Cewek imut dan manis ketika dia sedang manja, dan berubah 180 derajat menjadi dingin dan menakutkan ketika dia sedang dalam mode gila ....
Dia adalah Avril, gadis yang susah ditebak isi hatinya dan gampang berubah haluan, melakukan sesuatu seenak jidat dan suka merepotkan orang-orang disekitarnya..
Bahkan ketika sudah menikah pun d
tidak jauh beda.. Yaa dia menikah dengan laki-laki yang sederhana bernama Asep..
Ehh bukan Asep namanya..😅
Laki-laki itu bernama Keiden
Enaknya dipanggil Ken apa Kei ya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qyurezz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terkejut
Li berjalan dengan sedikit berlari ke arah rumah belakang, ia baru teringat dengan tahanan di bawah tanah.
Ia memasuki lorong ruangan tersembunyi itu, kemudian membuka gembok menuju tangga bawah tanah.
Bau busuk menyeruak, Tuan Li menghentikan kakinya, rasanya Li ingin sekali muntah saat menuruni tangga. Suasana menjadi mencekam tiba-tiba, namun Li tidak takut.
Semakin melangkah semakin tercium baunya. akhirnya tuan Li memutuskan untuk kembali ke atas.
Ia sudah yakin bahwa si tahanan telah meninggal. Saat di atas, ia berjalan melewati taman, segera tuan Li mengambil ponselnya dan menghubungi tim pasukan pembersih khusus tanpa jejak.
Panggilan langsung terhubung pada ketua tim.
"Halo tua Li, lama tidak ada kabar"
Sapa seseorang bersuara besar dan serak.
"Ya tuan Sam, saya butuh tim pembersih untuk satu kantong tubuh" ketua tim itu bernama Sam.
"Hahaha.. Tuan Li, akhirnya dia mati ya"
Terdengar dari suara lelaki itu, nampak sudah akrab dengan tuan Li.
"Aku butuh ahli forensik juga" tanpa menanggapi pertanyaannya.
"Baiklah, kami segera menuju ke tempat"
Telepon terputus. Tuan Li segera menuju ke dalam rumah tempat para pelayan dan penjaga beristirahat, meminta mereka semuanya masuk ke kamar masing-masing. Begitu juga pak Alex yang telah beres dengan urusan nona makan malam tadi. Mereka tidak boleh ada yang berkeliaran di dalam rumah juga di halaman rumah, tidak ada yang berani bertanya karena Li terlihat begitu serius.
Setelah itu tuan Li masuk ke dalam ruangan pribadinya, menunggu tim pembersih itu datang.
Nona mungkin sudah tidur. Biarlah. Pikirnya.
sementara itu di dalam kamar nona, setelah selesai makan, Nona Avril da Kei berbincang sambil menonton Drakor kesukaan Nona.
Avril berbaring di sofa dengan kepala tidur di pangkuan Kei. Tubuhnya diselimuti dengan kain hangat. Kei mengusap lembut kepala Avril sampai pipinya juga yang terasa hangat tak lepas dari sentuhannya.
"Tidur sayang" Kei yang hanya fokus pada wajah Avril, tak peduli tontonan yang ada di layar televisi.
"Aku belum ngantuk, Kei" sesekali terbatuk, suaranya serak.
"Kamu harus banyak istirahat"
"hmm" tidak ingin banyak bicara.
Avril bangun dari rebahannya, ia duduk disamping Kei.
"Kenapa?" tanya Kei.
"Kau bawa ponselmu?"
"Bawa, mau apa?"
"Boleh aku melihat media sosialmu?"
"Boleh" Kei meraih ponselnya dari dalam tas memberikannya pada Avril. Entah kenapa Kei begitu deg-degan saat Avril mulai membuka media sosialnya.
pasalnya ada beberapa balasan pesan perbincangan antara Kei dan fansnya.
Nona Avril melihat layar sambil menyandarkan kepalanya di bahu Kei, mengajak Kei melihat bersama media sosialnya.
"Kenapa tidak ada fotoku di sini?" Avril cemberut, walau sebelumnya sudah tau Kei tidak memposting foto dirinya.
"Kita kan belum sempat berfoto bersama" jelas Kei dengan alasan yang tepat.
Nona Avril tetap cemberut mendengar jawaban kei
"Lihat, kau genit sekali sama semua wanita, lihat fotomu! apa ini? Kau mau menggoda semua wanita?"
Kei terkekeh, ia mencium pipi Avril yang menggemaskan saat marah.
"Lihat, itu foto jaman kapan? lagian itu foto kegiatan di sekolah semua" Kei ingin menjelaskan dengan hati-hati.
Avril tidak mau tau dengan alasan Kei.
"Aku tidak peduli Kei. Hapus ini! Mau pamer wajahmu pada siapa hah?" Kesal sendiri Avril.
Kei makin tertawa, ia mengambil ponselnya.
"Kamu marah-marah cuma gara-gara hal begini" Kei hanya menatap wajah Avril dan masih cemberut.
"Sayang banget kalo harus dihapus, ini kan bagus" tatapnya pada layar, bibirnya mengulum senyumnya. Ingin tau reaksi Avril.
