Nadia harus mengalami cobaan begitu berat. Kehilangan anak dan pernikahannya kandas di hari yang sama saat bayinya menghilang. Ditengah keterpurukannya, ia bertemu dengan mantan tunangannya yang memiliki seorang bayi laki-laki. Tanpa sengaja ia akhirnya menjadi seorang ibu susu dari anak mantan tunangannya.
Apabila cerita tidak sesuai keinginan kalian, silahkan tinggalkan tanpa meninggalkan pesan yang kasar. Sekian dan terima kasih.
Selamat Membaca..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 - Marcell Marah
Tak mau melibatkan pihak berwajib, Nadia dan keluarganya mulai mencari keberadaan bayinya. Mantan tetangga ketika masih bersama Aryo pun menjadi sasaran penyelidikan. Hampir semua mengatakan tak melihat seseorang yang mencurigakan lewat pada malam itu.
Namun, dari beberapa orang tersebut yang dicecar pertanyaan ada seorang pria muda melihat ada sebuah mobil dengan plat berbeda berhenti tepat di depan pagar.
"Itu sekitar pukul berapa?" tanya Dewa yang ikut menemani Nadia dalam pencarian.
"Sekitar pukul sebelas malam," jawab pemuda itu.
"Apa kamu melihat ada seseorang yang keluar dari rumah itu?" tanya Nadia.
"Tidak ada. Pintu dan pagar tertutup semua," jawabnya lagi.
Setelah mewawancarai beberapa tetangga, Dewa mengantarkan Nadia pulang. Sesampainya mereka menyampaikan hasil penyelidikan kepada kedua orang tuanya.
"Mama sangat yakin kalau Aryo ikut terlibat!" ucap Nella.
"Ya, benar. Pasti dia yang menyembunyikan anak kalian!" sahut Bagas.
"Kalau dia yang menyembunyikan anak kami. Kenapa tak mengembalikannya saja? Syarat perceraian kami adalah Dion harus kembali!" kata Nadia.
Keluarga Nadia tampak berpikir keras.
"Apa ada orang lain juga yang menekannya?" terka Bagas.
"Pastinya!" sahut Nella.
"Makanya, proses perceraian aku dan dia dipersulit!" timpal Nadia.
"Dewa, apa kamu tidak mempunyai kenalan agar urusan adikmu cepat selesai?" tanya Bagas karena kasihan dengan putrinya yang sepertinya hubungannya digantung.
"Ada, sih, Pa. Tapi, kita harus mengeluarkan biaya banyak buat memperlancar urusan. Apalagi keluarga Aryo cukup berpengaruh!" jawab Dewa.
"Kenapa tidak minta bantuan Kak Marcell saja?" Delon memberikan usulan.
"Aku tidak mau Marcell terlibat dalam masalah ini. Aku diterima dan dimaafkan saja, aku sangat bersyukur!" kata Nadia. Mengingat kejadian beberapa waktu lalu yang membuat Marcell patah hati berat.
"Marcell mempunyai relasi yang banyak. Perusahaan miliknya juga berkembang pesat. Pasti ia mempunyai banyak kenalan yang dapat membantu urusan kamu!" ucap Nella.
"Marcell sudah membantu aku mencari keberadaan Dion. Jadi, aku tidak mau meminta bantuannya lagi!" tolak Nadia.
-
Hingga sore hari, Nadia tak kunjung datang sehingga Mario yang menolak diberikan susu botol terus menangis. Marcell baru saja pulang kerja memarahi seluruh pelayannya karena membiarkan Mario menangis tanpa memberitahu dirinya ataupun menelepon Nadia.
"Nomor telepon Nona Nadia tidak aktif, Tuan!" ucap pelayan memberikan alasan.
"Kalian 'kan bisa menghubungi aku atau asisten ku!" marah Marcell.
"Kami tidak ingin mengganggu pekerjaan Tuan di kantor!" ucap pelayan itu lagi dengan menundukkan wajahnya.
"Kalian tega membiarkan anakku menangis seharian tanpa berbuat apa-apa. Bagaimana jika tangisannya membuat kesehatannya menurun? Apa kalian mau bertanggung jawab, hah??" bentak Marcell.
"Maafkan kami, Tuan!" ucap pelayan senior mewakili pelayan lainnya.
Marcell mengambil ponselnya lalu menghubungi Nadia. Benar saja, ponsel wanita itu tak dapat dihubungi. Tentunya membuat Marcell semakin marah.
Marcell mencuci tangannya dan mengganti pakaiannya lalu menghampiri Mario yang terus gelisah dalam gendongan pengasuhnya. Mario kini dalam gendongan Marcell, pria itu berusaha mendiamkan bayinya dengan mengajaknya mengobrol dan menyodorkan botol susu ke bibir.
Mario menyedot botol susu yang diberikan Marcell. Ia paham jika Marcell begitu mengkhawatirkan dirinya sehingga ia mengurangi intensitas menangisnya.
Setelah dirasa tenang dan Mario juga terlelap tidur, Marcell mencoba menghubungi Nadia lagi-lagi ponsel Nadia masih tak aktif.
Marcell akhirnya mendatangi kediaman orang tuanya Nadia. Sesampainya di sana, rumah Nadia tampak kelihatan sepi. Marcell terus memanggil namanya namun tak ada sahutan.
"Mereka ke mana, sih?" gumamnya yang sangat kesal.
Marcell memutuskan menunggu Nadia di dalam mobilnya.
