NovelToon NovelToon
Sang Pengasuh

Sang Pengasuh

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Pengantin Pengganti / Cinta Paksa
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Kirana Putri761

Terjebak dalam sebuah pernikahan yang tidak pernah dia impikan membuat kehidupan Anik Saraswati menjadi rumit.

Pernikahannya dengan seorang dokter tampan yang bernama Langit Biru Prabaswara adalah sebuah keterpaksaan.

Anik yang terpaksa menjadi mempelai wanita dan Dokter Langit pun tak ada pilihan lain, kecuali menerima pengasuh putrinya untuk menjadi mempelai wanita untuknya membuat pernikahan sebuah masalah.

Pernikahan yang terpaksa mereka jalani membuat keduanya tersiksa. Hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka.

Jika ingin membaca latar belakang tokoh bisa mampir di Hasrat Cinta Alexander. Novel ini adalah sekuel dari Hasrat Cinta Alexander

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirana Putri761, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keputusan Anik

Dalam perjalanan pulang, cerita Pak Andang terus saja terngiang-ngiang dalam pikirannya. Terakhir melihat Anik saja, wanita itu masih terlihat sangat muda.

Dengan wajah polosnya, dia masih seperti gadis remaja, bagaimana dia yang beberapa tahun saat dihadapkan pada situasi yang sangat buruk itu.

Langit menahan nafas sejenak saat terlintas bayangan gadis remaja yang di siksa oleh seorang pria.

Tangan Langit spontan membanting stir ke kiri dan menghentikan mobilnya dengan tiba-tiba.

"Astaga..." ucapnya seraya memejamkan mata saat dia teringat kembali peristiwa malam itu. Malam dimana dia memaksa Anik untuk melayaninya.

Langit baru menyadari, mata Anik yang terus berair dan wajah kesakitan saat berada dalam kunjungannya. Saat ini saat ini ingatannya begitu fasih mengulang kejadian itu secara detail.

Dihempaskan tubuhnya di sandaran jok, dia meraup sebanyak mungkin oksigen karena merasa dadanya sangat sesak.

Sejenak dia termenung saat menyadari jika dirinya juga pernah melakukan itu pada wanita lain, meskipun dirinya tidak terlalu mengingat betul kejadian bersama mamanya Ana. Ya, ternyata sejahat itu dirinya sebagai seorang laki-laki.

Setelah sekian lama berhenti untuk menenangkan perasaannya, ponsel miliknya pun berdering. Langit langsung mengambil benda pipih yang tergeletak di dashboard dan segera membuka panggilan.

"Hallo..."

" Sayang, kamu di mana?" Suara Nikita menyadarkan Langit dari segala lamunannya.

" Aku lagi di jalan." jawab Langit perasaannya saat ini menjadi gamang.

"Sebenarnya, malam ini Papa mengundangmu makan malam." ucap suara di sebrang dengan manja.

"Sorry, Niki. Aku nggak bisa. Aku ada urusan di luar kota." sambung Langit dengan perasaan bersalah.

" Yah, sayang sekali. Padahal, Papa akan membahas kelanjutan hubungan kita. Lagi pula kenapa kamu tidak mengatakan itu terlebih dulu padaku?" jelas Nikita. Dia sudah ingin mendesak Langit agar hubungan mereka segera menuju jenjang yang lebih tinggi.

"Maaf ya, Nik. Kita bahas besok saat di rumah sakit." ucap Langit merasa bersalah pada gadis itu.

"Baiklah. See you, sayang. Hati-hati." Niki pun menutup panggilannya.

Langit kembali pada kesadarannya. Dia dan Niki sudah menjadi kekasih. Pencariannya pada Anik memang berniat untuk memastikan jika wanita itu baik-baik saja. Tapi entah kenapa perasaannya malah semakin gamang setelah mengetahui bang kebenaran tentang Anik.

Berawal dari rasa bersalah pada mantan istrinya dan dua bulan terakhir fokus pada pencariannya, justru membuat hubungannya dengan Nikita terasa hambar.