"Keii!!" menjewer telinga Kei, maki kesal.
"iya, iya sayang.. Aw" Kei mengusap telinganya yang terasa panas.
"udah.. Aku hapus ya" menunjukan layar ponsel sambil menghapus foto-foto dirinya.
Avril tersenyum dan memeluk Kei. Mencium telinga yang ia jewer tadi. Mengunyel-unyel pipinya gemas. Ah manis sekali.
"Maaf ya, sakit?" Avril mengusap telinga Kei dengan lembut.
"Sun lagi" pintanya.
Cup. Kecupan manis.
"ini" tunjuknya pada pipi.
Cup. Kecupan manis lagi.
"Puas hm?" Avril memeluk Kei dengan manja.
Kei mengangguk dan tersenyum puas, begitu bahagia dengan perlakuan Avril yang begitu manis.
"Sekarang media sosialmu. Apa namanya? Kenapa aku tidak dapat menemukan dirimu?" Kei pernah mencari di berbagai aplikasi medsos, tapi tak menemukan nama Avril di sana.
"Ck. Aku mana sempat mengurus media sosial Kei. Ponselku saja dipegang Li hampir 24 jam"
"Apa? Kenapa begitu?"
"Ponselku sama halnya nyawaku, dia menjaganya dengan separuh jiwanya"
Kei sedikit terkejut.
"Ah iya, kekasihku ini kan orang penting di negara ini bukan?"
Tentu saja agar tidak ada yang mencoba meretasnya. Pantaslah tuan Li sangat menjaganya apa lagi itu milik nona. Batin Kei
"hmm" Avril mengangkat alisnya membenarkan ucapan Kei.
"Selain itu supaya aku fokus ke perusahaan, tuan Li tidak bisa membayangkan betapa merepotkan nya jika aku terkenal di media sosial"
"Kau pasti akan sangat terkenal, sayang"
"Dan itu merepotkan baginya"
Kei terkekeh
"Baiklah, aku faham"
Kei membayangkan jika Avril mempunyai media sosial, pasti banyak lelaki yang meliriknya, mengganggunya, bahkan menerornya. Tuan Li lah yang akan kerepotan mengurus semua, ia sangat menjaga nona Avril dengan Baik.
"Aku heran" Kei menatap langit-langit kamar, tiba-tiba raut wajahnya sedikit murung.
"Kau kenapa?" Avril mendongakkan wajahnya melihat Kei.
"Kenapa kamu mau sama orang sepertiku?"
"Kau menyesal Kei mengenalku?"
Avril ingin memastikan.
"Tidak.. Tentu tidak, aku sangat bersyukur bisa bertemu denganmu dan mengenalmu" Kei meraih dagu Avril dan menatapnya dalam.
"Kamu sangat cantik dan baik" lirihnya.
Ya ampun perkataan Kei membuat jantungnya berdetak kencang.
"Tentu saja aku cantik, haha.." pipinya merona ditatap begitu dalam oleh Kei. Ia melepaskan diri dari Kei.
Kei begitu bahagia dengan Avril, ia memeluknya, menempelkan wajahnya pada leher Avril dan mengusap punggungnya.
"Aku mencintaimu" bisiknya.
"Aku juga Kei" Avril membalas pelukan Kei. Entah ke sekian kalinya, jantung mereka selalu berdegup kencang setiap bersentuhan.
"Kei, aku mau kita menikah"
"iya, kita akan menikah" Suatu saat nanti. pikir Kei.
Avril merasa senang mendengarnya.
"ayo temui paman" Avril melepas pelukannya.
"Ayo". Kei berfikir mungkin akan membicarakan hubungan mereka agar lebih jelas dan mengobrol beberapa hal.
Namun Avril jelas ingin membicarakan pernikahan.
Kei dan Avril akan menemui tuan Li, mereka sedang menuruni tangga. Saat berada di tengah-tengah tangga mereka melihat Li keluar dari ruangannya. Terlihat buru-buru berjalan menuju halaman.
Avril ingin memanggilnya, tapi terhenti karena Li sudah keluar dari sana.
"Ayo ikuti" ucap Kei yang dibalas anggukan oleh Avril.
Mereka berjalan pelan menuruni tangga karena Avril masih sakit.
"Mau kemana ya paman, biasanya kalau mau pulang atau kemana dia suka bilang" Avril bertanya-tanya.
"Mungkin ada urusan di luar"
"iya"
Mereka berjalan sampai terhenti di depan pintu rumah utama karena mendengar beberapa mobil berhenti.
"Siapa itu ya" tanya Avril.
Kei mengintip dari jendela rumah, dengan sedikit membuka gordennya.
"Sini yang, coba lihat. Apa kamu mengenal mereka?" tanya Kei, Avril mendekat dan ikut mengintip dari jendela.
"Aku tidak tau, tidak pernah melihatnya" suara sedikit pelan karena takut tuan Li memergoki mereka tengah mengintip.
Terlihat tuan Li bersalaman singkat dengan seorang yang mungkin itu adalah tuan Sam, mereka langsung menuju halaman belakang. Ada sekitar tujuh orang yang turun dari mobil, mereka orang asing semua,bertubuh kekar dan berpakaian serba hitam, memakai masker dan membawa beberapa perlengkapan yang tidak diketahui.
