Jeniffer seorang gadis cantik yang berprofesi sebagai perawat di sebuah rumah sakit desa, harus menghadapi ujian yang cukup besar dalam hidupnya. Ayah nya memiliki hutang besar kepada seorang lintah darat bernama Baron, pada suatu ketika anak buah yang bernama Tomi mengunjungi rumah Demian (Ayah dari Jeniffer). mereka menagih hutang yang di pinjam oleh Demian, makian dan ancaman terus dilayangkan oleh pria berbadan tersebut. Hingga Demian berkata akan membayar hutang nya minggu depan, saat Tomi berniat untuk melecehkan dua anak gadisnya Jeniffer dan Jessica. Kemudian di siang hari nya ada dua mobil mewah yang terparkir di halaman rumah Jessica, yang tak lain adalah milik Glenn dan klien nya. Dan itulah awal dari pertemuan Jeniffer dengan Glenn, namun pertemuan itu terjadi karena perdebatan sang adik dengan John anak buah dari Glenn.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nouna Vianny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkunjung ke rumah
Sementara dikediaman Baron anggota keluarga tengah berkabung. Anak dan istri nya tak henti menangis atas kepergian Baron yang sangat mendadak.
"Aku tidak menyangka kau akan pergi secepat ini Sayang". Alesia terisak sambil menatap foto pada figura yang ia pajang di area ruang keluarga. Kenangan bersama suami nya yang begitu banyak, akan butuh waktu untuk melupakan nya.
"Apakah pihak kepolisian telah menyelidiki penyebab dari kecelakaan Dad?" tanya Amara dengan suara nya yang mulai serak.
"Pihak kepolisian masih menyelidiki hal ini lebih lanjut, karena di TKP menemukan ponsel dan juga tas perempuan. Seperti nya Daddy mu sedang berkencan dengan seorang wanita" terang Alesia.
Ketika sedang asyik membahas hal itu, Roni selaku salah satu asisten Baron datang menghadap.
"Permisi Nyonya"
"Ada Apa Roni?"
"Pihak kepolisian, datang berkunjung".
Mendengar hal tersebut, Alesia dan Amara segera menghapus air mata nya dan lekas pergi untuk menemui yang datang.
"Selamat Siang Nyonya, kami dari pihak kepolisian". Ucap salah satu petugas yang bernama Mike.
"Apakah ada perkembangan mengenai kecelakaan yang menimpa suami saya?" tanya Alesia yang sudah tidak sabar ingin mendengar penjelasan dari mereka.
"Dari hasil penyelidikan, kami tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan, Ini murni karena kecelakaan yang sumber utama nya ada pada tanki pengisian bensin yang bocor dan membuat kendaraan tersebut terbakar. Kami juga ingin mengembalikan tas dan juga ponsel yang ditemukan di TKP. Ponsel tersebut isi nya bersih hanya berisikan foto-foto yang tidak menunjukkan pemiliknya". Terang Mike dengan panjang lebar.
Alesia menerima barang bukti tersebut dengan tangan nya yang gemetar. Ada rasa sakit saat ia melihat tas yang memang di desain khusus untuk wanita. Berarti saat kecelakaan itu ia sedang bersama seorang wanita di dalam nya. Apa yang baru saja suami nya itu lakukan? Ah! Sudahlah lagi pula sekarang orang yang telah pergi menghadap sang pencipta.
"Terimakasih" hanya itu yang bisa Alesia ucapkan.
"Sama-sama, kalau begitu kasus ini akn kami tutup. Kami juga turut berduka yang sedalam-dalamnya atas kepergian Tuan Baron".
Alesia hanya menjawab nya dengan anggukan kepala.
"Kalau begitu kami permisi".
Pihak berwajib pun undur di diri dari hadapan mereka yang menyambut kedatangan nya. Namun hati Alesia masih seperti ada yang mengganjal, bukan ia tidak terima namun lebih tepatnya seperti ada kejanggalan. Apalagi saat pihak kepolisian mengatakan jika kecelakaan tersebut, disebabkan oleh tanki bensin yang bocor hingga membuat mobil tersebut terbakar.
"Roni, segera hubungi Marvel. Suruh dia agar kembali ke Roma" titah Alesia
"Baik Nyonya".
