Bagaimana jika degup ku tak kunjung meredup, sedangkan rasamu tak kunjung selaras. Bagaimana jika rindupun tak kian padam namun rasanya terus meredam. Ternyata benar tidak ada yang mampu menggenggam hujan. karena hujan jatuhnya selalu menyakitkan bukan. (Lavanya)
Kisah gadis Bar-Bar yang mengalami broken home, bukan hanya broken home tapi juga broken heart, sebab teman masa kecilnya sekaligus tentangga depan rumahnya mendadak menjauh dan renggang karena di antara keduanya terjadi kesalahpahaman hingga membuat keduanya menjaga jarak, namun memang dasarnya jodoh sudah di pisahkan pun tetap kembali bersama walaupun harus melalui jalur perjodohan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon y.al_29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pusat Perhatian
Pagi ini Lavanya ikut sarapan di rumah Arbian, sembari menyusun rencana untuk memberi alasan kepada Amara. Saat ini di meja makan ada Denis, Amira dan Arbian ketiganya kompak memperhatikan Lavanya sebab sedari tadi gadis itu hanya diam saja.
"Kenapa diem aja, makan yang banyak dong, masakan aunty ga enak ya?" Tanya Amira pada Lavanya.
"Eh, ga gitu aunty, cuma aja aku lagi mikir aku ngomong apa ya sama si jali!" Celoteh Lavanya dengan lesu.
"Jali? Jali tuh siapa?" Tanya Denis.
"Oh iya aku lupa, itu panggilan aku ke mommy uncle, jali tuh artinya janda lincah" Ucap Lavanya tanpa beban sedangkan Amira yang mendengar itu seketika tertawa.
"Hahaha kamu ini ada-ada aja, nanti kalo mommy kamu tau marah loh" Ujar Amira.
"Engga ko mommy mah santai, walaupun kadang akhirnya aku di Jewer" Terang Lavanya.
"Dasar kamu ada-ada aja, udah makan aja kamu ga usah pikirin masalah itu, mommy kamu biar jadi urusan aunty, aunty juga udah bilang kalo kamu ada di sini" Jelas Amira.
"Lagian suruh siapa keluar rumah malem-malem" Celetuk Arbian yang sedari tadi diam.
"Cih, liat uncle aku di marahin Arbian" Adu Lavanya pada Denis.
"Bi jangan usil" Ucap Denis.
"Di bela aja terus, biar sadar pa kalo apa yang dia lakuin itu ngebahayain diri sendiri" Ucap Arbian.
"Yaelah gue udah biasa Arbi, lagian lu sama Xabiru kaya jailangkung aja datang nya tiba-tiba" Ucap Lavanya.
"Jangan di biasain" tegur Arbian.
"Iyah bener kata Arbi, kamu ga boleh sering-sering ikut balapan ga baik Teh" Ujar Denis, semalem ketika anaknya datang dia sempat kaget karena Arbian pulang tidak sendirian tapi bersama keponakannya terlebih dalam keadaan tidur. Arbian menjelaskan secara rinci pada sang ayah tanpa ada yang di tutupi sedikitpun.
"Seru uncle" Balas Lavanya.
"Kalo kamu suka, mending ikutan balapan resmi aja, jangan balapan liar" Ujar Denis.
"Iyah pengennya begitu, tapi kayanya di larang deh sama mommy" Ucapnya dengan sendu.
"Yaudah cukup nonton aja di sirkuit, tapi balapan yang resmi" Balas Denis.
"Beda dong vibes nya uncle" Keluh Lavanya.
"Ngomong sama dia mah gaada abisnya pa, ada aja jawabannya" Celetuk Arbian.
"Suttt udah makan, ga baik banyak bicara di depan makanan" Tegur Amira.
"Iya-iya aunty, maaf ya" Ucap Lavanya.
Setelahnya tidak ada lagi perdebatan di antara mereka, Meraka makan dengan khidmat sampai selesai. Dan setelah selesai Lavanya siap-siap ke rumah untuk mengganti pakaian nya sebab dia masih menggunakan baju tidur yang kebetulan memang miliknya, karena dari dulu Lavanya keseringan telat pulang ke rumah mau tak mau dia pulang ke rumah Arbian dan akhirnya dia memutuskan untuk menyimpan beberapa baju di rumah Arbian, bahkan dia juga punya kamar pribadi di rumah Arbian. Karena mengingat Amira ingin sekali memiliki anak perempuan akhirnya dia menganggap Lavanya anaknya sendiri begitu pula Denis keduanya sangat amat menyayangi Lavanya, apalagi setelah perceraian orang tua Lavanya Denis dan Amira benar-benar berusaha memberikan perhatian yang lebih agar Lavanya tetap merasakan kasih sayang orang tua yang lengkap.
"Aunty, uncle, aku pulang dulu ya, makasih" Pamit Lavanya. Sambil memeluk Aruni dan Denis bergantian
"Iyah hati-hati, Arbi sana anterin Vanya" Titah Denis.
"Iya pa" Balas Arbian dengan singkat.
Mereka berdua pergi dengan menggunakan mobil, tidak butuh waktu lama Arbian sampai di depan gerbang rumah Lavanya.
"Bi thanks ya, lu langsung ke sekolah kan, duluan aja nanti gue naik motor" Terang Lavanya.
"Yaudah gue duluan" Ucap Arbian.
Lavanya langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam gerbang sedangkan Arbian langsung menancap pedal gas dan melajukan kendaraannya. Ketika sudah ada di dalam rumah rupanya Amara tengah sarapan. Lavanya berusaha untuk terlihat santai padahal hatinya sudah ketar-ketir.
