NovelToon NovelToon
(Bukan) Pengantin Idaman

(Bukan) Pengantin Idaman

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Berbaikan / Pengantin Pengganti / Obsesi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:15.6k
Nilai: 5
Nama Author: Edelweis Namira

Pernikahan antara Adimas Muhammad Ibrahim dan Shaffiya Jasmine terjalin bukan karena cinta, melainkan karena sebuah perjodohan yang terpaksa. Adimas, yang membenci Jasmine karena masa lalu mereka yang buruk, merasa terperangkap dalam ikatan ini demi keluarganya. Jasmine, di sisi lain, berusaha keras menahan perasaan terluka demi baktinya kepada sang nenek, meski ia tahu pernikahan ini tidak lebih dari sekadar formalitas.

Namun Adimas lupa bahwa kebencian yang besar bisa juga beralih menjadi rasa cinta yang mendalam. Apakah cinta memang bisa tumbuh dari kebencian yang begitu dalam? Ataukah luka masa lalu akan selalu menghalangi jalan mereka untuk saling membahagiakan?

"Menikahimu adalah kewajiban untukku, namun mencintaimu adalah sebuah kemustahilan." -Adimas Muhammad Ibrahim-

“Silahkan membenciku sebanyak yang kamu mau. Namun kamu harus tahu sebanyak apapun kamu membenciku, sebanyak itulah nanti kamu akan mencintaiku.” – Shaffiya Jasm

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 30

Matahari tenggelam dengan sempurna, membuat langit yang berwarna kuning keemasan tersebut menjadi berwarna hitam. Jika tadi diterangi oleh matahari, maka saat malam tiba, langit diterangi oleh cahaya bulan yang didampingi oleh ribuan bintang yang memancarkan cahayanya dengan indah.

Setelah kejadian tadi sore, Jasmine masih bertahan dalam diam. Saat berpapasan dengan Adimas di kamar pun ia memilih untuk diam. Lagipula wajah Adimas sangat terlihat terganggu dengan kehadiran dirinya. Jasmine cukup sadar diri bahwa kehadirannya memang tidak diinginkan oleh suaminya sendiri.

Saat makan malam pun, Jasmine hanya menanggapi seadanya. Bukannya ia tidak suka berbaur dengan keluarga Ibrahim, namun ia hanya menahan diri untuk tidak banyak bersuara. Lagipula suasana makan malam cukup hangat dengan adanya Adrian. Lelaki itu sangat piawai dalam membawa topik yang membuat semua penghuni meja makan tertawa.

Setelah makan malam, daripada berada di kamar berdua dengan Adimas, Jasmine pun memilih untuk membuat kesibukan di dapur. Sementara anggota keluarga lain sedang menikmati waktu malam di ruang tengah. Alhasil suara-suara kecil gurauan mereka berdua membuat area dapur menjadi

Jasmine tengah berkutat dengan loyang dan adonan. Wajahnya tampak serius saat menakar tepung, namun ekspresinya berubah jenaka setiap kali Naina berceloteh tentang keanehan dirinya yang ahli dalam membuat dessert atau pastry sementara hancur jika disuruh memasak aneka masakan utama.

“Padahal sama-sama mengolah makanan. Tapi kamu sama Fita sama aja. Meskipun lebih parah Fita sih. Dia bahkan nggak bisa apapun jika berkaitan dengan dapur. Keahliannya cuma mencuci piring," komentar Naina sambil mengoles loyang dengan margarin.

Jasmine tertawa sambil mengaduk adonan kuenya. "Seenggaknya dia mau bantu, Na. Meskipun ujung-ujungnya merengek sama Bang Indra karena kecapekan kita suruh cuci piring," kata Jasmine disertai tawa Naina juga.

"Tapi sebenarnya suruh Adrian aja nggak sih? Kalau kue buatan kamu, aku sampai bosan nyobainnya, Mine. Kalau Adrian kan udah lama banget nggaknya. Kira-kira kemampuan masaknya masih kayak dulu nggak, ya?" Wajah Naina berubah memerah saat mengatakan itu.

Jasmine mencibir Naina. "Bilang aja minta masakin dia. Mau aku comblangin sama adik ipar baikku itu?"

Mata Naina membulat, namun wajahnya langsung merah merona. Teramat jelas karena kulitnya yang memang putih bersih.