Sementara Glenn, Daniel dan Jhon masih berada di markas ketiga nya kini tengah berlatih, sudah lama mereka tidak meregangkan otot-otot yang kencang. Terakhir mereka berkelahi dengan para berandalan jalanan tersebut.
"Ayo Daniel kau maju lebih dulu". perintah Glenn. Yang diperintah pun menurut saja Daniel maju dengan tujuan menyerang Glenn. Daniel hendak menendang Glenn namun gerakan tersebut terbaca, dengan cepat Glenn mundur beberapa langkah, kemudian ia melayangkan tinju nya ke wajah Daniel sambil menendang. Daniel mundur dan terjatuh, kemudian ia bangkit kembali dengan melayangkan tinju ke wajah Glenn. Lagi-lagi pukulan itu dapat di cegah, ia mencengkram tangan Daniel lalu memutar nya.
"Ambil salah satu senjata tajam" titah Glenn.
Daniel mengambil belati yang memiliki mata pisau tajam, ia kembali menyerang Glenn yang juga tengah memegang senjata. Satu sabetan benda tajam itu kembali di dapatkan oleh Daniel. Karena merasa sudah cukup mengalah tadi, kali ini Daniel tidak akan membiarkan ia akan membalik keadaan.
Benar saja kini Glenn yang terluka ia mundur beberapa langkah, karena hampir saja tercium oleh benda tajam itu. Daniel seperti tak memberi jeda untuk Glenn, ia terus menyerang, melayangkan kaki serta tangan nya ke wajah Glenn. Ia juga tak lupa mempergunakan keahlian nya dalam bela diri Yongmodo.
"Sial!" Glenn mengusap ujung bibir nya saat mendapati cairan merah yang keluar.
"Sekarang kalian berdua serang aku".
Jhon pun sama patuhnya dengan Daniel ia segera menyerang Glenn secara bersamaan. Namun bukan Glenn namanya jika ia harus menerima kekalahan, meski satu lawan dua.
Jhon dan Daniel menyerang dari arah yang berlawanan, namun dengan mudah nya Glenn membaca setiap pergerakan keduanya. sama-sama tidak ada yang mau mengalah, dan itu menandakan memang mereka unggul dalam berkelahi.
"Oke cukup latihan nya" Seru Glenn.
Ia segera mengambil air dari dalam showcase lalu meminum nya sampai setengah, tubuh bidang nya dibanjiri dengan keringat. Namun terlihat seksi jika dalam keadaan seperti itu. Di tambah lagi gambar seni berupa kepala serigala yang terpampang nyata pada bagian lengan nya.
Glenn mengambil handuk kecil yang diberikan oleh Daniel lalu mengelapkan ke seluruh tubuhnya. Ia kembali memainkan ponsel nya berharap ada notifikasi dari gadis kesayangan nya itu. Namun sepertinya ia harus menelan kekecewaan, foto yang barusan ia kirim saja hanya dibaca oleh Jen.
"Kenapa dia tidak memberikan reaksi pada foto yang baru saja ku kirim?" gumam nya.
Ponsel Glenn berbunyi ia dengan semangat membuka notifikasi tersebut. Namun senyum itu perlahan memudar saat pesan yang diterima bukan dari orang yang ia harapkan. Ternyata itu pesan dari Clea yang mengatakan jika dirinya tengah rindu, dan ingin bersama Glenn. Namun Glenn memilih mengacuhkannya, ia seperti tidak berselera dengan wanita lain setelah bertemu dengan Jeniffer. Apalagi kejadian saat di mobil tadi membuatnya susah lupa.
"Setelah ini bersihkan diri kalian, kita cek lahan yang ada di desa".
"Baik Tuan" kata Daniel dan Jhon secara bersamaan.
Ketiga nya segera meninggalkan markas, dan masuk menuju ke arah rumah Glenn yang terhubung oleh sebuah jembatan, yang sengaja dibuat untuk mengelabui musuh. Jadi bila suatu saat ada penyerangan mendadak, ia bisa masuk ke dalam bangunan tersebut yang letak nya berada di ruang bawah tanah.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore, Alarm di ponsel Jeniffer pun berbunyi membangunkan pemiliknya yang masih ternyenyak. perlahan ia membuka mata, lalu meraba-raba nakas dan mematikan alarm tersebut.
