NovelToon NovelToon
DARAH SOKA

DARAH SOKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Penyelamat
Popularitas:439
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Shinkai. Sosok lelaki berusia 25 tahun. Ia tinggal di sebuah rumah sewa yang terletak tepat di sebelah toko bunga tempat ia berada saat ini. Toko bunga itu sendiri merupakan milik dari seorang wanita single parent yang biasa dipanggil bu Dyn dan memiliki seorang anak laki-laki berusia 12 tahun. Adapun keponakannya, tinggal bersamanya yang seringkali diganggu oleh Shinkai itu bernama Aimee. Ia setahun lebih tua dibanding Shinkai. Karena bertetangga dan sering membantu bu Dyn. Shinkai sangat dekat dengan keluarga itu. Bahkan sudah seperti keluarga sendiri.

Novel ini memiliki genre action komedi yang memadukan adegan lucu yang bikin tertawa lepas, serta adegan seru yang menegangkan dari aksi para tokoh. Adapun part tertentu yang membuat air mata mengalir deras. Novel ini akan mengaduk perasaan pembaca karena ceritanya yang menarik.

Yuk, baca kisah lengkap Shinkai dengan aksi kerennya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 16

“Apa yang membawamu ke mari lagi, Taza?”

Kicauan burung terdengar. Menemani suasana pagi yang sejuk. Taza menegak air hangat. Wajahnya terkena rambatan sinar kekuningan mentari. Menikmati kehangatan luar dan dalam. Situasi semakin genting. Pemuda itu tidak mungkin datang tanpa adanya suatu hal penting.

“Rumahku diserang monster dengan semburan sampah semalam. Sehingga rumahku sangat berantakan dan berbau debu. Kau tahu, aku tidak bisa tidur, makan atau sekadar duduk santai dengan keadaan rumah seperti itu. tolong carikan aku gadis bidadari yang mampu menyulap rumah bekas ludah monster menjadi mengkilap tanpa noda,” tutur Taza.

“Monster akan mengutukmu, sialan. Kau saja yang jorok dan malas mengurus rumah!”

“Aku merasa tidak bisa bergerak lagi, Shin,” ujar Taza sambil mencoba meraih tubuh Shinkai. Ia melentangkan tubuh di sofa.

Shinkai menatap malas. Pemuda yang suka berkeliaran tak tentu arah itu mulai menyebalkan.

“Hei, informasi baru apa yang kau dapatkan, hah? Atau aku akan menyeretmu untuk keluar dari rumahku.”

“Aku punya informasi tentang seseorang dengan bunga soka yang ada di atas telinganya.” Taza berkata.

Sebuah ucapan yang membuat Shinkai mengubah ekspresi. Ia menduduki kaki Taza karena pemuda itu memenuhi sofa.

“Kau berat, Shin!” Taza langsung menendang Shinkai dan memberikan tempat kosong untuknya.

Dua kali. Tiga kali. Taza menelan ludah sambil menunduk. Di sebelahnya, Shinkai menatap penasaran. Empat kali. Lima kali. Enam kali. Lagi-lagi Taza hanya menelan ludah. Tujuh kali. Delapan kali.

“MINGGIR SAJA KAU!” geram Shinkai yang dilanjutkan dengan mendorong tubuh Taza hingga terjungkal ke samping.

“Maaf, Shin. Tapi tubuhku hampir tidak bisa bergerak. Aduh, rasanya aku lemas sekali. Seperti habis lari maraton ratusan kilometer.”

“Aku tidak punya obat urut!”

“Itu tidak akan menyembuhkanku.”

“Lalu, apa yang kau inginkan?”

“Ini adalah jenis penyakit langka karena longgarnya organ dalam bernama lambung. Sepiring nasi putih dengan telur setengah matang bumbu bawang putih adalah obatnya.”

“Jadi, selama ini kau hidup dengan menumpang makan di rumah orang lain? pantas saja rumahmu lebih mirip sarang monster.”

Beberapa menit berselang. Akhirnya Taza menyelesaikan makannya. Ia kembali berakting saat Shinkai menyuruhnya untuk cuci piring. Serta membawa senjata ampuh berupa janji untuk memberitahukan Shinkai informasi baru. Alhasil, malah Shinkai yang ujung-ujungnya membersihkan semuanya.

Tiba-tiba, Shinkai melompat ke sofa tempat Taza berada. Lalu berpura-pura mengarahkan pisau dapur ke Taza. Shinkai benar-benar sudah muak. Sedangkan Taza hanya berwajah datar saat pisau itu berada di depannya.

Taza menarik napas, “Sebuah latihan yang bagus.”

“Baiklah, rasa kesalku sudah terlampiaskan. Apa yang sebenarnya terjadi. Seseorang dengan bunga soka di telinganya. Di mana dia berada?” tanya Shinkai, tidak sabar.

“Di dekat sini.”

Seketika itu, Shinkai beranjak dari sofa dan menatap sekitar. Lantas ke arah luar jendela untuk melihat orang-orang yang melintas.

“Hei, sebelah sini,” ucap Taza.

