Seorang Presdir Perusahaan dikota Medan, dia pergi meninggalkan perusahaannya selama beberapa tahun lamanya, dia memilih untuk
mengasingkan diri disebuah Kuil.
Setelah beberapa tahun dia kembali dengan perubahan yang yang sangat besar, dia mampu menjadi Dokter Tradisional dan mampu seni bela diri.
Semoga para pembaca bisa terhibur dengan cerita ini. Terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeprism4n Laia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Kesembuhan Alex Sitanggang
“Cek, Apa yang saya katakan tadi, dia ini hanyalah seorang penipu, dan apa yang sudah kamu lakukan kepada suamiku! Suamiku nampaknya semakin tidak berdaya, Awas saja kau kalau sempat terjadi apa-apa kepada suamiku” Ancam Lili dengan matanya yang melotot melihat Farel.
Ekpresi Farel tidak berubah, dia hanya menatap Lili dengan tatapan heran, kemudian dia bersedekap dada mengamati setiap kata yang terucap dari mulut Lili.
“Saya hanya melakukan apa yang seharusnya apa yang harus saya lakukan Nyonya, dan itu adalah cara pengobatan Tradisional saya” Ucap Farel dengan santainya, sambil melihat kearah Dokter Damian.
“Kamu jangan mengajari saya tentang cara pengobatan anak muda! saya lebih duluan tahu dari pada kamu, saya melihat yang kamu lakukan barusan tidak ada yang lebih hebat maupun istimewa! Dan nyatanya...” Ucap Dokter Damian terpotong ketika Geona berteriak.
“Ayah! Ayah!” teriak Geona ketika melihat Sang Ayah menggerakan tangannya, dan mata yang sudah terbuka tapi tidak bisa berkedip.
Farel hanya melirik kearah Alex, ketika Geona sangat heboh dan frustasi terhadap kondisi ayahnya, yang membuat Mirna dan Lili saling bertatapan penuh arti.
“hei anak kampung! Kau lihat ayahku sekarang, sepertinya dia sudah tiada, Hiks Hiks,,” teriak Mirna sesegukan dengan wajah sedihnya sambil berusaha mengeluarkan air mata buaya betinanya.
“Benar! Sepertinya suamiku sudah tiada, Ya Allah.. kenapa engkau berikan pencobaan ini kepada keluarga kami” sambut Lili dengan langsung terhuyung ketepi ranjang Alex dengan sesegukan.
Farel hanya bisa menggelengkan kepalanya, ketika dia melihat akting kedua wanita yang berbeda umur itu. Farel langsung berjalan kearah Alex “maaf nona, biarkan saya periksa kondisi Tuan besar” ujar Farel kepada Geona yang sedang duduk disamping Alex.
“Apa yang kau lakukan, apakah kau masih belum puas telah menghilangkan nyawa suamiku, karena obat yang kau berikan padanya, Hah!” Bentak Lili kepada Farel dengan tatapan tajamnya.
“Bagusnya anda diam! Dan lihat apa yang akan terjadi selanjutnya, toh suami anda sudah tiada kan?” Ujar Farel memanasi keadaan.
Mendengar ucapan Farel, Geona langsung menatapnya dengan tatapan penuh pertanyaan, namun sampai saat ini dia masih belum mengerti apa yang sudah Farel lakukan kepada ayahnya.
“B’jingan keparat! Ternyata karena kau, Ayahku meniggal Dunia” Hardik Mirna dengan suara seraknya, dia menarik Farel untuk menjauh dari samping ayahnya yang sedang terbaring diatas kasur.
Sebelum Mirna sampai disampingnya dan meraihnya, Farel langsung melesat kearah Alex dan membuka titik titik akupuntur yang sudah di totok sejak tadi, dia menotok titik akupuntur supaya proses perjalanan obatnya tidak tersebar kesegala arah, namun langsung tertuju kearah penyakit itu.
Dengan sekali ketukan tanpa bisa dilihat orang lain, Farel sudah menyelesaikan tugasnya untuk membuka titik akupuntur Alex.
Mirna yang sudah sangat geram dengan kelakuan Farel, dia langsung memerintahkan seluruh pelayan dan termasuk pengawal keluarganya, untuk menyeret Farel keluar.
“Pengawal! Kalian seret anak kampung ini keluar! Dan langsung bawa dia dikantor Polisi, karena dia sudah menghilangkan nyawa Ayahku” Titah Mirna dengan tegas kepada seluruh pengawal keluarganya.