"Mentang-mentang udak nikah, sekarang malah buka jasa mak comblang ya. Ada-ada aja," sahut Naina sambil menaburkan beberapa chocochip untuk toping brownis yang sudah Jasmine masukkan ke loyang.

Jasmine tertawa, dan begitu pula Adrian yang tiba-tiba sudah muncul di dapur. Kehadirannya tentu saja membuat Naina salah tingkah sementara Jasmine hanya mengulum senyum

"Shaffiya mau jadi mak comblang siapa? Kamu ya, Na?" Adrian menatap Naina seksama dan akhirnya membuat Naina mengangguk pelan.

Adrian tertawa keras. "Gaya banget mau jadi mak comblang si Naina. Kalau udah menikah jadi gitu ya, Shaf. Nggak minat jadi mak comblang aku sekalian?" Adrian memainkan alisnya dengan wajah jahil.

"Boleh kalau mau. Sama Naina aja gimana?" tunjuk Jasmine segera membuat mata Naina membulat karena terkejut sekaligus salah tingkah.

"Mine!" seru Naina membuat Adrian ikut tertawa.

"Wajah Naina sampai memerah gitu, Shaf. Itu artinya dia nggak mau dicomblangin sama aku."

Jasmine terkekeh. Ia segera memasukkan loyang kue tersebut ke oven. Adonannya siap dipanggang.

 Kemudian matanya menatap Naina dengan jahil. "Benar begitu, Na?" Jasmine sengaja menanyakan hal tersebut pada Naina langsung. Tentu saja membuat gadis kalem itu menunduk sembari menggeleng pelan.

"Aku ke kamar mandi dulu." Naina dengan langkah cepat segera menuju kamar mandi.

"Bisa banget godain Naina begitu ya, Shaf. Mentang-mentang udah nikah. Malah main jodohin orang, nggak takut aku nanti sama aja kayak Kak Adimas. Nggak bisa menghargai istrinya sendiri," komentar Adrian tersenyum hangat.

Jasmine tersenyum samar. "Kamu berbeda dengan Mas Adimas, Yan. Aku yakin, kamu lebih bisa menghargai wanitamu," ucap Jasmine pelan.

Adrian hanya mengangguk pelan beberapa kali. Tatapannya tetap fokus pada Jasmine yang sibuk mengecek kue di oven. Ia tidak lagi berkomentar apapun. Sedangkan Jasmine juga sudah sedang fokus mengecek kuenya. Hingga ketika sudah matang, akhirnya Jasmine mengeluarkan loyang tersebut dengan segera.

Kue tersebut segera Jasmine pindahkan ke piring ukuran besar. Namun saat ia sedang memotong kue tersebut, tangan Adrian dengan cepat mengambil satu potong. Ia tidak peduli dengan pelototan Jasmine.

"Tester, Shaf," guraunya kemudian segera memasukkan potongan kue tersebut ke mulutnya membuat Jasmine tak urung tertawa. "Hmmmh, enak banget. Kenapa nggak dimasukin ke menu kafe aja?"

"Ini dibuatin khusus buat orang dekat-dekat aja"

Adrian tersenyum manis. "Berarti aku dekat nih sama kamu?"

Jasmine terkekeh, lalu mengangguk. "Kan kita iparan. Jadi dekatlah. Masih hitungan keluarga."

"Ya-ya... Iparan," gumamnya lalu membantu Jasmine membereskan dapur.

Suasana jadi lebih hangat. Berbagai candaan dari Adrian membuat suasana hati Jasmine lebih baik. Setidaknya itu bisa menjadi pengobat di saat ia masih merasakan sakit hati karena perkataan dan sikap dingin Adimas tadi sore.

Saat Jasmine sedang menata kue tersebut satu persatu ke piring yang lebih kecil, tanpa ia sadari Adrian mengambil fotonya. Seolah tahu jika Jasmine mengetahui hal itu maka akan dengan sangat cepat Jasmine meminta Adrian menghapus foto tersebut.

Tiba-tiba Jasmine tidak sengaja menyenggol spatula hingga terjatuh. Ia pun langsung bergerak cepat mengambil benda tersebut namun karena lantai yang sedikit licin akibat cipratan adonan, kakinya terpeleset.