Suara ketukan pintu terdengar, Jeniffer yang masih setengah sadar terpaksa harus membukakan pintu itu.
"Kak, aku mau pergi ke minimarket sebentar. Apa ada yang ingin kau beli?"
"Tidak ada" jawab Jeniffer sambil menguap dan meregangkan tubuh.
"Kau yakin?"
"Iya, aku yakin".
"Ku rasa kau butuh popok sayap".
"Maksudmu?"
"Lihat saja seprai kasur mu itu".
Jeniffer melotot saat melihat selai merah yang mengotori seprai putihnya, ternyata ia tidak sadar jika dirinya tengah datang bulan.
"Ya Ampun, aku bahkan tidak menyadari nya"
"Kau ini"
"Yasudah, aku titip pembalut nya 2 pack ya"
Jessica segera pergi meninggalkan sang kakak, sedangkan Jeniffer harus segera ke toilet untuk membersihkan kepunyaan yang basah, ia segera membuka lemari dan mencari benda untuk menghalangi cairan tersebut menembus kemana-mana. Untung nya saja ia selalu punya stok meski hanya 2 buah.
Sedangkan Jessica harus berjalan kaki sepanjang 100 meter untuk bisa memesan taksi online. Karena jika memesan nya dari rumah tidak akan bisa terjangkau oleh server pengemudi, disebabkan oleh titik lokasi yang tidak akurat. Jessica baru saja mendapatkan gaji pertama nya selama bekerja remote di sebuah perusahaan, gaji yang di dapatkan untuk pemula lumayan besar sekitar 2.500 euro. Jadi ia bisa memesan taksi online dan belanja untuk kebutuhan nya.
Jessica juga rencana nya akan menyisihkan uang tersebut untuk ditabung, siapa tahu nanti ada biaya lebih ia ingin meneruskan kembali pendidikan S1 nya yang harus tertunda karena masalah finansial.
Setelah sampai di depan sebuah ruko, Jessica memainkan kembali ponsel nya untuk memesan taksi online dari sebuah aplikasi. Dan 5 menit kemudian taksi yang di pesan pun sampai. Selama di perjalanan mata Jessica tidak lepas memandang jalan, selama beberapa bulan berdiam diri dirumah akhirnya ia bisa keluar jalan-jalan dan berbelanja dari hasil jerih payah nya sendiri.
"Mobil itu?" Gumam Jessica saat melihat sebuah mobil melintas dari arah berlawanan. Ia hafal betul akan warna dan plat nomer dari mobil tersebut.
"Astaga! Mobil itu kan yang pernah menumpang parkir di halaman rumah ku".
Kaget dengan Jessica yang berbicara sendiri, sopir taksi tersebut sampai heran dan menegur nya.
"Ada apa Nona?"
"Oh tidak apa-apa, Anda fokus mengemudi saja"
"Baik Nona".
Sedangkan Jeniffer sedang sibuk membersihkan noda merah yang sulit di hilangkan itu karena warna nya yang mulai menghitam. Sepertinya cairan tersebut telah menembus seprai nya saat ia tidur, namun tidak terasa oleh Jeniffer karena saking ngantuk nya.
Selesai mencuci seprai, Jeniffer memutuskan untuk mandi karena waktu berjalan begitu cepat, jangan sampai ia terlambat untuk pergi ke tempat kerja.
"Kita parkir mobil nya disini lagi Tuan?" tanya Jhon. Ia sebenarnya malas untuk memarkirkan mobil di halaman rumah Jeniffer, sebab ia masih ingat saat dirinya berdebat dengan Jessica karena tidak sengaja melindas pot bunga nya.
"Memang nya jalan disini bisa masuk mobil?" Glenn menatap Jhon tajam.
"Pastikan tidak ada pot bunga yang terlindas Jhon" timpal Daniel yang menahan tawa nya.
"Bisa kah kau tidak mengingatkan ku pada kejadian itu?" Jhon merasa geram. Ia masih tidak terima saat Jessica yang melontarkan kata-kata kasar.
"Sudahlah, ini hanya sebentar saja".
"Sebaiknya Tuan segera beli rumah-rumah yang ada disini, agar mobil kita bisa dengan leluasa masuk ke dalam".
