"Kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu kota" peribahasa ini tidak tepat bagi seorang Arini, karena baginya yang benar adalah "kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu mertua" kalimat inilah yang cocok untuk menggambarkan kehidupan rumah tangga Arini, yang harus hancur akibat keegoisan mertuanya.
Tidak semua mertua itu jahat, hanya saja mungkin Arini kurang beruntung, karena mendapatkan mertua yang kurang baik.
*Note: Cerita ini tidak bermaksud menyudutkan atau menjelekan siapapun. Tidak semua ibu mertua itu jahat, dan tidak semua menantu itu baik. Harap bijak menanggapi ataupun mengomentari cerita ini ya guys☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom's chaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA BELAS
Esoknya Alfian mengatakan rencananya pada bu Ratih. Diluar dugaan, bu Ratih sama sekali tidak setuju dengan rencana itu, karena menurutnya uang dari hasil penjualan tanah itu tidak akan cukup untuk menebus suaminya.
"Memangnya berapa ratus meter tanah pemberian ibu mertua kamu itu Alfian?." Tanya bu Ratih dengan nada mengejek.
"Tanahnya memang tidak luas bu, tapi kalau kita jual, lumayan uangnya bisa kita pakai untuk menebus bapak. Aku tahu uangnya mungkin tidak akan cukup, tapi kita bisa mencari pinjaman untuk tambahan. Arini juga nggak keberatan kalau semua perhiasannya dijual. Dan ibu, ibu juga punya perhiasan yang bisa di jual kan. Aku mohon keridhoan ibu untuk menjualnya, aku janji akan menggantinya nanti."
"Apa kamu bilang?. Jual perhiasan ibu?. Enggak, ibu nggak mau."
"Tapi bu."
"Sudahlah. Ibu tahu kamu memang nggak bener-bener pengen bapak kamu keluar dari penjara kan?. Buktinya, kamu nggak mau nurutin permintaan ibu, dan lebih nurutin istri kamu."
"Bukan gitu bu. Aku dan Arini tentu saja ingin bapak bebas, makannya Arini nggak keberatan menjual tanah dan perhiasannya."
"Ahh....sudah. Ibu nggak mau dengar. Lagian kamu, kenapa sih harus ngasih tahu istri kamu segala tentang ini. Padahal kalau kamu memang ingin menolong bapak kamu, kamu bisa menikah lagi, tanpa sepengetahuan istri kamu." Kata bu Ratih, membuat Alfian tercekat. Dia tak percaya ibunya bisa berkata seperti itu.
...
Tidak ada yang tahu, kalau sebenarnya bu Ratih sudah tahu tentang niat pak Wirya yang ingin menikahkan anaknya dengan Alfian. Saat hari dimana pak Hardiman ditangkap, bu Ratih datang menemui pak Wirya, memohon agar suaminya dibebaskan. Dan saat itu lah, pak Wirya mengatakan syarat itu, jika ingin pak Hardiman bebas.
Dan sejak saat itu juga, diam-diam pak Wirya dan anaknya Sandra sering datang menemui bu Ratih, saat tidak ada siapa pun di rumahnya. Pak Wirya dan Sandra terus meracuni dan merayu bu Ratih agar mau membujuk Alfian untuk menikah dengan Sandra. Selain membebaskan pak Hardiman, Pak Wirya berjanji akan memberikan salah satu peternakan ayamnya, pada bu Ratih, jika Alfian dan Sandra menikah.
Tak hanya itu, bahkan Sandra selalu memberikan uang dan juga barang mahal pada bu Ratih. Sandra dan pak Wirya terus mengiming-imingi bu Ratih, hingga bu Ratih pun tergoda mendengar tawaran menggiurkan itu.
...
Setelah Alfian berangkat kerja, bu Ratih mendatangi Arini di rumahnya. Arini langsung tak enak hati dengan kedatangan ibu mertuanya itu. Ini pasti ada hubungannya dengan permintaan pak Wirya, dan dia benar. Bu Ratih datang meminta Arini mengijinkan Alfian menikah dengan anak pak Wirya.
Arini tentu saja menolak. Wanita mana yang rela suaminya menikah lagi.
"Apa tidak ada cara lain, selain mas Alfian harus menikahi anak pak Wirya bu?." Tanya Arini.
"Hanya itu satu-satunya cara yang bisa kita lakukan Arini." Jawab bu Ratih.
Arini diam.
"Dengarkan ibu Arini. Pernikahan ini tidak akan berlangsung lama. Setelah anak pak Wirya melahirkan, Alfian bisa langsung menceraikannya. Ibu dan pak Wirya sudah membahas ini. Pernikahan ini mungkin hanya akan berlangsung enam atau tujuh bulan saja, karena saat ini kandungan anak pak Wirya sudah hampir memasuki bulan ke tiga Lagi pula, walaupun Alfian menikah lagi, dia tidak akan tinggal di rumah pak Wirya. Dia tetap akan tinggal bersama kamu.
Ibu tahu kamu itu istri dan menantu yang baik. Kamu nggak mau kan lihat bapak di penjara?. Kalau kamu mengijinkan Alfian menikahi anak pak Wirya, kamu sudah melakukan dua kebaikan sekaligus. Mengeluarkan bapak mertua kamu juga menutupi aib keluarga pak Wirya." Ucap bu Ratih. Arini diam, tidak menyahuti.
"Ibu janji sama kamu, sekalipun Alfian menikahi anak pak Wirya, dia tetap akan menjadi suami yang baik buat kamu. Dan hanya kamu yang ibu anggap sebagai menantu." Ucap bu Ratih, membujuk Arini.
"Baik bu!! Saya akan mengizinkan mas Alfian menikahi anak pak Wirya, tapi ....." Arini menggantung kalimatnya.
"Tapi apa?." Tanya bu Ratih penasaran.
"Mas Alfian boleh menikahi anak pak Wirya setelah menceraikan saya."
Alfian nampak terkejut mendengar ucapan Arini.
"Apa yang kamu katakan Arini. Maksud kamu, kamu ingin bercerai dengan Alfian?" Tanya bu Ratih.
" Jujur saja saya tidak mau bercerai dengan mas Alfian, tapi saya juga ngak mau di madu." Balas Arini.
"Arini.....dengarkan ibu. Kalian tidak perlu bercerai, karena pernikahan ini hanya sebatas formalitas saja, supaya nanti anak yang ada dalam kandungan anak pak Wirya mempunyai status yang jelas."
"Lalu kenapa harus mas Alfian yang menikahi dia bu?. Memangnya tidak ada laki-laki lain?.'
"Maaf Arini, tapi ibu juga tidak tahu alasannya."
"Kalau begitu, silahkan saja jika memang mas Alfian mau menikahi anak pak Wirya, tapi ceraikan saya."
"Jangan terburu-buru mengambil keputusan Arini. Pikirkan dulu baik-baik. Kalau kamu bercerai, bagaimana nasib anak kalian?."
"Tapi bu....."
"Ibu mohon Arini, Ibu mohon." Ucap bu Ratih seraya bersimpuh di kaki Arini, sambil menangis, membuat Arini merasa tak enak hati.
"Ya Allah bu, apa yang ibu lakukan. Ayo bangun bu." Kata Arini, seraya berusaha melepaskan tangan bu Ratih dari kakinya.
"Ibu nggak akan bangun, sebelum kamu mengiyakan permohonan ibu." Jawab bu Ratih.
...****************...
.
.
.
BERSAMBUNG🌻
follow me ya thx all