"Kenapa dengan aku?" desah Langit merasa bingung sendiri. Dia memang lebih menyukai Nikita yang nampak lebih terpelajar dan elegan.

Tapi, dia sendiri juga tak mengerti dengan perasaannya. Tidak hanya itu, dia juga belum berniat mengurus surat perceraian secara resmi.

Tangan kekar itu memijit kepalanya yang terasa pusing. Langit tidak ingin berfikir macam-macam tentang perasaannya. Dari awal dia tidak bisa mencintai Anik dan mungkin bercerai itu jauh lebih baik agar dia tidak lagi menyakiti wanita itu.

Tak ada kemarahan lagi di hati pria itu seperti sebelumnya. Dia tidak ingin wanita itu menderita lagi, sudah cukup dia menyiksanya sebagai pelampiasan rasa kecewanya.

Setelah merasa sedikit lega, pria bermata coklat itu kembali melajukan mobilnya. Dia ingin segera bertemu dengan Ana, meskipun setiap kali gadis kecil itu melontarkan pertanyaan yang belum bisa dia jawab ' Kapan Mama Anik pulang?' masih pertanyaan yang sama yang ditanyakan Ana padanya setiap kali mereka bertemu.

###

Anik menatap dirinya di cermin, meneliti setiap detail wajahnya kemudian tatapannya berakhir di perutnya yang masih datar.

Setiap kali mengingat kehamilannya, rasanya hatinya campur aduk. Kebahagiaan yang sebenarnya dia rasakan terhalang dengan rasa cemas tentang ' Bagaimana nanti?'

"Nik..." sapa Rini saat melihat Anik tertegun di depan kaca toilet.

"Bagaimana, sudah tes pack?" lanjut Rini dengan mencuci mukanya. Hanya Rini dan pemilik butik yang tahu jika Anik sudah pernah menikah.

" Positif!" gumam Anik lirih.

" Hah... apa?" Anik tersentak kaget dan mendekat ke arah wanita yang kini menunduk lemah.

" Iya aku hamil, Mbak!" lanjut Anik meyakinkan Rini yang masih terbelalak.

Rini membuang nafas yang sempat tertahan. Wanita itu menjatuhkan kedua bahu seolah tubuhnya merasa lemah.

Keheningan kembali tercipta. Rini terus menatap Anik yang menunduk, dia seperti dibungkam hingga tak mampu mengucapkan sepatah kata lagi.

"Aku adalah ibunya dan aku akan menjaganya sebaik mungkin. Meskipun aku punya banyak kekurang tapi aku yakin aku bisa." Anik kemudian meyakinkan Rini jika dia tidak akan menyia-nyiakan bayinya atau merasa terbebani. Meskipun rasa percaya diri atas dirinya sendiri sudah hilang.

" Kamu tidak ingin memberitahu mantan suamimu?" tanya Rini kemudian.

Anik hanya menggeleng. Dia memang tidak berniat lagi ada dalam pusara kehidupan pria yang menjadi ayah dari anaknya.

" Tapi biar bagaimanapun dia ayahnya, Nik!" desak Rini. Rini mengkhawatirkan jika semua ini akan rumit, kasian juga dengan anak yang tak pernah tahu siapa ayahnya.

" Aku akan menjadi ibu sekaligus ayah untuknya. Aku akan berusaha, dia tidak akan kekurangan apapun, Mbak." Anik sudah bertekad. Sosoknya menjelma menjadi kuat karena bayi yang sedang dia kandung.

Wanita itu berfikir, kehadiran anaknya hanya akan memperumit hubungannya dengan Langit. Dia juga yakin Langit tidak akan menginginkan anak dari wanita seperti dirinya.

" Aku akan bekerja keras. Aku akan memberinya banyak cinta hingga dia tidak butuh cinta lagi dari orang lain." lanjut Anik malah membuat Rini menjadi haru. Wanita itu kemudian memeluk hangat teman kerjanya.

