— Lanna Xevellyn, gadis berusia 17 tahun itu harus mengalami kecelakaan maut yang membuat nyawanya melayang ketika menolong seorang anak kecil di jalanan.
Tetapi apakah memang Lanna benar-benar sudah tewas atau ternyata gadis itu masih hidup? Atau bagaimana tentang dirinya yang ternyata menjalani kehidupan keduanya untuk menggantikan peran orang lain yang sudah mati?
Ya, itulah yang di rasakan oleh Lanna. Gadis itu terbangun di dalam tubuh milik orang lain di semesta lain. Di mulai dari tubuh barunya itu, Lanna menjalani babak baru kehidupan keduanya dengan alur kehidupan berbeda yang tidak pernah terpikirkan sekalipun olehnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NAYTHAN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 13 :
Akhirnya asisten Rosie pun berhasil menumbangkan snomster raksasa itu hingga membelahnya menjadi menjadi dua bagian. Belati yang terdapat di tangannya pun berubah menjadi tusuk sanggul seperti semula. Kemudian menggelung rambut panjangnya dan memakai tusuk sanggulnya kembali dengan rapi.
"Mobilnya hilang?" Gumam asisten Rosie saat sudah membalikkan tubuhnya dan hanya kosong.
Asisten Rosie menatap tajam ke arah depan, ternyata memang sengaja memisahkan Lanna dengan dirinya. Penyebab kenapa tiba-tiba ada snomster yang menyerang agar dirinya lengah. Matanya berkeliling mengamati ke sekitar kemudian asisten Rosie berinisiatif mengayunkan pisau belatinya ke arah lain untuk memastikan sesuatu. Tidak lama setelah itu, pisau belati yang di ayunkannya itu kembali pada genggamannya. Seolah terpental.
Seseorang telah membuat sebuah kurungan manipulasi, pantas saja asisten Rosie merasakan hal yang tidak normal. Dan asisten Rosie yakini Xavier pun juga pasti di situasi yang sama sepertinya.
Kini asisten Rosie melepas kembali tusuk sanggulnya. Wanita itu yakin, Xavier tidak begitu jauh jauh darinya, seperti di ibaratkan sebuah ruangan yang terpisah. Asisten Rosie mulai berlari dengan cepat lalu melompat dari dahan pohon ke dahan pohon lainnya, gerakannya begitu lincah. Dia akan berusaha memecahkan kurungan dan keluar dari sana untuk menemukan Lanna. Sedangkan Xavier, anak itu sudah pasti bisa menjaga dirinya sendiri.
...----------------...
Telepati pun terputus, Xavier tidak tahu lagi bagaimana kelanjutan tentang keadaan di sana. Dan Xavier bisa merasakan ketidakhadiran lelaki itu.
Xavier lalu merasa sedikit jengkel ketika satu anak panah apinya tidak dapat menembus sesuatu seperti dinding kaca yang mengurungnya, panah api itu malah terpental. Pantas saja dia tidak bisa memanggil Drago dan keadaan senyap dengan tidak normal ternyata dia sudah terkurung di sebuah kurungan manipulasi. Dia pun bersiap-siap, melompat dari dahan yang rendah lalu naik ke beberapa dahan yang paling tinggi bersamaan menggunakan teleportasinya dan saat pijakannya yang terakhir Xavier menguatkan dorongan kakinya keras, melambung tinggi ke atas udara kemudian melayangkan tendangan kakinya dan energi kobaran api biru di sertai api merah terpancar melalui kakinya menendang bagian paling tinggi kurungan tersebut.
Namun tidak semudah itu, tendangan pertama belum dapat memecahkan kurungan itu. Xavier melakukannya lagi untuk yang kedua kalinya tetapi lagi-lagi. Pantang menyerah, Xavier kembali melakukannya lagi. Kali ini benar-benar mengeluarkan seluruh tenaganya. Dan berhasil. Xavier kini mendarat ke bawah, kurungan itu perlahan retak dan menyebar ke seluruhnya dari atas hingga ke ujung bawah. Setelah itu meledak.
...----------------...
Dari kejauhan asisten Rosie dapat mendengar dentuman keras yang dirinya yakini itu pasti Xavier. Asisten Rosie mempercepat langkahnya, melompat ke sebuah dahan dan mendorong kakinya untuk melompat lagi ke udara, melempar pisau belati ke arah depan sehingga tertancap tepat sesuai perkiraannya. Dia berdiri di tengah-tengah melihat bagaimana kurungan miliknya juga perlahan retak setelah itu meledak. Bersamaan dengan itu, Pisau belati kembali lagi pada genggamannya.