Satu jam kemudian, Nadia pulang ke rumahnya. Membuka pagar dan memasukkan motornya ke dalam garasi.
Melihat pagar terbuka, Marcell keluar dari mobilnya dan menghampiri Nadia yang hendak menutup pintu garasi. "Nadia!"
"Kamu ke sini? Ada apa?" tanya Nadia terkejut karena sebelumnya tadi pagi telah meminta izin tak menyusui Mario.
"Kenapa kamu tidak bisa dihubungi?" Marcell tak menjawab pertanyaan Nadia malah balik bertanya.
Nadia bingung mau menjawabnya karena dia memang sengaja mematikan ponselnya supaya dapat fokus mengurus masalahnya.
"Apa kamu sengaja menghindari aku dan Mario?" tuding Marcell.
"Bukan begitu, Cell!" bantah Nadia.
"Lalu apa?" tanya Marcell meninggikan suaranya.
"Kita bicara di dalam saja!" jawab Nadia berjalan lebih dulu masuk ke rumahnya. Ia tak mau menjadi pusat perhatian tetangganya karena hari sudah malam.
Mereka kini berada di ruang tamu, Nadia menjelaskan alasan dirinya mematikan ponselnya dan tak ingin diganggu oleh siapapun.
"Oh, jadi kamu menganggap aku dan Mario adalah pengganggu!" Marcell tak senang dengan alasan yang diberikan Nadia.
"Cell, tolong mengerti aku!!"
"Apa kamu tahu kalau Mario seharian menangis?"
"Apa kamu tidak bisa menanganinya sendiri? Kamu 'kan ayahnya!!"
"Kalian sudah terikat. Jadi, dia cuma mau dengan kamu!!"
"Aku punya anak juga. Aku mau mencarinya. Aku tidak mau hidupku dihabiskan hanya dengan anakmu saja!!" Nadia jadi tersulut emosi karena Marcell seakan-akan mengikatnya.
"Jadi, kamu sudah tidak menyayangi Mario lagi?" tanya Marcell.
"Aku sayang dengan Mario. Tapi, aku lebih menyayangi anak kandungku!!" jawab Nadia dengan nada tinggi.
"Aku 'kan sudah bilang akan membantumu mencarinya!" kata Marcell.
"Sampai sekarang kamu tidak dapat menemukannya. Apa kamu juga sama seperti Aryo, tidak benar-benar mencari anakku?" tuding Nadia karena terlalu kesal.
"Aku sudah mencarinya, Nad. Tapi, memang sangat sulit!" kata Marcell.
"Halah, itu hanya alasan kamu agar aku bisa lebih fokus merawat Mario!" tukas Nadia.
"Tidak seperti itu, Nad. Aku sudah menyuruh mereka mencari keberadaan Dion," jelas Marcell agar Nadia tak salah paham.
"Sebelum aku menemukan anakku. Aku tidak akan pernah menginjakkan kakiku di rumahmu!" tegas Nadia.
"Jangan seperti itu, Nad!" nada suara Marcell merendah, ia memohon supaya Nadia mencabut kata-katanya.
"Pergi dari sini!" Nadia mendorong tubuh Marcell keluar dari rumahnya.
"Aku akan pergi tapi kamu tetap mau 'kan merawat Mario?" pinta Marcell.
"Urus saja sendiri. Dia bukan anakku!" Nadia berhasil mengeluarkan Marcell dari rumahnya dan gegas menutup pintu.
"Nadia, tolong jangan seperti itu!!" Marcell mengetuk pintu berulang-ulang supaya Nadia luluh.
Namun, Nadia tak menggubris Marcell yang terus memohon. Dia tak peduli Marcell akan membencinya, ia mau bayinya segera ditemukan dalam keadaan apapun.
Marcell pulang dengan perasaan kecewa, berharap Nadia akan pulang bersamanya. Kenyataannya kembali tanpa membawa Nadia. Malah, ia sekarang dipusingkan mencari ibu susu buat putranya. Marcell menyesal datang menemui Nadia dalam keadaan marah. Seharusnya dirinya bisa bertanya secara baik-baik. Dia tak memahami perasaan Nadia yang sedang dalam kesulitan. Ia tak mengerti bagaimana rasanya terpisah dengan anak kandung dan hancurnya pernikahan.
-
Jam 1 malam...
Marcell yang baru saja terlelap tidur, terbangun karena mendengar suara tangisan Mario yang begitu nyaring. Marcell gegas turun dari ranjang dan berlari kecil menuju kamar putranya.
"Kenapa dengannya?"
"Tidak tahu, Tuan. Dia tak buang air besar dan badannya juga tak panas. Dikasih susu dia juga menolak."
Marcell mencoba menggendong putranya dan seketika tangisan Mario berhenti.
"Sepertinya dia mau tidur dengan Tuan!" kata si pengasuh.
"Bawa perlengkapan dan peralatannya ke kamarku!" perintah Marcell tanpa berpikir lagi setelah mendengar perkataan pengasuhnya.
Mario tampak tenang tertidur dalam dekapan Marcell, meskipun sesekali mulutnya terbuka berusaha mencari pu-ting milik ibu susunya.
"Besok Papa mau menemui ibumu dan meminta maaf. Semoga dia masih mau menyusuimu lagi!" kata Marcell kepada Mario yang matanya tertutup.
knp jg marcel pake bohong klo nadia tau itu ank x tak tau lah apa akan marah taau gmn