NovelToon NovelToon
Mahligai Cinta (Cinta Setelah Menikah)

Mahligai Cinta (Cinta Setelah Menikah)

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Romansa / Pernikahan rahasia
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: bucin fi sabilillah

Hanum Salsabila, seorang dosen cantik harus menerima kenyataan jika ia harus dijodohkan dengan seorang CEO. Ia hanya bisa pasrah dengan ketegasan Halim sang ayah yang membuatnya tidak berdaya.
Ravindra Aditama, CEO yang begitu membenci perjodohan. Ia bersumpah akan mengerjai Hanum sampai ia puas dan pergi meninggalkan negeri ini setelahnya.
Kisah cinta mereka baru saja dimulai, namun Tama harus menerima kenyataan jika Hanum lebih memilih untuk berpisah darinya.
Akankah mereka bisa mempertahankan rumah tangga atau memilih untuk berpisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bucin fi sabilillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tentang anak

Tama pergi meninggalkan Hanum untuk memesan kamar dan juga mencari makanan. Perutnya sudah tidak bisa dikondisikan lagi. Sementara Hanum memilih untuk membersihkan tubuhnya yang sudah terasa sangat gatal

Beberapa bercak kemerahan terlihat dikulit putihnya. Ia sudah mengantisipasi ini dengan membawa obat-obatan yang biasa ia konsumsi ketika alerginya kambuh.

Setelah selesai mandi, Hanum memesan makanan yang tersedia di dalam menu hotel. Kemudian ia melihat ponsel yang masih berada di dalam tas.

Begitu banyak notifikasi yang masuk terutama dari sang ibunda yang mendapatkan informasi tentang dirinya semalam.

Apa Tama memberitahu, Bunda?. Batinnya.

Ia segera membalas semua pesan masuk yang menanyakan tentang keadaannya. Hingga bunyi ketukan pintu terdengar dengan sangat keras.

Hanum mengernyit dan langsung melihat siapa yang berada di luar.

"Kenapa?" tanya Hanum ketika melihat Tama kembali sambil membawa kopernya lagi.

"Tidak ada kamar kosong!" ucapnya kesal. Ia duduk di atas sofa dan memijat pelipisnya.

Hanum hanya terdiam dan memasukkan makanan yang baru saja datang sebelum ia menutup pintu.

"Ah akhirnya ada makanan," ucap Tama sambil mengulurkan tangannya untuk mengambil makanan itu.

Plak!

Hanum memukul tangan Tama dengan kesal. "Ini punya saya, kalau kamu mau bisa pesan sendiri!" ucapnya.

"Ta-tapi saya lapar, Bu!" ucap Tama memelas.

Hanum tidak sampai hati melihat wajah Tama yang kelelahan. Ia akhirnya mengalah dan kembali memesan menu yang berbeda dari sebelumnya.

"Daddy tadi menelfon. Dia ingin berbicara dengan ibu. Katanya, Daddy tidak tau kalau ibu mempunyai alergi udara seperti ini. Besok kalau ibu mau, kita akan pindah negara," ucap Tama sambil makan.

"Saya hanya ingin pulang saja. Jika pindah negara lagi, itu hanya membuang-buang waktu," ucap Hanum dengan wajah datarnya.

"Tapi di Asia masih bisa, kan? Di sana tidak terlalu dingin seperti di sini," ucap Tama.

"Kenapa kamu begitu menginginkan liburan ini? Apa yang kamu rencakan?" tanya Hanum curiga.

"Jangan sembarangan! Saya juga sudah lama tidak mengambil cuti. Ibu pikir, saya suka berada satu ruangan dengan ibu?" ucap Tama ketus sembari menyuapkan makanan kepada Hanum.

Sambil mendelik malas, Gadis cantik itu sedikit ragu, namun karena ia juga merasa lapar, terpaksa Hanum menerima suapan pertama dari sang suami.

Tama mencibir. "Apa pacar ibu tidak mencari dan cemburu?" tanya Pria tampan itu.

"Kamu berbicara pacar, pacar, dan pacar. Saya bukan kamu yang suka menggandeng perempuan mana saja!" ucap Hanum ketus.

"Dih, justru saya tidak pernah menggandeng siapapun, Bu! Saya ini laki-laki polos yang ibu nodai semalam!" ucap Tama.

