Bella putri Jonathan usia 20 tahun gadis berpenampilan cupu, dibalik penampilannya itu ia gadis cantik dan cerdas namun semua itu ia sembunyikan
Alexander William Smith umur 26 tahun dijuluki king mafia berdarah dingin tidak memiliki belas kasihan dan tidak ragu ragu untuk melakukan apapun untuk mencapai tujuannya pengusaha nomor 1 didunia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anti Anti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teringat
Maaf, Nak. Istri Om memang seperti itu. Ia dulu depresi karena kehilangan putri kami, tapi Om binggung karena untuk pertama kalinya istri memanggil seseorang sebagai putrinya.
Mendengar itu membuat Bella merasa kasihan sama wanita di depannya itu. Ia kemudian beralih menatap suaminya dan yang lain yang menatapnya penuh selidik.
"Maaf sebelumnya, tapi Bella tidak mengenal kalian. Bella juga ada di sini karena menjadi istri Kak Alex. Dan untuk Tante Ara, maafkan Bella, tapi jika Tante ingin menganggap Bella sebagai putri Tante, Bella dengan senang hati jika itu membuat Tante tenang," ujar Bella, hati-hati takut Nyonya Ara tersinggung.
"Maaf, Nak. Jika membuatmu tak enak, Tante tidak bermaksud seperti itu. Namun, Tante ketika melihatmu, Tante seperti melihat putri Tante sendiri," ujar Ara, dengan menunduk dan air mata mengalir.
"Sudah, sayang. Jangan menangis. Papi yakin putri kita pasti akan ketemu," ujar King, menenangkan istrinya itu.
"Tapi, Pi, sampai kapan? His... his... Mami rasanya sesak setiap kali mengingat putri kita... his... his... Dan dia, aku bisa merasakannya. Perasaan seorang ibu tak akan pernah salah. Dia putriku... his... his," ujar Mami Ara, sesegukan.
Sudahlah, sayang. Jangan menangis. Hey, sayang, bagun," ujar King, terpotong seketika panik melihat istrinya itu tak sadarkan diri di pelukannya. Langsung mengendong istrinya, membawanya ke kamar.
Sedang Bella hanya menatap kepergian mereka yang mengikuti King membawa istrinya itu ke kamar karena pingsan.
"Maafkan aku," ujar Bella, hanya dapat diungkapkan dalam hati, menatap mereka.
"Hey, apa boleh aku bicara?" ujar seseorang, menepuk pundak Bella. "Mami Ara memang begitu. Ia depresi sejak kehilangan putrinya 14 tahun yang lalu. Karena lawan bisnis Papi King membuat kami semua kehilangan Queen."
"Dan untuk perlakuannya tadi itu, untuk pertama kalinya ia memanggil seseorang itu putrinya," ujarnya lagi.
"Oh, iya. Perkenalkan, aku Keyla, putri dari Leonardo. Kamu bisa memanggilku Key atau Keyla."
Dari kejauhan, ada seseorang yang memerhatikan interaksi Key dan Bella. Ia hanya tersenyum miring dan meninggalkan tempat itu.
"Arya, bagaimana keadaan istri saya?" tanya King pada sahabatnya yang berprofesi sebagai dokter itu.
"Dia tidak apa-apa, King. Kamu tidak perlu khawatir. Dan untuk reaksinya tadi itu, hal yang wajar. Itu reaksi spontan membuat Ara tanpa sadar berdiri dari kursi rodanya. Seperti yang saya ucapkan dulu, Ara itu tidak lumpuh. Ia hanya seperti itu karena depresi kehilangan putrimu. Dan sepertinya dengan adanya perempuan itu akan membawa dampak baik bagi istrimu."
"Mas, apa artinya Ara bisa sembuh dengan adanya Bella sebagai penyemangatnya?" ujar Shasa, istri Arya.
"Iya," ujar Arya.
Di taman, keempat perempuan itu terlihat obrolan serius. Tawa mereka bahkan terdengar nyaring, seakan mereka baru bertemu setelah sekian lama.
"Sepertinya obrolan kalian sangat asik," ujar Mom Ana, baru datang melihat keceriaan anak gadis mereka.
"Hehe, iya, Mom," ujar mereka serempak.
"Apa Mom bisa bergabung?" ujar Mom Ana.
"Silakan, Mom," ujar mereka serempak.
"Hanya Mom Ana saja, nih, Mom, dan Bunda tidak diajak," ujar Mom Friska, yang baru datang bersama Bunda Shasa.
"Ya, elah, Mom. Lagian, biar tidak diajak juga, pasti langsung gas," ujar Gea.
"Dasar kamu siapa sih yang ajarin?" ujar Mom Friska, geram mendengar ucapan anak gadisnya itu.
"Belajar dari Mom lah," ujar Gea, disertai tawa yang lain.
"Bunda, bagaimana keadaan Mami Ara?" ujar Sandra pada Bunda Shasa.
"Mami sudah baikan, Nak. Hanya mungkin Mami agak terguncang karena mengingat Queen," ujar Bunda Shasa.
"Maaf ya, karena Bella, Tante Ara jadi begini," ujar Bella, merasa bersalah.
"Sudah, sayang. Ini bukan salahmu. Mungkin Ara teringat putrinya saja, jadi ia seperti itu," ujar Mom Ana.
"Iya, Mom. Sekali lagi, maafkan Bella, ya."
"Ya, elah, santai kali, Bell. Jangan bawa ke hati. Sekarang lebih baik kamu persiapkan diri kamu jadi anak Mami Ara, karena kalau sudah begitu, Mami tidak akan melepaskan kamu," ujar Gea.
"Bunda, mohon, Nak, kamu mau kan jadi putri Mami Ara? Maaf jika Bunda memintamu seperti ini. Bunda tidak sanggup melihat saudara Bunda terus larut dalam masa lalu," ujar Bunda Shasa, memohon pada Bella.
Sedang yang lain hanya diam, penuh harap, menunggu jawaban Bella. Dalam hati, mereka berharap agar Bella mau menerima tawaran mereka, karena sudah lama mereka tidak melihat Mami Ara tersenyum kembali setelah dunianya hilang 14 tahun yang lalu.
Rasanya sesak melihat air mata itu mengalir, namun tangan ini tidak bisa mengapainya untuk menghapus air mata itu. Setiap aku ingin, rasanya hati ini tercabik-cabik mengingat kilatan masa itu. Maafkan aku, aku belum bisa, namun aku akan belajar," ujar Bella dalam hati, menatap terangnya bulan di langit.
Setelah obrolan mereka di taman tadi, kini Bella sedang terdiam di balkon kamar dengan menatap rembulan.
"Apa kamu akan terus di situ sampai pagi?" ujar seseorang di belakang Bella.
"Maaf, Tuan. Aku akan masuk," ujar Bella, berbalik melihat suaminya itu yang sedang menatapnya.
"Jangan terlalu dekat dengan mereka. Aku tidak ingin kamu membawa sial hingga mencelakakan mereka. Aku harap kamu tahu batasanmu," ujar Alex.
Mendengar itu, seketika langkah Bella terhenti. "Jika keberadaan ku membawa sial untuk kalian, maka aku akan memilih pergi. Namun, sepertinya belum saatnya. Tuan, aku harap Anda mengingat kontrak itu. Kita tunggu 4 bulan lagi. Jika aku membawa sial, aku akan pergi tanpa kamu menyuruhku," ujar Bella, berlalu masuk ke kamar tanpa berbalik ke belakang.