Tetapi belum selesai. Setelah kurungan itu hilang, satu snomster menghadangnya. Muncul dari dalam tanah terlihat sangat menjijikkan.
"Xavier?" Panggil asisten Rosie melalui telepati.
"Ya," jawab Xavier.
"Jika kau ingin tahu. Aku sedang tidak bersama Lanna. Cepat kau temukan gadis itu," kata asisten Rosie. "Masih ada satu lagi yang harus aku tuntaskan,"
Dan setelah Xavier berkomunikasi melalui telepati dengan asisten Rosie, dia segera mencari keberadaan Lanna.Takut jika gadis itu mendapatkan bahaya.
...----------------...
"Eh, Kau tidak ingat denganku?" Ucap lelaki itu wajahnya cemberut, berjalan menghampiri Lanna.
Aku benar-benar tidak tahu dia ini siapa, batin Lanna.
Lelaki itu menunjuk wajahnya sendiri. "Aku ini dulunya teman satu timmu, lho, bersama Xavier, kau benar-benar lupa denganku setelah kita berpisah? Sayang sekali,"
Aku bener-bener tidak tahu lelaki ini sedang membicarakan apa pula, batin Lanna.
"I-iya, aku kemungkinan lupa," jawab Lanna tidak menatap lelaki itu sama sekali, dia hanya berharap Xavier segera datang dan hanya lelaki itu yang ada di pikirannya sekarang.
Menatap ke sekeliling, Lanna merasa tidak nyaman dengan keberadaan lelaki yang tidak di kenalinya itu. Perasaan cemas menghantuinya. Lanna takut di apa-apakan apalagi lelaki di hadapannya itu hanya terus-menerus tersenyum padanya. Aneh, sungguh aneh.
"Kenapa tidak mau menatapku? Apa aku sejelek itu?" Kata lelaki itu lagi. Kepalanya melongok-longok berusaha menatap wajah Lanna yang sejak tadi terus-terusan memalingkan wajah.
Satu tangan lelaki itu terulur hendak menyentuh wajah Lanna tetapi Lanna dengan cepat menepisnya.
"Jangan sentuh sembarangan!" Tegas Lanna menatap tajam ke arah lelaki itu.
"Sayang sekali, padahal aku sangat menyukaimu dari dulu," ucap lelaki itu menatap tangannya. "Aku sangat merindukanmu,"
Menggelikan, batin Lanna.
Lanna bersama lelaki itu mendengar dentuman keras dari kejauhan membuat tanah yang mereka pijak sedikit bergetar sebanyak dua kali.
"Astaga! Ada apa ini?" Lanna berusaha berpegangan pada mobil.
Menjengkelkan. Mereka pasti berhasil menghancurkannya, batin lelaki itu.
"Haa, ya ampun, ternyata sudah di hancurkan," keluh lelaki itu satu tangannya memegangi kepala seraya memejamkan mata.
Lanna mengerenyitkan alisnya ke arah lelaki tersebut. Tidak mengerti dengan maksud yang di ucapkan oleh lelaki itu dengan santainya, pertahanan tubuhnya pun kokoh tidak terguncang sama sekali tidak seperti dirinya.
Dan,
Seet.
Beberapa anak panah api melesat dengan cepat ke hadapan lelaki itu entah darimana asalnya. Namun lelaki yang masih belum Lanna ketahui dengan jelas itu berhasil menghindari serangan yang tiba-tiba datang.
Adalah Xavier. Dia lalu berdiri membelakangi Lanna yang terdiam kaku dengan kedatangan Xavier seperti yang di harapkannya.
"Xavier, kau tidak ada yang luka, kan? Kau tidak apa-apa?" Tanya Lanna khawatir.
"Seharusnya itu pertanyaanku untukmu," jawab Xavier tanpa menatap Lanna sama sekali.
Lanna menunduk. "Aku baik-baik saja, terimakasih,"
"Ckck, padahal aku tidak melakukan apapun padanya, Xavier Walters?" Ujar lelaki menyeringai.
Jika saja sampai benar-benar menyentuhnya, akan ku jamin dia celaka, batin Xavier.
Jangan salah paham. Ini bukan tentang memperebutkan sesuatu hal melainkan karena Lanna belum mampu untuk melindungi dirinya sendiri. Maka dari itu Xavier berusaha waspada terhadap keselamatan gadis itu.
"Untuk apa kau muncul kembali?"
Namun hanya suara tawa terbahak-bahak saja membuat Lanna merasa aneh dan heran, ada apa dengan lelaki di hadapan mereka berdua itu sebenarnya? Lanna juga tidak tahu.
