampai Alex datang.

Alex, teman satu sekolah Aca yang belakangan ini makin sering mendekatinya.

Di lain sini aca Saat jam istirahat, Alex menyelip ke kelas Aca "Aca, mau duduk di taman bentar nggak? Gue bosen banget di kelas"

Aca sempat ragu, tapi kemudian tersenyum dan mengangguk "Boleh Tapi cuma bentar ya"

Kedua sahabat Aca pun yang melihat itu pun menatap Aca dengan penuh tanya.

"Maaf ya Aca gak istirahat bareng kalian Alex ajak Aca ke taman belakang gak papa kan"

Tanya Aca kepada kedua sahabatnya.

"Hayo lo mau ngapain sama Alex, atau jangan-jangan lo dah pacaran ya sama Alex"

Tuduh sila.

Seketika pun Aca langsung menggelengkan kepalanya "gak kok Aca cuman teman an sama Alex udah ya Aca pergi dulu Alex udah nunggu babayy"

Setelah itu pun Aca pergi menemui Alex di taman belakang sekolah.

Mereka pun duduk di taman sekolah. Di bawah pohon rindang, mereka ngobrol ringan Tentang guru di sekolah nya, tugas PR, dan lagu-lagu TikTok terbaru. Aca tertawa lepas, dan Alex tersenyum memperhatikannya.

"Aku suka lihat kamu ketawa" ujar Alex tiba-tiba.

Aca terdiam, tersedak udara. "Eh?"

Alex buru-buru menunduk. "Maksudku, kamu tuh kelihatan lebih santai. Biasanya kamu kayak banyak pikiran"

Aca hanya tersenyum samar. Andai kamu tahu.

Saat bel pulang berbunyi, sekolah langsung ramai. Aca memasukkan buku ke tasnya, bersiap pulang, ketika Alex menawarkan sesuatu.

"Gue anter pulang ca?"

Aca ragu. Ia ingat ucapan Aldo semalam tentang jangan dekat-dekat dengan cowok. Tapi hari ini Aldo tak menjemput, dan rumah lumayan jauh. Lagipula, ini hanya Alex.

"Yaudah deh" jawab Aca pelan "Tapi jangan ngebut ya"

Mereka pun berjalan sampai di depan rumah aca dan tak sadar mereka bertepatan dengan sebuah mobil hitam mewah yang baru saja yang juga berhenti tepat di depan rumah Aca.

Dari dalam mobil itu keluar sosok pria tinggi dengan jas abu, rambut rapi, dan mata tajam yang langsung tertuju pada dua remaja di depannya.

Tatapan Aldo menusuk. Rahangnya mengeras, dan tangan kanannya mengepal. Aca menegang seketika.

"Aca," panggil Aldo pelan, tapi dengan nada yang dinginnya menusuk tulang.

Alex yang tidak tahu apa-apa hanya tersenyum sopan. "Sore, Kak"

Aldo tidak menjawab. Ia hanya menatap Alex dari ujung kepala sampai kaki.

"Kamu bisa pergi sekarang" ucap Aldo tajam. "Sekarang"

Alex menoleh pada Aca, bingung. Tapi Aca mengangguk, memberi isyarat agar Alex pergi saja. Dengan ragu, Alex pun meninggalkan mereka.

Aldo tanpa kata langsung masuk ke dalam rumah. Pintu ditutup agak keras.

Aca buru-buru menyusul. Begitu masuk, ia mendapati Aldo berdiri di dapur, di depan meja tempat kotak bekal Aca yang tadi pagi ia siapkan dengan penuh semangat.

"Kk Aldo, aku bisa jelasin"

BRAK!

Kotak makan itu dibanting ke lantai. Suara plastik pecah menggema di ruangan. Aca tersentak, matanya melebar. Hatinya ikut retak seperti bekal yang berserakan.

"Kamu pikir saya main-main sama ucapan saya kemarin Aca?" suara Aldo dalam, nyaris seperti auman.

"Dia cuma temen sekolah Aca pulang bareng karena kk nggak jemput" Aca mulai terbata, nyaris menangis.

Aldo mendekat, wajahnya gelap. "Kamu itu istri saya Aca. Istri! Bukan cewek bebas yang bisa jalan sama cowok manapun, kamu bisa telepon saya kalau ingin di jemput saya bisa ke sana!"

"Tapi kk juga pernah bilang jangan menyusahkan kk, dan lagian juga kk pasti sibuk!" Aca membela diri.

Aldo menahan napas, giginya terkatup rapat. "Bukan soal siapa salah. Tapi karena saya nggak bisa nerima kamu pulang bareng laki-laki lain Titik"

Aca memalingkan wajah, air matanya jatuh "Kk cemburu?"

Aldo terdiam. Lalu ia berbalik, menatap ke luar jendela, seolah mencari jawaban dari udara.

"Saya nggak peduli kalau makanan kamu nggak enak. Saya juga nggak peduli kamu nggak bisa masak, atau kamu keras kepala" ucap Aldo lirih.

Ia menoleh, menatap Aca yang kini menangis dalam diam.

"Tapi saya nggak bisa liat kamu sama cowok lain Aca, Saya nggak bisa saya benci akan pengkhianat antara seorang wanita dan pria lain di belakang saya"

Dan dengan itu, Aldo pun meninggalkan dapur, meninggalkan Aca dengan dada sesak dan air mata yang jatuh diam-diam.

Aca tidak tahu sebenarnya yang Aldo katakan itu bukan hanya tentang kemarahan tapi sesuatu yang susah untuk ia akui.

Isi dong Kata-kata dari kalian untuk hari ini ges😋

> Please vote, follow, dan komen ya...

Soalnya autor udah mulai ngomong sendiri depan monitor, nanya:

“Apakah mereka suka? Kenapa nggak ada komen?” 😩💔

Ayo selamatkan autor dari overthinking berkepanjangan 😆🧠

<1>

Ini adalah halaman terakhir

1
slebewwws
kenapa setiap bab slasu ada pengulangan
Blu Lovfres
aku baru masuk baca ,tpi ada penyiksaan waduh jdi penasaran gimana, kelanjutan nya,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!