Nayla mendapatkan kabar dari Tante Ida agar pulang ke Indonesia dimana ia harus menghadiri pernikahan Anita.
Tepat sebelum acara pernikahan berlangsung ia mendapatkan kabar kalau Anita meninggal dunia karena kecelakaan.
Setelah kepergian Anita, orang tua Anita meminta Nayla untuk menikah dengan calon suami Anita yang bernama Rangga.
Apakah pernikahan Rangga dan Nayla akan langgeng atau mereka memutuskan untuk berpisah?
Dan masih banyak lagi kejutan yang disembunyikan oleh Anita dan keluarganya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Sudah satu jam Nayla di dalam kamar mandi dan ia masih belum berani untuk keluar.
"Apakah Mas Rangga masih ada didalam sana?" ucap Nayla dalam hati.
Nayla mencoba untuk mendekatkan telinganya ke pintu apakah suaminya masih ada disana atau tidak.
"Sepertinya Mas Rangga sudah keluar dari kamar."
Nayla membuka pintu dan ia langsung dikejutkan dengan suaminya yang menarik tangannya.
Rangga langsung menggendongnya dan membawa ke kamarnya.
"Mas Rangga, lepaskan aku!" teriak Nayla sambil memukul-mukul punggung suaminya.
Rangga tidak menghiraukan teriakan istrinya dan tetap menggendongnya.
Setelah sampai di kamar Rangga menaruh Nayla ke atas tempat tidur.
Nayla yang akan bangkit dari tempat tidur langsung di tahan oleh Rangga.
"Diam atau aku akan..." Rangga menghentikan ucapannya saat melihat bibir Nayla yang berwarna merah muda.
"Aku akan apa? Memukulku? Menghajar ku? Atau...."
Rangga yang gemas langsung mencium bibir istrinya dengan ciuman khasnya.
Nayla langsung membelalakkan matanya saat mendapati ciumannya pertama dari Rangga.
Rangga yang tersadar langsung bangkit dari tempat tidur dan keluar kamar.
"Tidurlah dan jangan kemana-mana. Aku kembali ke rumah sakit." ucap Rangga.
Rangga juga mengatakan kalau mulai sekarang Nayla tidak boleh kemana-mana tanpa seijinnya.
"Aku akan menghukum mu jika kamu masih melakukannya lagi."
Setelah itu Rangga keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobilnya.
Ia pun segera melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit.
Sementara itu Nayla masih duduk termenung memikirkan apa yang dilakukan oleh suaminya.
"Kenapa dia mencium ku? Hiii menyeramkan sekali." gumam Nayla sambil menghapus bekas ciuman yang ada di bibirnya.
Nayla tidak mau tidur di kamar Rangga dan ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya.
Ia menghentikan langkahnya dan melihat foto kemesraan antara Rangga dan Anita.
"Nayla, Mas Rangga tidak akan pernah mencintaimu karena kamu hanya seorang pengganti." gumam Nayla yang kemudian langsung keluar dari kamar Rangga.
Nayla lekas masuk ke kamarnya dan Ia langsung merebahkan tubuhnya.
Sambil menunggu kedatangan Bi Ina, Nayla memutuskan untuk istirahat sejenak.
Dua jam berlalu dimana Bi Ina telah sampai di rumah dan hal pertama yang dilakukan oleh Bi Ina adalah mencari keberadaan Nayla .
Bi Ina berlari menuju ke gudang dimana Rangga suka menghukum Nayla.
Bi Ina langsung bernafas lega ketika tidak melihat keberadaan Nayla di dalam gudang. ia pun berjalan menuju ke kamar Nayla dan mendengar suara Nayla yang sedang mandi.
Bi Ina mengetuk pintu kamar Nayla dengan perlahan, sambil memanggil namanya,
“Non Nayla? Apakah Non baik-baik saja di dalam?” Suara air mengalir masih mengisi ruangan, tetapi Nayla tak menjawab.
Bi Ina merasa sedikit cemas, jadi ia duduk di depan pintu sambil menunggu.
Setelah beberapa menit, suara air berhenti. Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka dan Nayla muncul dalam keadaan basah kuyup, dengan rambutnya yang tertutup busa sabun.
“Bi Ina kenapa berdiri di depan pintu?” Nayla bertanya sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
“Kamu baik-baik saja? Bi Ina sengaja datang cepat-cepat karena khawatir. Bi Ina tidak menemukan kamu di gudang,” kata Bi Ina dengan nada lega.