"Hei, kau fikir membeli rumah semudah membeli wanita di luaran sana? Aku juga harus melakukan strategi terlebih dahulu".
"Iya Tuan, Maaf".
"Ayo kita turun" Titah Glenn. Daniel dan Jhon menuruti perintah nya. Ia segera meninggalkan mobil yang terparkir di halaman rumah Jeniffer.
Mereka pun melanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 100 meter. Barulah mereka bisa sampai pada lokasi proyek.
"Kita ke sebelah sana" ucap Glenn.
Daniel dan Jhon mengiyakan. Iya berjalan menelusuri lahan yang luas tersebut dan memerhatikan keadaan sekitar. Tanpa sengaja kedua mata Glenn tertuju pada sebuah pintu kayu tua yang terhalang oleh sebuah pohon.
"Ini seperti nya sebuah pintu?" ucap Glenn.
"Benar Tuan sepertinya ini sebuah pintu, namun di halangi oleh pohon dan dedaunan agar tidak diketahui oleh siapapun". Timpal Jhon.
"Namun untuk apa pintu ini dibuat? Dan kenapa di ada rantai serta gembok?" kata Daniel yang tak habis fikir.
Karena jika dilihat dari sisi luar pintu tersebut sudah lama tidak terbuka, rantai besi dan gembok nya saja sudah berkarat. Namun entah kenapa insting tajam Glenn ingin sekali agar pintu tersebut dapat terbuka.
"Daniel, kau cari orang untuk membobol pintu ini bagaimana pun caranya"
"Baik Tuan".
Sebenarnya tujuan Glenn kesini bukan semata-mata untuk melihat lokasi proyek, namun ingin menemui sang pujaan hati yang tak kunjung membalas pesan dan telepon nya.
Jeniffer keluar dengan membawa ember dan seprai putih di dalam nya, ia juga sekalian mencuci pakaian yang terkena noda merah saat dipakai tidur. Langkah nya terhenti saat melihat sebuah mobil terparkir di halaman rumahnya.
"Mobil ini seperti nya aku kenal?
"Ah iya benar, itu mobil Glenn saat pertama kali ini kesini".
Tak ingin penasaran ia segera mendekati mobil tersebut, ia mengintip dari bagian kaca luar. Tidak ada siapa-siapa di dalam nya. Jeniffer mengedikan bahu nya, ia kembali melanjutkan niat nya untuk menjemur seprai.
Kepala nya mendongak menatap ke arah langit, memastikan jika cuaca nya mendukung untuk menjemur pakaian. "Semoga saja nanti malam tidak hujan" gumam nya.
Seprai itu ia bentangkan pada sebuah tali yang telah terikat kuat, dan tak lupa menjepit nya agar tidak terbang saat tertiup angin. Namun saat ia membuka seprai tersebut untuk berjalan ke tali satu nya lagi.
"Aaaaaaaaaaaa" Jeniffer berteriak kencang saat mendapati tiga orang pria berdiri di hadapan nya.
Muka nya mendadak pucat dan jantung nya berdegup kencang, ia hampir pingsan karena Glenn serta rekan nya tiba-tiba menampakkan diri di balik seprai.
"Jeniffer, maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk membuat mu kaget". Glenn jadi merasa bersalah, melihat wajah Jeniffer yang tiba-tiba pucat. Dalam hati nya bergumam kenapa wanita ini seperti mudah sekali ingin pingsan saat sesuatu mengejutkan nya, apakah dia memiliki penyakit tertentu?
"Kau ini kenapa senang sekali membuat ku terkejut" kata Jeniffer dengan nafas yang terengah-engah.
"Jhon tolong ambilkan air di dalam mobil".
Jhon lekas berjalan ke arah mobil lalu mengambil air dalam botol kemudian memberikan nya pada Glenn.
"Ini minumlah dulu".
Jeniffer meminum air tersebut hingga setengah. Ia kembali mengatur nafas nya agar kembali normal.
"Kau baik-baik saja kan?" tanya nya.
"Iya aku baik-baik saja, ngomong-ngomong sedang apa kalian disini?"
"Aku habis meninjau lokasi proyek".
"Oh begitu rupanya"
"Kau tidak ingin menyuruh kami masuk?" timpal Jhon yang mendapat pukulan di lengan oleh Daniel.