"Kei, mau apa mereka?" Avril penasaran.
"Ayo ikuti, tapi diam-diam"
Avril menyetujuinya. Kei membuka pedal pintu dengan pelan dan mengikuti Li dan orang serba hitam itu. Mereka tidak berbicara hanya berjalan dengan cepat menyusuri taman dan sampai di pintu rahasia sebuah ruangan.
Selama ini Avril belum pernah melangkah jauh sampai ke halaman paling belakang, ia tidak tau ada pintu itu di sana.
"Kei" Avril nampak begitu penasaran juga sedikit takut karena disana minim pencahayaan. Mereka bersembunyi di dekat tiang beton rumah itu, karena ada tuan Li yang sedang berbincang dengan tuan Sam di dekat pintu rahasia itu.
Tidak lama kemudian, anak buah tuan Sam keluar dengan membawa kantong jenazah yang digotong bersama.
Terlihat tuan Li menutup hidungnya saat kantong jenazah dibawa melewatinya.
"Kei" Avril terkejut dengan apa yang dilihatnya. Begitu juga Kei. Avril tidak bisa menahan diri lagi, ia melangkah menuju tuan Li yang sedang melihat anak buah tuan Sam membuka kantong jenazah.
"Avril!" Kei memanggil dengan suara pelan. Akhirnya ia mengikuti Avril ke arah Li.
"Paman" suara Avril sedikit tinggi.
Tuan Li serta yang lainnya terkejut.
Avril berjalan ke arahnya dengan tatapan penuh tanya. Kei dibelakangnya berhasil menyusul.
Tuan Sam dan tim segera menunduk, mereka tidak boleh dikenali siapapun.
"Nona" Tuan Li tersenyum tipis saat Avril mendekatinya.
"Kau mau lihat si pembunuh keluargamu? Kemarilah" tuan Li penuh yakin ingin memperlihatkan wajah si pembunuh pada Avril.
"Apa?" begitu terkejutnya Avril mendengar ucapan tuan Li. Langkahnya bergetar saat melihat sosok yang sangat mengenaskan di dalam kantong jenazah, tubuh kurus kering dan hitam, wajahnya tidak ia kenali.
Kei juga tak kalah terkejutnya saat itu, ia meraih bahu Avril dan merangkulnya. Tak tahan jika melihat wajah mayat itu.
Avril hampir mengeluarkan air mata, ia menutup mulutnya saking terkejutnya.
"ini?" Avril bertanya-tanya dan meminta penjelasan pada Li.
"iya, sudah empat tahun saya mengurungnya disini nona" jelas tuan Li
"Apa?" suaranya serak tak percaya.
"Nona, maafkan saya tidak memberitahumu tentang ini" tuan Li menunduk pelan.
"Tapi kenapa?" matanya berkaca-kaca.
"Biar saya saja yang tau nona, supaya anda tidak kepikiran karena saya menahan orang ini di sini"
"Apa lagi yang tidak aku ketahui darimu paman?" air matanya jatuh.
"Tidak ada nona" tuan Li menunduk.
Avril mengusap air matanya. Kei mengusap bahu Avril untuk menenangkannya.
"Lihat nona, saya sudah membuat orang ini membayar akibatnya, dia telah menderita selama bertahun-tahun di dalam penjara bawah tanah"
Avril merasa bingung dengan perasaannya, antara sedih dan senang. Tapi..
Tiba-tiba ia merasa mual karena bau busuk mayat itu. Akhirnya ia muntah-muntah di dekat sana.
"Bawa nona ke dalam" titah Li pada Kei.
"Baik tuan Li" Kei memapah Avril yang terlihat lemas.
"Ayo sayang" Kei membawa Avril masuk ke dalam rumah. Avril menangis mengingat ayah, kakak serta ibunya.
Akhirnya Kei menggendong Avril dari depan, membawanya ke kamar Avril. Hatinya merasa ikut teriris melihat kesedihan Avril.
Tuan Li melanjutkan kegiatannya bersama tuan Sam dan yang lain.
Ahli forensik dikerahkan untuk membedah guna memastikan waktu kematiannya.
"Tuan,terlihat dari tekstur kulitnya ia mati sekitar dua hari lalu, mati karena masalah pencernaan dan depresi parah" jelas ahli forensik.
Tuan Li mengangguk.
"Saat membersihkan ruangan sel, ada sisa bubur yang masih setengah disana"
"berarti dia tidak sempat memakan habis bubur itu?"
"iya tuan"
Ruangan bawah tanah telah bersih dan wangi. Sekarang pintu rahasia itu kembali dikunci rapat kembali. Semoga tidak ada lagi orang yang mau memasuki sel penjara menyeramkan itu lagi.
Untuk jasadnya sendiri akan dimusnahkan oleh anak buah tuan Sam, entah bagaimana caranya hanya mereka yang tau.
kayaknya avriel lg jatuh cinta pemuda di kedai itu sll membuat avriel semangat skl mendekatinya...