"Jika mau periksa akan aku temani! Naik motor bututku hhaha!" lanjut Rini. Dia meyakinkan temannya jika dia bisa diandalkan.

Keduanya pun keluar dari toilet dan kembali bekerja. Anik merapikan dan memeriksa kembali koleksi baju yang ada di etalase. Dia memang tidak merasakan apapun dengan kehamilannya kecuali merasa cepat lelah.

Menjelang sore butik memang sangat ramai apalagi bulan-bulan ini musim kondangan, banyak orang yang keluar masuk butik untuk membeli atau memesan gaun pesan.

Setelah meneliti semua etalase, Anik berjalan menghampiri sofa yang ada ditengah ruangan. Tapi, langkahnya terhenti saat hampir bertabrakan dengan pria bertubuh tinggi.

" Hae...."

" Saras- Saraswati." sapa pria yang menatapnya penuh selidik.

"Mas Biru." jawab Anik sambil tersenyum.

" Ya ampun akhirnya kita ketemu lagi di sini!" Biru terlihat sangat excited saat bertemu wanita yang membuatnya penasaran.

Anik hanya tersenyum saja, setiap kali bertemu laki-laki Anik selalu nampak canggung.

" Mas Biru mau cari apa?" tanya Anik ingin mengakhiri obrolan pribadi mereka.

" Aku mau ambil pesanan gaun Mama aku." jawab Biru.

" Oh silahkan ke tempat kasir , Mas!" jawab Anik. Tangannya mengarahkan Biru agar langsung ke tempat kasir.

"Iya santai, aku nggak buru-buru. Oh ya, kamu kerja di sini?" tanya Biru lagi. Dari awal dia begitu penasaran dengan Anik.

" Iya, Mas! Mari saya ambilkan pesanan mamanya Mas Biru!" Anik langsung berjalan menuju rak kasir. Dia pun sempat bertanya pada pria bertubuh tinggi itu nama mamanya untuk.mencari pesanannya.

"Anisa Danuarta." Biru menyebutkan nama mamanya sebagai atas nama pemesan. Sementara tatapannya tak beralih sama sekali dari sosok bertubuh sintal dan berwajah cantik itu.

1
Anis Saidah
berharap anik sama biru
Sri Mulyaningsih
terusannya mana
Oyah Karlinaa
selalu bolak balik alhamdulilah,,,bikin penasaran😘😘😘😘😘
Ickhaa PartTwo
Semangat up thor
Khairul Azam
sbnrnya aq pngn anik bhgia kak author, tp klo anik sm pria lain kok aq gk rela ya😬🤦‍♀️
Ickhaa PartTwo
Lanjuttt thor
Anis Saidah
lanjut kak..perasan baru baca kok langsung habis
mom farhan
pengen 2 bab perhari kak
Khairul Azam
kn..kn mb anik dh mulai goyah.., ati2 mb anik lindungi hatimu🤭
Ickhaa PartTwo
Lanjuttt thor
Anis Saidah
semoga jodohmu mas biru ya nik
Khairul Azam
hati2 mb anik jngn goyah dg prhatiannya si biru tua😅
mom farhan
lanjut kak
Anis Saidah
awasi pak langit yang tidak cerah alias mendung...awasi sebelum masuk atau pulang sekolah nanti pasti tau jawabanya..mosok ngene leren di kandani
Ickhaa PartTwo
Lanjuttt thor, semangat up
Khairul Azam
pak dokter mbok ya sewa org buat mantau ana, biar tau yg sebenarnya, masak ya hrs d ajarin sma emak2 kya aq to pak dokter..
ahh.. minyak telon emang.. 🤣
mom farhan
lanjut kak masih setia menunggu kelanjutan nya
Dwi Puji Lestari
pasti langit curiga dari siapa brg2 ana...gk pengin ya lang ngguin ana dr pagi smp plg pantengin dpn sklhnya br ktm jwbn ny
Anis Saidah
yang di nanti di tunggu bab baru akhirnya
mom farhan
asik mau bab yg di tunggu² berbulan²
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!