My Brother Love You
"Agkhh"
Di tengah derasnya hujan itu, seorang wanita yang tengah berjalan dengan payung yang bahkan tak bulat lagi bentuknya terjatuh karena terpeleset saat sandal yang dia pakai putus.
Sandal jepit usang yang sudah menemani langkahnya selama lebih dari tiga tahun itu mengkhianatinya di saat dia tengah merasakan kesakitan yang luar biasa.
Murni, wanita berusia 25 tahun itu berusaha untuk berdiri meski sambil memegang perutnya yang bulat besar yang bahkan sudah kotor dan basah akibat dia terjatuh di genangan lumpur yang cukup dalam.
Derai air mata di wajahnya tampak membaur dengan air hujan. Hingga tak terlihat dengan jelas. Wajahnya pucat, kedinginan dan kesakitan.
"Ya Tuhan, Murni" teriak seorang bidan desa yang kebetulan juga sedang bergegas ke klinik kecilnya itu karena ada panggilan darurat tadi, bawahannya yang berjaga di klinik mengatakan ada yang ingin melahirkan.
Dewi, nama bidan itu segera menghampiri Murni yang masih berusaha untuk bisa bangkit berdiri meski rasanya dia sudah tak memiliki tenaga lagi.
"Bu bidan, tolong saya. Saya rasa saya mau melahirkan" kata Murni dengan sisa tenaga yang dia miliki.
Wajah Dewi panik, lebih ke arah iba.
"Iya Murni, mari saya bantu ke klinik" kata bidan Dewi yang berusaha memapah dengan sekuat tenaganya.
Di desa itu hanya ada seorang dokter dan seorang bidan. Yang akan melahirkan tadi, adalah istri dari dokter yang sudah enam bulan bertugas di desa ini. Dokter Jacky namanya, dan istrinya Retno saat tiba di desa ini memang sudah hamil trimester kedua. Dewi juga yang memeriksanya ketika sampai di desa.
Sedangkan Murni, dia hanya seorang anak yatim piatu yang tinggal seorang diri di rumah peninggalan orang tuanya. Sebenarnya dari pada disebut rumah, tempat tinggal Murni itu lebih layak di sebut gubuk. Tidak ada kamar layaknya sebuah rumah. Hanya satu ruangan yang disekat dengan bilah bambu yang di buat sedemikian rupa tanpa pintu. Dulu itu menjadi batas antara ruangan tidur orang tuanya dan dirinya.
Dua tahun lalu, orang tuanya meninggal. Dia tinggal sebatang kara sebagai buruh pemetik teh di desa itu. Dan bagaimana dia bisa hamil? Itu karena seorang mandor tempatnya bekerja menodainya ketika dia perkebunan, meski seorang buruh tua menjadi saksi, tapi kasus itu berlalu begitu saja. Bahkan mandor itu melarikan diri entah kemana saat kepala desa memintanya bertanggung jawab untuk menikahi Murni.
Nasib Murni memang sangat malang, tapi dia sangat mencintai calon anaknya. Dia berjuang keras sendirian selama 9 bulan lebih untuk bertahan melahirkan anaknya ke dunia ini.
"Bu Dewi, tolong istri saya" kata seorang pria berkacamata.
Dia adalah Dokter Jacky.
"Iya Dokter, sebentar. Saya akan minta Yuni untuk membantu Murni dulu, sebentar ya pak dokter, hanya sebentar" kata Dewi.
Dokter Jacky mengangguk dan segera pergi ke ruangan dimana istrinya berada.
Namun sebelum masuk ke ruangan, langkahnya terhenti karena suara seorang anak.
"Ayah" panggil anak laki-laki berusia 5 tahun di gendongan seorang wanita tua yang merupakan pengasuhnya.
Dokter Jacky menghampiri anak itu dan mengusap kepalanya perlahan.
"Raja, Raja sama bibi Tari dulu ya. Ayah harus menemani ibu melahirkan adiknya Raja"
"Iya ayah" jawabnya patuh.
Dokter Jacky pun segera masuk ke ruangan istrinya.
"Mas, sakit mas..."
Dokter Jacky langsung meraih tangan Retno dan mengusap kening istrinya perlahan.
"Sabar ya sayang, Bu bidan sudah datang. Sebentar lagi dia akan kemari. Sabar ya, kamu harus kuat ya sayang. Aku ada di sini, Raja juga ada di luar" kata dokter Jacky berusaha menenangkan istrinya meski dirinya sendiri sangat panik saat ini.