"Shaf!" seru Adrian dengan cepat menarik tangan kemudian menahan tubuh Jasmine agar tidak terjatuh. “Hati-hati, Shaf! Kamu bisa jatuh beneran.”

Mereka tertawa gugup, Jasmine refleks menatap Adrian dan mengucapkan terima kasih. Tapi sebelum momen itu benar-benar lepas, suara deheman pelan terdengar dari arah pintu dapur.

“Ehem.”

Jasmine dan Adrian menoleh cepat. Sosok Adimas berdiri di ambang pintu, dengan ekspresi datar dan mata yang tajam seperti biasa. Cahaya dari ruang tamu memantul di sorot matanya, memberikan kesan lebih gelap daripada biasanya.

Ia tidak berkata sepatah kata pun. Namun tatapan itu cukup membuat Jasmine merasa seolah seluruh suasana hangat tadi mendadak membeku. Ia segera berdiri tegak, menjauh dari Adrian secara refleks. Meskipun Adimas tidak akan peduli, namun Jasmine sebisa mungkin harus menjaga dirinya dan Adrian agar tidak menjadi sasaran perkataan pedas Adimas.

"Terima kasih, Ian," ucap Jasmine tulus.

Adrian mengangguk. "Sama-sama. Lebih hati-hati, ya," sahut Adrian lembut. Ia masih tetap tenang. Ia bahkan tampak tidak terganggu meskipun Adimas menatapnya dengan sorot tajam.

Lalu tatapan Adrian beralih ke Adimas yang masih berdiri diam. "Tenang aja, Mas. Aku cuma bantu Shaffiya supaya nggak jatuh. Kan nggak lucu kalau pengantin barunya sakit. "

Adimas hanya mengangguk tipis, masih dengan ekspresi sulit dibaca. Ia kemudian melangkah ke kulkas, mengambil sebotol air. Melihat itu Jasmine segera menghampiri Adimas. Membantu lelaki itu menuangkan minuman ke gelas.

"Mau di minum di kamar?" tanya Jasmine lembut.

"Kamu ngusir saya ke kamar biar kamu bisa berduaan dengan Adrian?" Adimas menatap Jasmine sinis.

Adrian tertawa pelan membuat Jasmine melotot sejenak. Lalu ia kembali menatap Adimas.

"Enggak, Mas. Maksudnya kalau mau diminum di kamar biar aku bantu bawa."

"Mine, udah selesai belum?" tanya Naina yang tiba-tiba muncul. "Loh, ada Pak Adimas juga?"

"Bawa ke kamar aja." Adimas dengan wajah datarnya kemudian bersuara dan melangkah keluar kamar lebih dulu.

Jasmine mengangguk lalu segera meraih kue yang sudah ia tata di atas piring kecil. "Aku ke kamar dulu, ya. Kamu sama Adrian lanjut beres-beres aja, Na," ucap Jasmine sambil membawa piring tadi dan segelas air.

Adrian dan Naina kompak mengangguk. Setelah itu Jasmine segera menuju kamar mereka yang berada dekat dengan ruang keluarga. Namun karena sudah tidak ada siapapun di sana, akhirnya Jasmine segera ke kamarnya dan Adimas.

Sesampainya di kamar, ia melihat Adimas sedang duduk di tempat tidur sambil membaca buku. Lelaki itu masih diam seperti biasa. Jasmine segera meletakkan gelas minuman beserta piring kecil tadi di nakas dekat Adimas.

"Mas ini minumannya."

"Saya hanya minta minuman," ucap Adimas tanpa melihat ke arah Jasmine. Tatapannya masih fokus kepada buku di depannya.

Nada bicaranya memang tidak meninggi. Seingat Jasmine, Adimas memang jarang meninggikan suaranya. Meski demikian, setiap kalimat yang keluar dari mulutnya seringkali menyakiti hati Jasmine. Seperti sekarang.

Tanpa menyebutkannya secara langsung, Jasmine tahu Adimas menolak kue pemberiannya.

Jasmine menghela napasnya lalu tersenyum lembut. Sebuah senyuman yang sebenarnya ia paksakan, sebab hatinya tidak bisa berbohong bahwa rasa sakit itu nyata. "Kuenya sengaja aku buatkan untuk orang-orang di sini. Mas cobain ya," ucap Jasmine pelan.

"Bukan khusus untuk Adrian?" tanya Adimas sinis.