Seluruh pengawal sudah sampai dikamar Alex, dengan tatapan membunuh dan wajah garang mereka melihat Farel dengan tatapan sinis.
“Bocah! Cepat keluar dari sini!” bentak kepala Pengawal dengan suara tegasnya.
Namun sebelum mereka menyeret Farel dari tempat itu, tiba-tiba sebuah suara yang sangat mereka patuhi terdengar.
“Siapa yang berani mengusir Pahlawanku! Apakah dia sudah bosan hidup, Hah” Ucapnya tegas, dengan suara yang penuh kekuatan.
Semua orang hanya membeku dengan mulut yang masih terbuka bisa dimasukan sebutir telur kedalam, mereka serentak menghadap kearah Alex yang sudah duduk dengan santai diatas kasur.
“Tu, Tuan besar” “Ayah!” “Tuan” Ucap Dokter Daman dan Geona beserta beberapa pelayan yang lain, yang berada ditempat itu.
Geona langsung berhambur memeluk sang Ayah, dia bagaikan bermimpi melihat keadaan Alex yang terlihat baik-baik saat ini.
“Apakah ini beneran ya? Apakah aku sedang tidak bermimpi?” Ucap Geona lirih yang masih didalam pelukan ayahnya.
Alex Sitanggang hanya tersenyum mendengarkan penuturan sang putri, dia sangat terharu dengan kekhawatiran Geona padanya.
“Kamu bisa lihat sendiri kan? Ayah baik-baik saja, bahkan Ayah sekarang merasa kekuatan ayah sudah kembali sepenuhnya” Ujarnya dengan senyuman bahagia, sambil mengelus kepala Geona yang masih didalam pelukannya.
“Tuan! Apakah Tuan benar-benar sudah merasa baikan sekarang?” Tanya Dokter Daman dengan wajahnya yang sangat sulit diartikan.
“Iya! Betul, seperti kau lihat, sekarang ini saya merasa baru telahir kembali” Jawab Alex sambil menggerakan tangannya, dan dia langsung turun dari atas kasurnya tanpa merasakan sakitnya lagi.
Alex langsung berjalan kearah Farel Laia, kemudian dia langsung melayangkan pukulan kepada beberapa pengawalnya, yang masih memegang tangan dengan posisi ingin mengusirnya dari tempat itu.
“Plak, Plak” Suara Tamparan yang dilayangkan kepada Pengawalnya, terdengar sangat keras dan memilukan, yang membuat beberapa pengawal itu langsung terhempas kelantai dengan suara gedebuk.
“Dasar B’Jingan! Kalian berani memperlakukan Pahlawanku dengan cara kasar! Saya tidak akan mengampuni kalian!” bentak Alex dengan matanya memerah, dan nampak urat lehernya yang begitu besar.
“Pengawal! Cepat bawa orang-orang ini keluar, dan seret mereka ketempat pengasingan! Ingat Jangan pernah biarkan mereka melihat matahari sedetik saja” Titah Alex kepada Kepala pelayan keluarga Sitanggang.
“Baik Tuan, akan saya laksanakan dengan baik” Jawab Kepala pelayan itu sambil membungkukan badannya.
“Tu, tuan besar! Tuan Besar, tolong ampuni hidup kami, kami hanya mengikuti perintah nona Mirna dan Nyonya” Ucap seorang pengawal yang akan dibawa ditempat pengasingan, dengan kaki masih berlutut dilantai. Mereka semua bersimpuh dikaki Alex untuk mendapatkan kesempatan pengampunan.
Alex melirik kearah Mirna dan Lili, dia menatap tajam kedua wanita beda usia itu, yang membuat nyali keduanya langsung menciut dan tidak berani berkat-kata lagi, namun Mirna memberanikan dirinya untuk mendekat pengawal itu.
“bugh, Bagh Bugh” Suara tendangan Mirna kepada beberapa pengawal itu.
“Dasar tidak berguna! Sudah Jelas kalian yang membuat kesalahan disini, malah kalian melempar batu sembunyi tangan, kapan saya menyuruhmu untuk melakukan tindakan itu” Ucap Mirna dengan nada amarahnya yang sangat memuncak, sambil tangannya gemetaran tak terkendali.
