Membina rumah tangga tidak semudah membalikkan tangan. Banyak rintangan yang datang dan kita wajib bersabar, lapang dada, dan memiliki sifat kejujuran.
Menikah dengan anak SMA butuh banyak bimbingan. Hadirnya cinta masa kelam membuat retak cinta yang sedang dibina. Banyak intrik dan drama yang membuat diambang perceraian.
Kasus pembunuhan, penyiksaan dan penculikan membuat rumah tangga makin diunjung tanduk. Bukti perselingkuhanpun semakin menguatkan untuk menuju jalan perpisahan. Mungkin hanya kekuatan cinta yang bisa mengalahkan semua, namun menghadapinya harus penuh kasabaran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhang zhing li, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbaikan
Siapa yang tidak bahagia, setelah tahu isi hati istri yang sebenarnya. Semua merasa lega dan bisa memaklumi jika kami masih butuh dampingan, apalagi Mila masih berstatus pelajar yg masih harus belajar mengontrol perasaan dan emosi.
Dalam kebisuan dan keheningan yang sedang duduk disampingku, mata tanpa henti melirik ke arahnya. Tak jemu-jemu rasanya memandang wajah manis dan ayunya.
Pagi-pagi sudah berkemas. Tanganku sedang sibuk menyetir mobil, untuk segera memboyongnya kembali ke rumah impian kami. Tak baik jika sudah menikah masih satu tempat dengan mertua. Lagian kami harus belajar mandiri agar bisa mengatasi semua hal kesusahan dalam membina rumah tangga.
"Kak, kita mau kemana? Sepertinya ini bukan jalan ke arah rumah kita," tanya Mila.
Tanpa menjawab pertanyaan Mila, terus saja mobil kulajukan tanpa berhenti.
"Dih, ditanya malah diam."
"Nanti juga tahu."
"Tapi bukan untuk diculik 'kan ini, dan mau dibawa ke tempat yang aneh-aneh?" Kecurigaannya.
"Elah, pikirannya. Tapi ngak pa-pa juga sih nyulik kamu. Sah-sah aja sih, betul ngak itu? 'kan kamu itu istriku."
"Cih, ngak gitu juga kali. Main culik segala," sewotnya.
"Hehe. Tenang saja. Nanti juga akan tahu, kalau sudah sampai. Sebentar lagi sampai kok."
"Hmm. Suka sekali main rahasia-rahasiaan."
"Demi membuat kamu senang."
"Rahasia kok senang."
Dari tadi terus berpikir dan akhirnya sudah menemukan ide, yang tak ingin secepatnya pulang ke rumah, untuk mengajaknya ke tempat kesukaan istri yaitu pantai.
Senyuman sudah terukir manis, saat kami sudah sampai tujuan.
"Waaah , Kak. Ngak nyangka kamu akan membawaku ke sini?" ujarnya dengan pandangan takjub.
"Hmm. Kamu suka?" tanyaku.
"Iya, suka sekali."
Secepatnya Mila membuka pintu mobil, yang langsung saja melepaskan sepatu sambil berlarian kecil, untuk segera menginjakkan kaki ke pasir pantai.
"Ayo, Kak. Cepat!" Begitu tidak sabar.
"Iya, kamu duluan. Nanti aku nyusul."
"Oke. Maaf aku tinggal."
Wajahnya tanpa henti terus saja sumringah , menunjukkan betapa bahagianya dia sekarang.
Keadaan pantai masih sepi. Mungkin karena kami datang terlalu pagi. Cuaca sedikit berkabut tertutupi awan, namun tak menyurutkan niatku untuk membahagiakan dirinya.
Angin kencang yang sepoi-sepoi membuat rambut Mila yang tergerai indah menjadi berantakan, dan sesekali tangannya berusaha menyibakkan rambut, yang mulai menutupi wajah akibat kuatnya tiupan angin.
Matanya sedang menatap lurus ke depan, yang sedang melihat awan bergelombang-lombang berkabut putih.
Diriku berdiri tepat disampingnya sambil bersedekapkan tangan. Hawa dingin mulai menyelimuti. Mila nampak tak menghiraukan tiupan angin yang menusuk kulit.
Untuk sesaat hanya ada keheningan diantara kami.
Angin semilir yang sepoi-sepoi sangat memanjakan wajah, dan kini hanya terdengar suara deburan ombak yang sudah membelah lautan, dan kamipun terhanyut dalam suasana keindahan alam yang tiada tara.
Keheningan lamunan Mila, membuatku tanpa ragu lagi untuk memeluknya dari belakang, yang segera ku sandarkan kepala di bahunya.
"Gimana, apa kau suka?"
"Tentu saja. Terima kasih."