"Pagi-pagi sudah ke rumah Tante kamu, pake ngerengek minta di beliin Lego lagi, malu-maluin" Celetuk Amara.
"Hehe, maaf Mom tadi sekalian jalan-jalan pagi, biasa olahraga" Ucap Lavanya yang merasa lega karena Tantenya tidak berkata jujur.
"Tumben-tumbenan olahraga, biasanya juga bangun kesiangan" Ucap Amara penuh selidik, karena sebenarnya dia tak terlalu mempercayai ucapan adiknya.
"Ngomong-ngomong kesiangan aku lupa mau berangkat sekolah, udah dulu ya Mom" Balas Lavanya yang sudah becir terlebih dahulu.
"Punya anak 5 kaya Lavanya kayanya aku mati berdiri" Celotehnya sambil memegang pangkal hidungnya.
10 menit berlalu Lavanya sudah rapi dan siap berangkat ke sekolah dengan menggunakan motornya, dia tidak berangkat bersama Xabiru karena sudah di pastikan Xabiru sudah berangkat lebih dulu.
"25 menit lagi masuk, gue punya waktu 20 menit buat nyampe ke sekolah, kayanya gue harus lewat jalan pintas" Guman Lavanya sambil mengendarai motornya dengan kencang.
Perkiraan waktu yang di butuhkan Lavanya 20 menit ternyata dia hanya butuh waktu 17 menit untuk sampai di sekolahnya.
"Huft akhirnya gue ga terlambat" Ucapnya dengan tersenyum simpul di balik helmnya.
Lavanya masuk melewati gerbang begitu saja tak menyadari ada Xabiru yang sedang berjaga di depan gerbang bersama anggota OSIS yang lainnya.
"Syukur kalo dia udah Sampe" Guman Xabiru pelan.
"Noh doi lu udah sampe" Ledek Aditya, sedangkan Xabiru tak menanggapi ucapan Aditya, dia hanya fokus melihat ke arah pintu parkiran. Tak lama orang yang dia tunggu nongol juga tanpa banyak bicara dia langsung menghampirinya tanpa memikirkan pandangan orang lain.
"Tunggu" Cegah Xabiru.
"Biru, ini di sekolah kalo mau ngobrol nanti aja, awas minggir" Ucap Lavanya yang saat ini sedang menahan malu, sebab mereka sudah jadi pusat perhatian, bagaimana tidak jadi pusat perhatian Dua visual SMA pelita sedang berdampingan.
"Wih ngapain kak Xabiru nyamperin kak Lavanya" Ucap salah satu anggota OSIS.
"Paling kak Lavanya ngelanggar aturan sekolah lagi" Celetuk salah satu di antar mereka.
"Ekm, coba kalian fokus pada tugas kalian" Tegur Aditya selaku wakil OSIS.
"Eh iya kak maaf" Ujar mereka berbarengan.
Balik lagi ke Xabiru dan Lavanya.
"Bodoamett, nih gue bawain bekel" Ujar Xabiru sambil memberikan kotak bekel.
"Biru kita jadi pusat perhatian" Ucap Lavanya dengan geram.
"Kalo gamau jadi pusat perhatian ambil" Ucap Xabiru.
Sedangkan di sisi lain siswa-siswi berteriak histeris melihat kejadian tersebut, kebanyakan perempuan karena merasa iri ingin jadi Lavanya.
"Wahhh mereka datting kah"
"Gila sih kalo emang beneran datting"
"Mereka ga pacaran tau ada yang bilang mereka itu temenan dari kecil"
"Liat perlakukan Xabiru manis kaya gitu"
Sedangkan Lavanya sudah tidak tahu lagi harus bagaimana karena merasa malu di perhatikan oleh ribuan murid.
"Xabiru, Emang bener-bener ya" Ucap Lavanya sambil menarik kotak bekel tersebut dengan cepat, dan berusaha bergegas pergi, namun langkahnya lagi-lagi tertahan, sebab kali ini Xabiru benar-benar membuat heboh seisi sekolah.
"Eh tunggu dulu" Ucapnya sambil berjongkok di hadapan Lavanya dan mengikat tali sepatu Lavanya yang copot. "Talinya copot, kalo jatuh gimana" Omelnya pada Lavanya. Sedangkan Lavanya yang di perlakukan seperti itu rasanya tak karuan, jantung nya berdetak lebih kencang dari biasanya, selain itu dia malu.
"Xabiru lu ngapain, cepetan bangun" rengek Lavanya dengan pelan.
"Udah selesai, udah sana ke kelas" Ucapnya sambil berdiri dan mengelus rambut Lavanya.
Seketika murid-murid yang lain ikut terbawa perasaan melihat adegan tersebut.
"Sumpah demi apa, mata gue ga salah liat kan"
"Mereka beneran pacaran"
"Wah potek hati gue"
"Wanjirr cewek idaman gue udah go publik"
"Aih pangeran gue"
Begitulah kira-kira respon siswa-siswi yang mengidolakan keduanya.
"Bodoamettt Biru , gue pergi dulu" Ucap Lavanya dengan pelan dan sambil berlari menuju ke kelas.
Sedangkan Xabiru yang melihat tingkah laku Lavanya tersenyum lebar dan merasa gemas.
"Lucu" Ucapnya sambil tersenyum.
Di sisi lain para anggota OSIS yang melihat itu seketika Congo, bukan hanya anggota OSIS tapi juga Aditya selaku teman dekatnya.
"Seriusan itu Xabiru senyum, gokil sih efek Lavanya" Gumannya.
"Kak. Biru l kalo senyum cakep banget ya" Celetuk salah satu anggota OSIS.
"Sutt udah berpawang, pawang nya kak Lavanya. bukan tandingan kita" Balas teman satunya.