Sementara itu di ruangan lain, yang letaknya bersebelahan namun pintu masuknya berbeda, hanya ada satu pintu yang terhubung agar bidan Dewi bisa memastikan baik itu Retno ataupun Murni dapat dia tangani dengan baik. Bidan Dewi sedang memeriksa Murni.
"Sudah lengkap ini bukaannya Murni" katanya dengan mata berkaca-kaca.
Bidan Dewi sangat kasihan pada Murni. Bahkan dengan pembukaan yang sudah lengkap, Murni harus berjalan sendirian di tengah derasnya hujan menuju ke klinik bersalin satu-satunya di desa ini.
'Ya Tuhan, dia sudah berusaha dengan sangat baik. Tolong mudahkan aku membantu persalinannya ya Tuhan, dia benar-benar tidak memiliki siapapun selain anaknya yang akan lahir ini, dan anaknya ini juga tidak memiliki siapapun selain Murni. Tolong aku Ya Tuhan!'
Bidan Dewi berdoa dengan tulus dari dalam hatinya. Dia berusaha dengan baik untuk membantu Murni.
Hingga lima belas menit kemudian, terdengar suara tangis di ruangan itu.
"Murni, anak kamu perempuan. Cantik sekali, lengkap dan sehat. Kamu hebat Murni, kamu sudah bekerja keras" kata bidan Dewi.
Bidan Dewi menggendong anak itu setelah di bersihkan.
"Nak, lihat ibumu. Dia berusaha keras untuk melahirkan kamu ke dunia ini. Jadilah anak yang baik, bahagiakan ibumu kelak ya nak!"
Air mata bidan Dewi mengalir, dia terlihat menyimpan banyak harapan untuk anak Murni itu. Tapi dari tempatnya berada, Murni menatap anak itu dari kejauhan.
'Aku tidak mungkin bisa memberinya kebahagiaan, haruskah anakku itu menjadi sepertiku. Yang akan selalu menderita' lirihnya dalam hati.
"Bu bidan, bu Retno tampak sangat kesakitan" kata Yuni.
Dewi segera menyerahkan bayi itu pada Yuni.
"Tolong urus anak ini dulu ya, minta Asih membantu bersihkan Murni. Aku akan ke Bu Retno dulu"
"Baik, Bu bidan"
Dewi ke ruangan Retno dan membantu Retno menjalani proses persalinannya.
"Oek... Oek..."
"Anakku" kata Jacky yang menggenggam tangan istrinya dan menemaninya terus saat Retno melahirkan.
"Selamat pak dokter, Bu Retno. Anak kalian perempuan, cantik sekali. Sehat dan lengkap! Asih, tolong bersihkan bayi ini dan serahkan pada Bu Retno setelah itu!" kata bidan Dewi.
"Baik, Bu bidan"
Jacky terlihat sangat bahagia.
"Saya akan bersihkan dulu ya Bu Retno, Bu Retno bisa batuk sedikit, sedikit saja untuk membantu plasentanya keluar" kata bidan Dewi.
Hal yang sama tadi juga sudah di lakukan pada Murni.
Namun itu di lakukan oleh Asih, asisten bidan Dewi. Karena bidan Dewi harus segera menangani Bu Retno.
"Uhukk"
"Bagus Bu, plasentanya sudah keluar. Tolong di bersihkan dengan bersih sebelum di tanam..."
Dewi menjelaskan banyak hal pada Jacky. Karena mereka tinggal di desa, dan masih banyak hal tabu yang kerap dilakukan dan dipercaya di sini.
Kebahagiaan terpancar di wajah Jacky dan Retno. Setelah putri kecil mereka di bersihkan. Tanpa mereka ketahui, saat Asih sedang mengambil botol susu untuk kedua bayi. Murni berjalan perlahan mendekati keranjang bayi dimana anaknya dan anak dari Bu Retno dan pak Jacky berada.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Wiwik Rahayu
Murni kayaknya mau tukar anaknya biar hidup enak
2025-03-09
4
Azahra Rahma
kasihan ya murni hidup sebatang karang ,,mau melahirkan harus berjalan kaki sendiri di tengah malam dan di tengah derasnya hujan
2025-03-21
2
Bunda Cerela
Murni kok gitu, harusnya jangan gitu dong
2025-03-07
3