Makin kupeluk erat dirinya. Aku hanya terdiam sesak, untuk tidak segera mengeluarkan tetesan embun, yang mulai menghujam disudut pelupuk mata, ketika kembali mengenang kata-katanya kemarin yang sudah sangat menyentuh hatiku.
"Saat mengingat bagaimana aku berusaha mempertahankan mu, aku amatlah yakin tidak akan ada seorangpun yang bisa membangkitkan hati ini agar tidak berpaling dan pindah ke lain hati. Engkau adalah wanita satu-satunya yang akan terpatri selamanya dalam hatiku," ungkap dari hati terdalam.
Hati sudah terasa nyeri teriris, saat mengenang kejadian kecemburuannya.
Kini sedang berusaha mengungkapkan isi hati yang sebenarnya, bahwa mencintainya sungguh sangat berarti melebihi apapun.
Cuuup, sebuah ciuman ku daratkan di pipi chubby Mila, disaat dia terdiam tak bersuara dan masih dalam pelukanku.
"Aku juga terima kasih. Kakak, masih mau menerimaku. Banyak kekurangan yang kumiliki tapi Kakak masih mempertahankan. Sebenarnya aku tidak pantas dimatamu. Aku hanya mempunyai cinta yang tulus agar bisa cocok bersamamu," ungkapnya.
"Jangan katakan itu lagi. Tidak ada sama sekali yang kurang darimu, justru akulah yang banyak kekurangan karena sebagai suami tidak bisa menjagamu dengan baik," Jari ku tempelkan di bibirnya agar tidak mengatakan itu lagi.
"Iya, Kak."
"Bahagiaku hanya berasal darimu, maka jangan tinggalkan diriku lagi. Hati ini sangatlah sakit saat kau ingin mengatakan pisah. Hancur rasanya hati ini jika kau tak disisiku."
"Maaf, jika sudah membuatmu khawatir."
"Tidak apa-apa. Aku 'lah yang seharusnya beribu-ribu minta maaf sama kamu."
Wajah kami sama-sama menatap lurus keindahan lautan.
Melihat gadisku bahagia adalah salah satu impianku.
Diri ini membawa istri ke pantai, tak lain ingin menyenangkan hatinya yang sempat terluka. Selain itu stress yang menderanya akibat kesalahpahaman agar bisa secepatnya hilang.
Dirasa sudah puas melihat keindahan laut, akhirnya kami kembali ke rumah, sebab hari 'pun kian merangkak panas.
Kesalahpahaman kemarin, membuat rumah tangga kami sekarang jadi tambah harmonis dan utuh kembali. Tidak ada yang tidak bisa diperbaiki, tinggal kita menyikapinya dan bagaimana memecahkan masalah itu. Diam bukan berarti tak pandai, cuma harus memikirkan secara jitu.
Peran orangtua juga harus diikut sertakan karena takut jika tidak ada yang mau mengalah, hanya orangtua jalan satu-satunya sebagai penengah suatu masalah. Orangtua lebih berpengalaman dan ilmunya lebih tinggi.
"Aku hanya ingin kau bahagia, maka izinkan diriku untuk membenahi semua. Hati ini hanya untukmu, maka sampai akhir hayat cintaku padamu tak akan pernah pudar. Aku akan terus menjagamu walau nyawa 'pun jadi taruhannya. Semoga cinta ini akan terus abadi selamanya hanya padamu seorang. Amiin."
Perceraian tidak dapat begitu saja mengalahkan cinta karena kami memiliki kekuatan untuk tetap bangkit, membenahi dan mencoba melanjutkan keinginan membina rumah tangga.
Setiap akhir akan membawa kepada awal yang baru. Ambil apa yang telah dipelajari dari pernikahan dan gunakan untuk menyusun kehidupan baru.
Maafkan kesalahan masa lalu dan berkonsentrasi 'lah pada masa depan, mungkin kita akan selamat dari perceraian dan segera melihat semua hal baik yang siap menanti.
Anggaplah masa tegang kemarin sebagai hadiah kebahagiaan untuk kami. Banyak bersyukur selamat dari pernikahan itu, jadi tidak diragukan lagi kami akan selamat dari ambang perceraian.
Air mata, kemarahan, dan ketakutan yang muncul akibat kesalahpahaman tidak akan pernah bisa hilang begitu saja, tanpa ada yang mau mengalah dan mengakuinya.
Seribu kali berpikir untuk memilikinya, namun kemantapan hati atas izinNya tetap maju walau harus buru-buru mengikrarkan janji suci. Dibilang bodoh, tapi aku tetap mantap dan tidak peduli. Semua atas izin Allah bisa berdampingan denganNya. Kalau sudah berkehendak maka manusia hanya bisa pasrah.
enaknya kalau ketahuan bukan hnya dihajar tp bakalan kena karma