Bugh!

Hanum memukul Tama menggunakan bantal sofa. Ia merasa suami tampannya ini tidak memiliki aturan dalam berbicara.

"Kamu ngomong sembarangan!" ucap Hanum kesal.

"Hahaha, tapi kan benar, Bu. Padahal saya sudah mengelak, tapi ibu terus saja memeluk saya dengan erat. Jangan pergi, ini dingin banget! Peluk aku ya," ucap Tama dengan wajah yang mengejek.

Hanum terkejut dengan wajah yang merona malu.

Apa benar aku berkata seperti itu semalam? Atau dia hanya mengada-ngada?. Batinnya merasa malu.

Ia segera pergi dan membuka pintu karena pesanannya sudah datang. Sementara Tama malah terkekeh pelan karena berhasil mengerjai dosen cantiknya itu.

"Eh, kok ibu memesan yang berbeda?" tanya Tama heran.

"Kamu sudah kenyang, kan? Jangan ganggu saya makan!" ucap Hanum mengibaskan tangannya.

Tama cemberut, ia duduk mendekat kepada Hanum dan membuka mulutnya. Dosen cantik itu hanya menghela napas dan menyuapi Tama. Ia cukup tau, jika porsi tadi sangat sedikit untuk suami tampannya ini.

Setelah makan, mereka terdiam dan tidak tau harus berbuat apa di dalam kamar itu. Berdua hanya duduk bermenung tanpa melakukan apapun.

"Bagaimana menurut ibu tentang anak?" tanya Tama membuat Hanum terkejut.

"Anak?" tanya Hanum sambil menatap Tama. "Dalam rumah tangga, anak itu pelengkap kebahagiaan. Tanggung jawabnya dunia dan akhirat. Mungkin semua orang yang menikah pasti menginginkan anak, namun ada juga yang tidak, dengan alasan ketidaksanggupan dalam mengurusnya. Kenapa kamu bertanya seperti itu?" tanya Hanum.

"Tidak, saya hanya ingin mendengar pendapat ibu tentang permintaan orang tua kita," ucap Tama.

Hanum terdiam, ia takut untuk menjawab ini di depan Tama. Ia takut salah berbicara dan malah merusak hubungan mereka.

"Suatu saat nanti, pasti saya di hadapkan pada masa itu. Tapi untuk sekarang, saya belum siap. Saya merasa belum sanggup untuk itu," ucap Hanum lirih.

"Jika bukan saya yang menjadi suami ibu, apa ibu mau memiliki anak langsung setelah menikah?" tanya Tama menatap Hanum dengan begitu dalam.

"Mungkin jawaban saya akan sama, atau nanti saya memang sudah siap untuk itu," ucap Hanum menatap Tama.

Pria tampan itu terdiam, ada perasaan aneh yang menyelimuti dirinya. Ia merasa tidak puas dengan jawaban Hanum.

"Bagaimana kalau Mommy atau Bunda bertanya tentang ini?" tanya Tama.

"Kalau Bunda, Saya yakin dia pasti paham tanpa harus dijelaskan. Kalau mommy, saya tidak tau. Dia terlihat sangat menginginkan cucu," ucap Hanum lirih.

"Kenapa ibu belum siap? Padahal, umur ibu sudah cukup matang, dan secara financial juga sudah bagus," ucap Tama.

Hanum terdiam, ini adalah pertanyaan yang sering diajukan oleh kebanyakan orang ketika mengetahui umurnya saat ini.

"Kamu tau, perempuan sudah memiliki kodrat untuk itu. Ketidaksiapan saya tadi memang hanya sebuah alasan mendasar yang semua perempuan pasti mengatakan hal itu sebelum menikah. Tapi, masih banyak tanggung jawab yang harus saya selesaikan sebelum hari itu datang," ucap Hanum.

"Tapi, kita tidak bisa menerka kapan itu terjadi. Bisa jadi hari ini, Tuhan menggerakkan kita untuk melakukan hubungan suami istri, benih saya tumbuh di rahim ibu dan langsung berbuat menjadi bayi," ucap Tama.

"Apa kamu menginginkan anak? Dari saya?" tanya Hanum berhasil membuat Tama bungkam.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!