Sedangkan Lili hanya bisa meremas jari-jarinya tanpa dia berbuat sesuatu, dia sekarang sudah sangat khawatir akan amarah dari suaminya itu.
“Dasar B’jingan! Siapa yang memberikan kalian kesempatan untuk memilih! Kecuali kalau Pahlawanku memberikan kalian kesempatan” Bentak Alex kembali bersuara.
“Tuan Pahlawan tolong ampuni kami, saya masih ada tanggungjawab dirumah, orang tua dan istriku lagi sakit-sakitan” ungkap seorang pengawal itu dengan nada sedihnya.
Farel hanya bisa melirik orang-orang itu sekilas, kemudian dia menganggukan kepalanya sedikit sambil menghela nafas dalam “Baiklah, saya beri kalian kesempatan! Lagian ini bukanlah kesalahan kalian, kalian hanyalah mengikuti perintah majikan kalian! Kalian pergilah dan bekerja dengan sungguh-sungguh dimasa depan” sambil dia melambaikan tanganya.
“Terimasih Tuan Pahlawan, Terimakasih” Ucap mereka serentak sambil mereka berlalu pergi dari tempat itu.
Setelah para pengawal itu pergi, Farel langsung mengarahkan pandangannya kepada Alex Sitanggang, kemudian dia berkata “Tuan! Sepertinya anda sekarang sudah baikan, penyakit anda sudah sembuh total, maka tanggung jawab saya sudah selesai saya akan pergi”.
“anak Muda Pahlawanku, kenapa harus buru-buru, saya barus saja sembuh marilah kita duduk minum kopi diruang tamu” Ajak Alex sitanggang dengan suara lembut, sambil mempersilahkan Farel keruang Tamu.
“Baiklah” Jawab Farel singkat tanpa ada penolakan.
“Anak Muda! Tunggu” Dokter Daman berkata sambil berjalan dan berlutut dihadapan Farel.
Alex dan Farel hanya bisa mengernyit, ketika mereka melihat Dokter Daman telah berlutut dihadapan mereka.
“Anak Muda! Tolong Maafkan saya karena telah meremehkan pengobatanmu, ampunilah saya, dan ijinkanlah saya untuk belajar tentang ilmu pengobatan padamu” ucap Dokter Daman dengan wajah serius.
“Hufft..” Farel hanya bisa menghela nafas panjang, ketika dia mendengar permintaan maaf dari Dokter Daman.
“Untuk permintaan maafmu saya terima, dan untuk mengajari anda tentang ilmu pengobatan saya tidak tidak bisa mengajari anda, karena ilmu pengobatan yang saya terapkan bukanlah teori melainkan praktik, tapi ketika anda mengalami kesulitan dimasa depan, saya akan membantu jika saya ada kesempatan” Jawab Farel dengan santai.
“baik anak muda, terimakasih atas kesempatannya” Ucap Dokter Daman langsung berdiri, dengan ijin dari Farel.
Farel berjalan kearah ruang tamu yang diikuti oleh Alex Sitanggang dan seluruh keluarganya, Dokter Daman dan beserta kepala pelayan keluarga Sitanggang.
Alex langsung mempersilahkan Farel untuk duduk, dan Alex juga duduk dikursi kebesarannya, yang membuat marwahnya sangat berwibawa dan memiliki kharisma yang sangat besar.
Farel tersenyum melihat wajah Alex yang sudah kembali cerah seperti sedia kala, Alex terlihat memiliki kekuatan yang melebihi anak usia 25 tahun.
Alex melihat Mirna dan Lili sedang menatap kearahnya dengan tatapan yang tidak senang, dengan wajah murung mereka duduk terpisah dan tidak berkata sepatah katapun.
Beda halnya dengan Geona, dia sekarang sedang melamun bagaimana dia untuk mengajak Farel berbicara, karena dia tidak memiliki kapasitas untuk banyak bicara didepan tamu sang ayah.
“Anak Muda! Saya minta maaf sebelumnya, kalau boleh saya ketahui nama kamu siapa, karena saya sungkan untuk memanggilmu dimasa depan” Tanya Dokter Daman memecah keheningan diruangan itu, karena sudah lama tidak ada suara yang berkata-kata.
“Emm,, Nama Saya Farel Laia, panggil saja Farel” Jawab Farel seadanya saja, sambil dia menyerupuh Kopi Sidikalang yang sudah disajikan dihadapannya.