"Oh tentu saja, silahkan masuk. Aku akan buatkan teh hangat untuk kalian".
Ada untung nya juga dari sikap ceplas-ceplos Jhon, ia jadi bisa masuk ke dalam dan mengetahui suasana rumah Jeniffer. Rumah itu memang sederhana namun terlihat sangat nyaman bila di tempati.
"Kalian tunggu sebentar ya, aku buatkan teh hangat nya dulu".
"Tidak usah repot-repot Jen" kata Glenn basa-basi.
"Ini sama sekali tidak merepotkan".
Jeniffer segera bergegas menuju dapur menyiapkan tiga cangkir teh untuk mereka. Selagi Jeniffer membuatkan minuman, Glenn melihat-lihat figura yang menampilkan Jeniffer saat masih bayi, anak-anak hingga beranjak dewasa. Semuanya nampak menggemaskan, hingga Glenn kefikiran untuk mengambil salah satu foto itu untuk ia simpan.
Pintu kamar terbuka, Demian yang baru saja bangun dari tidur nya kaget ketika melihat tiga orang pria duduk di ruang tamu.
"Ayah kau sudah bangun" ucap Jeniffer yang telah kembali dari dapur dengan membawa nampan di atas nya.
"Jeniffer, siapa mereka?" bisik Demian.
"Oh mereka teman-teman ku, mari aku perkenalkan pada mereka".
Jeniffer menaruh nampan tersebut lebih dulu di atas meja.
"Ayah, perkenalkan ini adalah teman-teman ku".
Demian kemudian menyalami ketiga nya, timbul pertanyaan dalam benak pria paruh baya tersebut. Sejak kapan Jeniffer mempunyai teman laki-laki, jika pun ada hanya rekan sejawat nya. Dan jika dilihat-lihat dari penampilan ketiga nya mereka bukan seperti orang biasa.
"Salam kenal Tuan" kata Glenn dengan ramah.
"Salam kenal kembali, silahkan nikmati teh nya" sahut Demian. Ia pun segera berlalu dan kembali ke kamar nya. Tak hanya teh yang disediakan oleh Jeniffer namun juga beberapa camilan, seperti kue jahe dan cookies yang dibuat sendiri.
"Apakah ini kue buatan mu?"
"Tentu saja, silahkan di coba"
Glenn membuka mulutnya lalu memasuki makanan tersebut ke dalam indera perasa nya. Begitu lezat sampai-sampai Glenn memejamkan mata saat mengunyah nya.
"Ini benar-benar enak, kau sungguh pandai dalam membuat kue". puji Glenn.
"Iya benar ini sangat enak Nona, bolehkah aku membawa nya semua" Jhon ikut menimpali. Jeniffer sampai tertawa dibuatnya karena ia bicara dengan mulut penuh makanan.
"Boleh, silahkan saja kalau kau suka".
"Wah terimakasih Nona, anda baik sekali".
Jhon kembali menyeruput teh yang masih hangat itu, namun ia refleks menyemburkan nya saat melihat Jessica yang baru saja pulang berbelanja dan menatap nya dengan sinis.
"Berengsek kau Jhon, lihat percikan air nya jadi mengenai baju ku".
"Maaf kawan aku tidak sengaja".
Jhon segera mengambil beberapa lembar tisu yang sudah tersedia diatas meja, dan memberikan nya kepada Daniel. Ia juga mengambilnya untuk membersihkan mulutnya.
"Kau sudah pulang"
"Sudah, pesanan mu aku simpan di kamar ya"
"Baiklah. Oh iya kenalkan mereka teman-teman ku. Dan kalian pasti sudah kenal dengan adik ku ini". Jeniffer sedikit canggung saat mengatakan nya.
Glenn pun memperkenalkan diri baru setelah itu Daniel dan yang terakhir Jhon.
"Kau memang tidak pergi bekerja, ini sudah pukul 4 sore".
"Sebentar lagi, aku juga akan memesan taksi".
"Untuk apa?"
"Untuk aku tumpangi" jawab Jeniffer dengan polos.
"Biar aku yang antar" tegas Glenn.
Jessica mendeham saat mendengar itu, lalu segera pergi ketika Jeniffer memelototi nya.