Saat menoleh, ternyata yang didapati Shinkai adalah Taza yang memakai bunga soka di telinganya. Shinkai melesat dan menendang Taza sampai terjungkal untuk yang kedua kalinya.

Kesabarannya terkuras habis, “Jangan sampai aku benar-benar mengira kau adalah pelakunya, Taza.”

“Shin,” panggil Taza sambil menyerahkan sebuah foto berukuran kecil setelah ia bangkit dari lantai.

Foto itu memperlihatkan wajah Aimee.

“Seseorang dengan pakaian serba hitam dan penutup wajah, mengalami tabrak lari semalam. Aku berada di lokasi. Saat aku hampiri, sudah jelas bahwa dia bagian dari peneror. Di dalam sakunya ada foto itu. Sepertinya itu adalah targetnya. Kita beruntung karena alam tidak merestui.”

Kejadian semalam. Bertepatan dengan teriakan Aimee. Kakinya luka karena pecahan vas. Juga kelopak bunga soka di darahnya. Senjata klan Amev yang tergeletak. Serta penemuan Taza perihal foto Aimee yang dibawa peneror.

“Di mana jasad orang itu?”

“Sudah kubuang.”

“APA? APA KAU BODOH, HAH?” Shinkai menarik kerah baju Taza karena sangat kesal.

Langkah Shinkai ke arah kamar mandi. Ia berteriak kencang di sana. Berkali-kali. Ia snagat khawatir dengan orang-orang yang harus ia jaga. Orang-orang yang dititipkan Tevy padanya. Bagaimana jika terjadi sesuatu ketika ia sedang tidak bersama mereka? Bagaimana jika ia gagal dalam melindungi mereka? Bagaimana jika ia tidak sekuat itu? Semua pikiran negatif menyergapnya dalam sesaat. Haruskah disebut keberuntungan dengan ditabraknya peneror itu? lantas, bagaimana dengan teror-teror berikutnya? Mereka jelas punya banyak sekali sekutu. Juga pandai bertarung dan melarikan diri.

“Aku hanya tidak ingin membuatmu terlalu terbebani, Shin. Aku hanya mencoba menghiburmu.”Taza muncul di bingkai pintu kamar mandi, “Aku bercanda. Aku tidak membuangnya.”

Shinkai menoleh.

“Jasad itu dibawa oleh pasukan Gloine. Tentu saja, kita tidak punya hak apapun ketika pihak berwajib yang turun tangan.”

“Bawa aku ke tempat itu.” Shinkai sudah kehabisan cara untuk berpikir jernih.

“Kau hanya akan menjadi lemah ketika melakukan sesuatu dengan amarah. Terutama dalam pertarungan hidup dan mati. Kau hanya akan bunuh diri.”

“Lalu, apa yang harus aku lakukan, Taza? Tragedi Darah Soka akan terulang lagi. Sementara kita tidak punya sekutu lagi. Mereka berpencar entah ke mana. Lagi pula, sekarang mereka semua juga pasti sudah tua. Hanya kita yang dulu bertarung ketika berusia di bawah 18 tahun. Tevy tidak seharusnya menitipkan orang-orang berharganya,” ungkap Shinkai bersama kepiluan.

“ Kita, Shin. Kau, aku dan Hoshi,” ucap Taza.

“Jangan anggap dia.”

“Baiklah. Kau dan aku. Ingat, aku berada di sana juga saat di detik-detik terakhir Tevy. Artinya, bu Dyn, Aimee dan Neptune adalah tanggung jawabku juga.” Taza menghibur.

Suara nyanyian May terdengar di luar. Sepertinya gadis kecil itu sedang menyiram bunga-bunga. Sejak adanya May di toko itu, bu Dyn tidak hanya menjual bunga mekar atau bibit bunga. Tapi ia juga menjual parfum hasil racikan May. Itu membawa lebih banyak pelanggan lagi. Gadis kecil itu juga tidak pernah absen untuk ikut pergi mengantar pesanan. Bahkan bisa menggantikan Shinkai jika Shinkai sedang pergi bekerja dan tidak bisa membantu untuk mengantar pesanan.

Semua senang dengan kehadiran May. Hanya Shinkai yang menyadari sesuatu yang mencurigakan pada diri May. Sebab yang lain, hanya melihat sisi positif saja. Selagi semua baik-baik saja, maka tidak perlu ada hal yang dikhawatirkan. Bahkan ketika Aimee tiba-tiba berteriak karena mengaku ada suara langkah seseorang. Sekalipun sebenarnya luka itu disebabkan oleh kecerobohan Aimee sendiri. Sejauh itu, tetap tidak dapat menorehkan curiga padanya.

“Kalau begitu bantu aku menyelidiki seseorang yang sekiranya menjadi ancaman bisu,” ucap Shinkai setelah keluar dari kamar mandi. Ia menatap tegas kepada Taza.

“Siapa?”

“May.” Shinkai menjawab dengan memasang wajah serius.

“Baiklah, aku akan membantumu.”

“Ia sedang menyiram tanaman di luar.”

“Tunggu, Shin!” seru Taza sambil menarik lengan Shinkai.

“Apa?”

“Siapa itu May?”

Shinkai menoyor kepala Taza.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!