"Aku tidak apa-apa Bi. Mas Rangga tidak menghukumku." ujar Nayla sambil memeluk Bi Ina yang terlihat khawatir dengan keadaannya.
Bi Ina langsung menghela nafasnya saat mendengar perkataan dari bibir mungil Nayla.
"Syukurlah kalau Den Rangga tidak memberikan hukuman kepada Non Nayla." ucap Bi Ina.
Kemudian Bi Ina meminta Nayla untuk kembali ke kamar lagi.
"Bi Ina mau masak buat makan malam nanti."
"Naya bantu ya, Bi. Nayla bosan di kamar terus." pinta Nayla.
Bi Ina menganggukkan kepalanya dan meminta Nayla untuk segera menyusulnya ke dapur.
Nayla lekas menaruh handuknya ke dalam kamar mandi dan setelah itu ia menyusul Bi Ina ke dapur.
"Bi Ina mau masak apa?" Tanya Nayla yang melihat kepala ikan kakap.
"Bi Ina akan memasak gulai kepala ikan kakap kesukaan Den Rangga." Jawab Bi Ina.
Nayla tersenyum lebar mendengar jawaban Bi Ina. "Gulai kepala ikan kakap? Wah, pasti enak sekali!" serunya antusias.
Ia bergegas mendekati Bi Ina yang sudah menyiapkan bahan-bahan di atas meja dapur.
Bi Ina meminta Nayla untuk mencuci sayuran yang ada di meja.
Ia memang sangat menyukai kegiatan di dapur, terutama jika itu berarti bisa menghabiskan waktu bersama Bi Ina.
Nayla segera mengambil sayuran yang sudah disiapkan dan mencucinya dengan teliti.
Sambil mencuci, ia tidak bisa menahan rasa ingin tahunya.
"Bi, kenapa Den Rangga suka banget sama gulai ini?" Ia bertanya, mencoba mengaitkan topik.
Bi Ina tersenyum dan menjawab, "Karena gulai ini penuh rasa dan kenangan. Dulu, mendiang Nyonya Shinta sering membuatnya untuk Den Rangga saat ia masih kecil. Rasanya seolah mengingatkan dia pada masa-masa bahagia dimana kedua orang tua Rangga masih hidup.
Nayla mengangguk, membayangkan bagaimana rasanya saat itu.
"Nayla ingin bisa masak seperti Bi, supaya bisa membuat makanan yang enak untuk Den Rangga juga!" ujarnya dengan penuh harapan.
"Tenang saja, Nayla. Nanti Bi Ina akan ajari semua resep dan cara masaknya. Kita bisa belajar bersama-sama," jawab Bi Ina dengan menghangatkan suasana.
Saat mereka berdua sibuk di dapur, aroma rempah yang harum mulai memenuhi ruangan, membuat perut Nayla keroncongan.
Ia berharap jika suaminya nanti lekas pulang dan menikmati makanan Gulai kepala ikan kakap.
Setelah selesai semuanya Nayla menyiapkannya di atas meja makan.
Perut Nayla semakin keroncongan dan ingin sekali rasanya ia mencicipi gulai kepala ikan kakap buatan Bi Ina.
"Sabar Nay. Suamimu belum pulang." gumam Nayla.
Sambil menunggu suaminya yang masih bekerja akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke kamar.
Sementara itu dimana Rangga baru saja menyelesaikan mengoperasi pasien penyakit jantung.
Ia pun langsung masuk ke ruang kerjanya dan melepas pakaian kerjanya.
Rangga melihat jam tangannya yang menunjukkan kalau sekarang sudah pukul sepuluh malam dan ia pun lekas pulang ke rumah.
Perjalanan yang lumayan sepi membuat Rangga lekas sampai.
Saat masuk ke dalam rumah ia dikejutkan dengan istrinya yang tertidur pulas di ruang makan.
"Syukurlah Den Rangga sudah pulang" sambut Bi Ina sambil menaruh tas medis Rangga.
"Kenapa dia tidur di ruang makan?" tanya Rangga.
"Nona Nayla menunggu anda sejak dari tadi sampai akhirnya ia ketiduran di ruang makan." jawab Bi Ina.
Bi Ina mengatakan kalau ia sudah memasak gulai kepala ikan kakap.
"Bi Ina sudah membuat bubur untuk Nayla?" tanya Rangga.
"Astaghfirullah Bi Ina lupa. Maafkan Bi Ina, Den."
Bi Ina langsung ke dapur untuk membuat bubur sum-sum.
Rangga tidak membangunkan Nayla dan ia pun langsung masuk ke kamarnya untuk mandi.