Menikah di usia muda sungguh bukan keinginan ku. Namun aku terpaksa harus menikah di usia muda karena perjanjian kedua orang tuaku.
Aku dengannya sekolah di tempat yang sama setelah kami menikah dan hidup bersama namun rasa ini muali ada tapi kami tidak saling mengungkapnya hingga suatu hari terjadi sebuah kecelakaan yang membuat kami.... ayo simak lanjutan ceritanya di novel Benci jadi cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Benci
Ditaman di belakang sekolah, tiga pemuda tampan sedang mengobrol sembari menikmati minuman segar bersama angin yang bertiup menambah segar ketiga pemuda tampan itu.
"Itu cewek cantik banget, sumpah," Ucap Azam tiba-tiba. Ilham dan Rangga melihat di sekeliling, karena mengira Azam melihat cewek cantik.
Namun yang dilihat oleh Ilham dan Rangga hanya ada Nonik dan Dona yang duduk dikursi lain tidak jauh dari mereka.
"Gila Lo, cewek kayak Nonik dan Dona dibilang cantik." Ilham mengira cewek yang dibilang cantik oleh Azam adalah Nonik dan Dona.
"Mata Lo tidak bermasalah ' kan?" tanya Rangga karena dia juga mengira Nonik dan Dona yang dibilang cantik oleh Azam.
Sialan kalian, yang gue maksud bukan itu, tapi anak baru itu." Azam kesal pada kedua temannya.
"Lah, gue pikir yang Lo bilang cantik Nonik." sahut Rangga.
"Brengsek emang Lo pada. Masa gue suka sama si Nonik culun itu, ogah ah. Kalau saja didunia ini tidak ada cewek lain, gue lebih milih jomblo seumur hidup dari pada dengan si Nonik culun itu."
"Sekarang Lo kata gak mau, nanti malah Lo ngejar-ngejar tu si Nonik, hahaha." Rangga dan Ilham tertawa meledek Azam.
"Sialan, ogah ah, tapi kalo sama Anak baru itu, gue tidak menolak." Ucap Azam lagi yang suka pada Rena saat pertama kali melihat Rena tadi.
Wajah Rangga berubah saat mendengar kalau perempuan yang dimaksud oleh Azam adalah Rena, yaitu gadis yang dia benci.
"Cantik dari mana? Dari Hongkong. Lo berdua mesti ke dokter, mata kalian lagi bermasalah." Ucap Rangga menepis kalau Rena dibilang cantik oleh Azam dan Ilham.
Kedua sahabatnya, melongo gak percaya, mendengar Rangga menepis kecantikan seorang Rena.
"Kita rasa, mata Lo yang sudah gak benar, coba Lo lihat semua cewek disekolah kita, siapa yang paling mencolok selain Anak baru itu?" Azam dan Ilham tidak terima kalau Rena dibilang tidak cantik oleh Rangga.
"Terserah kalian. Yang pasti dia itu biasa saja, malah gue benci cewek kayak itu." Ucap Rangga lagi sembari berdiri dan berjalan kekantin.
"Azam dan Ilham saling pandang, keduanya heran dengan Rangga yang marah saat Azam mengakui kalau Rena memang cantik disekolah mereka.
"Itu Anak kenapa, kok dia seperti marah gitu?" tanya Azam pada Ilham. Ilham mengangkat bahunya tanda tidak tau kenapa Rangga bersikap seperti itu.
"Yok, kita susul!" ajak Ilham. Keduanya kemudian mengikuti Rangga yang sudah jauh berjalan.
Rena, Nana dan Santi masih duduk dikantin. Ketiga gadis itu sedang menikmati baksonya. Rena yang sedang menyuap bakso kedalam mulutnya jadi terhenti ketika melihat Rangga berjalan kearahnya.
"Sebetulnya, dia handsome, tapi--" Rena teringat saat beradu mulut dengan Arkan. " sudah lah, yang pasti aku benci sama dia." Gumam Rena dalam hatinya.
Kemudian Rena mengalihkan pandangannya kearah lain, dia pura-pura tidak melihat Rangga.
Rena bukannya takut, tapi Rena malas melihat Rangga. Rangga berjalan melewati meja ketiga gadis itu duduk.
Rangga sedikitpun tidak melirik Rena, Rangga sepertinya benar-benar benci pada gadis cantik itu.
Azam dan Ilham yang mengikuti Rangga dari belakang, kedua cowok tampan itu melebarkan senyum pada ketiga gadis itu.