Jasmine menggeleng cepat. "Ini justru sengaja aku buatkan untuk kamu. Adrian hanya membantu."

Adimas tekekeh pelan. Namun tetap saja nada sinis itu terdengar jelas. Lelaki itu kemudian menutup bukunya dan menatap Jasmine tajam. Ia bahkan berdiri berhadapan dengan Jasmine.

"Membantu sampai kalian hampir berpelukan?" tanyanya dengan nada rendah.

Jasmine menguatkan hatinya. Ia kemudian memberanikan menatap mata tajam milik Adimas yang selalu mengintimidasinya itu.

Jasmine kemudian tersenyum tipis. "Susah ya Mas, kalau sejak awal kita dipandang buruk maka kebaikan sekecil apapun selalu dianggap buruk." Mata Jasmine kemudian beralih ke kue tersebut. "Kalau memang nggak mau, dibuang aja Mas. Jangan minta aku untuk membawanya kembali," sambung Jasmine pelan.

Kaki Jasmine segera melangkah keluar. Langkah kakinya memang mantap meninggalkan Adimas yang masih berdiri diam di kamar. Namun hatinya tetap saja sakit. Dadanya masih bergemuruh meski berusaha mengabaikan setiap perkataan Adimas. Ah, air matanya rasanya ingin keluar segera.

"Kenapa sesakit itu menjatuhkan pilihan padamu, Mas?" lirihnya dalam kesendirian.

*

*

*

Jangan lupa like komen dan subscribe yaah. Terima kasih reader :)

1
Dewi Meliasari
semangat kkk..moga cepat sembuh y☺️☺️☺️
Jeng Ining
mdh²an cepet pulih sehat kembal ya Kak, terimakasih sudah sempat update🙏
Edelweis Namira: Aamiin Terima kasih yaaa doanya
total 1 replies
Cookies
Syafakillah thor, ditunggu lanjutannya
Edelweis Namira: Aamiin..Makasih ya
total 1 replies
Jeng Ining
udh makin luluh makin jatuh hati si Adimas ini.. cm kepalanya masih tertutup kabut tipu muslihat si Rindu si polos lemah lembut itu😩
Cookies
lanjut thor
hasana
nyesek jadi jasmin
Safrudin Suekko
Up lagi kak
Nuraeny Prince's
adimas bego kok di piara
Edelweis Namira: Mata batinnya masih tertutup kayaknya
total 1 replies
aira imut
kok belum apdet apdet kak
Edelweis Namira: Udah yaaa. terima kasih kak. ditunggu feedbacknya yaah
total 1 replies
Jeng Ining
hati cemburu berat kepala gengsi ya bgtu... ga diajak ngomong jengkel setengah hidup giliran diajak ngomong tar kluar ketusnya😂😂😂🤭
Edelweis Namira: Bawaannya suudzon mulu sama orang dia mah
total 1 replies
hasana
nunggu adimas sadar
Edelweis Namira: Lama dia sadarnya
total 1 replies
Titik Sofiah
lanjut lanjut Thor
Titik Sofiah
penasaran sebenar.a apa yg dilakukan Jasmine ke rindu Ampe si Adimas benci Ama Jasmine
Titik Sofiah
Awal yg menarik ya Thor moga konfliknya nggak trlalu berat
hasana
kasian jasmin
Jeng Ining
hemmm sudh kudugem, klo Rindu ke dapur krn panas dimas dn rama ngomongin Jasmine, kmudian mw cari masalah dn playing victim 🙄
Edelweis Namira: Tapi realitanya emg suka gitu, yg terbiasa buat masalah akan selalu dianggap tukang buat masalah sekalipun ia gak salah
total 1 replies
Jeng Ining
cahbodo kamu Dim, kalo emng kalem bakalan tau diri, ga bakal peluk² laki org apalagi di rumh si laki yg pasti jg ada bininya😮‍💨😏
Edelweis Namira: Adimas emg bodoh emang
total 1 replies
Jeng Ining
haiyyyaaahhh.. gimana nasibnya ituh bawang, gosong kek ayam tadi kah🤭👋
Jeng Ining: 🤟😂😂/Facepalm/
Edelweis Namira: suka speechless emang kalo suami modelan Adimas
total 2 replies
Lembayung Senja
knp ndak up date..crita satunya juga ndak dlanjut
Fauziah Rahma
padahal tidak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!