"Aku hanya ingin menyapa saja, hahahaha!"
Kemudian lelaki itu pun berjalan mundur menjauhi Lanna dan Xavier.
"Serena, kau masih cantik sama seperti dulu. Aku pergi dulu, dadah! Hahahaha!" Pamit lelaki itu.
Melompat namun arah tubuhnya masih menghadap Lanna serta Xavier lalu menghilang masuk ke dalam hutan.
"Dia siapa?" Lanna langsung menanyakannya karena merasa penasaran.
"Kau ku suruh untuk tetap di dalam kenapa malah keluar dari mobil?" Omel Xavier tidak mengindahkan pertanyaan yang Lanna layangkan barusan. "Apa kepentinganmu untuk menanyakan tentangnya padaku? Lagipula aku bukan ayahnya!"
Lanna merasa agak tersentak dengan omelan Xavier.
"Maaf," kata Lanna menunduk raut wajahnya berubah sedih. "Aku cuma kaget karena asisten Rosie tiba-tiba menghilang dan aku juga takut,"
Benar juga. Tentang asisten Rosie, wanita itu memang benar tidak ada bersama dengan Lanna. Dia sama sekali belum kelihatan juga.
"Kalian baik-baik saja?" Asisten Rosie baru saja sampai dari arah belakang mereka. Berjalan menghampiri.
"Kami tidak apa-apa," jawab Xavier, dia melirik Lanna sekilas yang di lihatnya memang tidak ada yang terluka sedikitpun. "Bagaimana dengan asisten Rosie sendiri?"
"Syukurlah kalau kalian baik-baik saja, aku pun sama baik-baik saja. Lebih baik kita melanjutkan perjalanan sekarang sebelum hal berbahaya lainnya terjadi," ucap asisten Rosie.
Mereka akhirnya melanjutkan perjalanannya kembali ke sekolah serta asrama mereka dan untungnya selama di perjalanan tidak ada hambatan sama sekali, semuanya kembali berjalan normal.
Suasana di dalam mobil begitu hening, mata Lanna melirik Xavier yang sedang sibuk dengan ponselnya. kemudian matanya beralih melirik tusuk sanggul milik asisten Rosie yang tertancap di rambutnya, lalu mengalihkan pandangannya menatap ke arah luar kaca mobil dan mereka masih di dalam area hutan. Dia melamun. di dalam lamunannya Lanna berpikir, di antara mereka bertiga hanya dirinya saja yang tidak berguna, tidak bisa melakukan apa-apa dan Lanna cukup merasa malu dengan itu sebab dia hanyalah seorang beban dalam timnya yaitu bersama Xavier.
Belum apa-apa, tapi aku ingin menyerah saja rasanya, Pikirnya.
Bahkan rasa takutnya masih sangat besar untuk di situasi tertentu seperti tadi misalnya. Harapan untuk selanjutnya? Lanna pun juga masih tidak tahu.
Dan tentang asisten Rosie, masih terngiang-ngiang dalam pikirannya bagaimana asisten Rosie saat bertempur melawan snomster raksasa walaupun tidak tahu pertempuran akhirnya apa tapi melihat asisten Rosie yang datang dalam keadaan baik-baik saja, Lanna yakin asisten Rosie sudah menumbangkannya. Kemudian tentang lelaki tadi yang aneh itu, sebenarnya Lanna penasaran tetapi mendengar omelan Xavier padanya tadi berakhir dirinya tidak lagi untuk bertanya maupun membicarakan tentang lelaki itu. Xavier sangat mengkhawatirkannya tetapi hanya saja—ah, sudahlah. Apapun itu, tidak penting.
Sedang Xavier, sejak tadi hanya menatap ponselnya hingga layarnya mati. Dia hanya bingung tentang kejadian barusan untuk membicarakannya atau tidak kepada guru Han, Xavier sangat ragu. Walaupun asisten Rosie pasti akan melaporkan kejadian tersebut pada guru Han. DIa menoleh ke arah Lanna yang sedang melamun menatap ke arah luar kaca mobil. Memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celana, Xavier memutuskan untuk memejamkan matanya sebentar.
Sampailah mereka di area parkir sekolahan, mereka bertiga turun dari mobil dan melakukan salam perpisahan. Asisten Rosie meninggalkan mereka lebih dulu begitu juga dengan Lanna. Gadis itu meninggalkan Xavier tanpa mengatakan sepatah katapun membuat Xavier sedikit bingung dengan sikap dinginnya Lanna yang tiba-tiba. Tak ambil pusing dengan sikap Lanna padanya, Xavier pun memutuskan untuk kembali ke asramanya.
...****************...