"Hai, bidadari," sapa Azam pada Rena. Rangga yang mendengar sapaan Azam pada Rena, dia berdecak naman dia tidak mengalihkan pandangannya yang tertuju pada meja beberapa meter didepannya.
"Rena, Nana, itu namanya Rangga, dia siswa terpopuler disekolah ini." Ujar Santi menunjuk dengan mulutnya.
"Ye ke? Tapi nampak macam biasa aja." Sahut Rena juga tidak melirik pada Rangga yang ditunjukkan oleh Santi.
"Masa sih, tapi dia tampan." santun tidak menepis ketampanan seorang Rangga.
"Kak, aku kemaren melihat dia datang kerumah kita, sepertinya Mak, dan kedua orang tua dia bersahabat." Timpal Nana. Nana memang hafal betul dengan tampang Rangga karena Rangga juga bersikap dingin padanya waktu itu.
Rena hanya menganggukkan kepala, dia tidak begitu peduli soal Mak nya bersahabat dengan orang tua Rangga, Rena tetap marah dan kesal pada pemuda itu.
Rangga duduk di kursi paling ujung dikantin itu, lalu Azam dan Ilham juga duduk satu meja bersama Rangga.
Lidia yang entah dari mana muncul juga duduk disebelah Rangga, Rangga pada awalnya kesal dengan Lidia yang duduk disampingnya.
Namun Rangga mengerling matanya ke meja Rena, Nana dan Santi duduk. Rangga melihat kalau Nana sedang melihat kearahnya.
Rangga yang mengira kalau Nana gadis yang akan dijodohkan dengannya, dia mulai timbul pikiran untuk membuat Nana benci padanya agar Nana nati menolak perjodohan dengannya.
Rangga mulai meraih makanan didepannya, lalu Rangga menyuapi Lidia untuk membuat Nana marah dan benci padanya.
Rangga melirik pada Nana saat menyuapi Lidia, Rangga ingin melihat bagaimana reaksi Nana saat melihat dia romantis dan mesra dengan Lidia.
Lidia yang sudah sangat menyukai Rangga, dia langsung membuka mulutnya. Lidia sungguh sangat senang dan bahagia kerena disuapi oleh Rangga.
Lidia sudah sangat lama menanti momen yang seperti ini. Hati Lidia saat ini benar-benar bahagia, Lidia seperti baru saja memenangkan lotre.
Sedangkan Azam dan Ilham tercengang, karena tidak biasanya Rangga bersikap seperti itu pada Lidia.
"Apa yang terjadi pada Rangga. Biasanya dia sangat tidak suka pada Lidia." Gumam Ilham dalam hatinya.
Rangga terus menyuapi Lidia, namun matanya melirik Nana, Rangga mengerutkan keningnya karena melihat reaksi Nana biasa saja.
"Sialan, kok dia tidak marah sih, apa dia juga tidak suka dijodohkan." Gumam Rangga, namun tangannya mengelus lembut rambut Lidia.
Tidak lama kemudian, bell tanda sudah habis waktu istirah berbunyi. Semua siswa dan juga siswi kembali kekelasnya masing-masing.
"Kak, nanti kami kerumah Kak Zuhra, sekalian menentukan tanggal pernikahan Putra-putri kita." Ujar Vina saat teleponnya tersambung.
"Iya, aku tunggu." Jawab Azuhra pada Vina diseberang telepon.
"Oke Kak, yaudah aku matikan ya? Assalamualaikum." Ucap Vina dan teleponnya pun berakhir.
Sementara didalam kelas, Rangga menatap Rena dengan tatapan bermusuhan.
Rena juga tidak kalah, gadis yang berparas cantik itu juga menatap Rangga seperti musuh yang tidak bisa dikalahkan.
"Baiklah Anak-anak, sekarang kalian catat apa yang Ibu tulis, dan ini akan menjadi tugas kalian dirumah, jangan ada yang tidak mengumpulkan jawaban kalian besok." Ujar Ibu guru membuat tatapan Rangga dan Rena beralih ke papan tulis.
Waktu terus berjalan, jam pelajaran sudah habis, semua murid terlihat keluar dari kelas itu. Dia juga keluar dari dalam kelas.
Rangga merangkul tangan Lidia, dan berjalan ketempat motor Rangga di parkir.
"Lo, pulang dengan siapa?" tanya Rangga yang tiba-tiba begitu perhatian terhadap Lidia.
Bersambung.