. Tak terasa saat Farah melihat jam ditangannya waktu sudah menunjukkan pukul 12: 00 siang. saatnya jam makan siang. Farah yang kelaparan pun langsung turun kebawah untuk menuju kantin, namun! Dia terusik dengan perkataan salah satu tamu disana yang mengatakan ada dokter psikiater baru yang datang, seketika jantungnya mulai berdebar kencang . “Apakan itu kakak?“ ucap batinnya.Dan disaat yang bersamaan,
Farah hampir menabrak seseorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ariadna Vespera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13
Suasana di kamar itu kembali normal setelah Reno
keluar.
"Aura apa itu, kenapa sangat mengerikan.
Bahkan untuk menatap matanya saja sungguh sulit." Gumang Pera.
Farah akhirnya sadar dari pingsan.
"Baby... Kamu gak papa?" Tanya Pera.
"Xargus... Apa yang kamu rasakan saat
ini?"
Tanya Iplan.
"Aku akan di sini menemanimu." Ucap
Rendi.
Farah yang kebingungan dengan situasi ini pun hanya
bisa menghela nafas.
Rendi menjelaskan cerita bagaimana Farah bisa
sampai masuk rumah sakit hingga rawat inap. Saat Farah memahami semua
situasinya mereka bertiga di usir dari kamarnya. Farah hanya ingin istirahat
sekarang, SENDIRIAN. Farah benar-benar mempertegas hal itu.
Mereka bertiga pun keluar dan kembali melanjutkan
aktivitas mereka masing-masing. Pera yang pergi ke kamar Ical, Iplan yang
kembali ke kantornya dan Rendi yang di suruh pulang ke rumah.
Malam pun berlalu. Dan matahari mulai menghangatkan
seisi bumi.
"Kamu mau aku cari makanan yang lain?"
Tanya Rendi.
Farah yang baru bangun sangat terkejut saat melihat
Rendi di sampingnya.
"Kemarin malam kamu pulangkan?"
Tanya Farah kembali.
"Iya, aku pulang." Jawab Rendi.
"Makanan yang di sediakan rumah sakit sudah
dingin, kamu mau makan apa biar aku Carikan." Ucap Rendi.
"Apakah kamu tidak latihan hari ini?"
Tanya Farah.
"Latihan, cuman masuknya agak siangan. Bisakah
kamu menjawab pertanyaanku dulu!" Jawab Rendi yang sudah terlihat kesal.
"Aku akan memesan sendiri makanannya."
Ucap Farah.
"Baiklah."
"Kenapa kamu kesini?"
"Aku ingin menjagamu."
"Di suruh ibu?"
"Tidak, ibu tidak tahu kamu masuk rumah sakit
lagi, kalau ibu tau aku takut ibu akan sangat marah padaku."
Farah mengerti yang di ucapkan oleh Rendi, karna
sudah dua kali bersama Rendi dan dua kali juga Farah masuk rumah sakit
bersamanya.
"Pergi lah, aku bisa menjaga diriku
sendiri!"
"Aku Hanyar ingin menjaga sebentar."
"Terserah kamu saja kalau begitu."
Dan suasana di sana pun kembali canggung.
Makanan yang Farah pesan pun sudah tiba, dia
mengajak Rendi untuk makan bersama namun, Rendi menolak karna dia sudah makan.
Akhirnya Farah menikmati makanannya sendiri dengan perasaan tertekan Karna
terus di perhatikan oleh Rendi. Bukankah itu terlihat seperti buronan yang
sedang di awasi pikir Farah.
Farah yang sedang lapar, meski tertekan tetap
menghabiskan makanannya.
Saat Farah sudah selesai makan dokter Reno masuk
untuk memeriksa kondisi Farah. Tapi bukannya dokter Reno itu sepesial paru yah?
Kenapa memeriksa Farah lagi bukankah yang seharusnya memeriksa Farah adalah
dokter yang berjaga di lantai ini pikir Farah.
Meski Reno yang menerima Farah di UGD tapi jika
sudah masuk kamar rawat inap bukan dia lagi yang bertanggung jawab atas Farah.
Reno mulai memeriksa semua alat dan kondisi Farah.
"Kamu walinya?" Tanya Reno yang sedang
menatap Rendi.
"Bukan." Jawab Rendi.
Saat sudah selesai memeriksa dokter Reno pun keluar
dari kamar.
"Apakah dokter Reno yang bertanggung jawab
atas ku?" Tanya Farah.
"Iyah, dia yang memeriksa dan memberi obat
kepadamu." Jawab Rendi.
Dan suasana canggung pun di mulai kembali.
Farah bingung apa yang harus dia bicarakan dengan
Rendi. Sedangkan Rendi hanya diam dan memperhatikan Farah.
"Jika kamu tetap seperti itu, aku akan
memanggil satpam karna kamu terus melihat aku seolah buronan yang tidak boleh
terlepaskan." Ucap Farah.
"Aku kesini hanya ingin memperhatikanmu."
Sahut Rendi.
Bukankah ini sudah keterlaluan. Jika dia ingin
memperhatikan masih ada banyak cara selain menatap terus menerus seperti itu
pikir Farah.
Di suasana canggung yang semakin mencekam. Suara
ketukan pintu terdengar
"Permisi..."
Farah menatap Rendi, lalu mengangkat kepalanya
seolah sedang bertanya kepada Rendi siapa yang mengetuk pintu.
Rendi tidak mengenal orang itu, dia hanya
menggelengkan kepalanya kepada Farah.
"Siapa yah?" Tanya Farah dengan nada yang
tinggi agar orang yang di balik pintu itu mendengar.
"Ini Namu." Jawab orang yang di balik
pintu.
Farah memberi kode kepada Rendi untuk membukakan
pintu.
Rendi pun membukakan pintunya.
Setelah Rendi membukakan pintu, Namu sangat
terkejut saat tau Rendi yang membukakannya pintu.
"Ini benar kamar Farah?" Tanya Namu
dengan tangan yang sedang gemetar.
"Namu sini..." Ucap Farah.
Namu pun langsung menghampiri Farah.
"Kakak itu Rendi atlet renang yang terkenal
itu?"
"Iyah, kanapa memangnya?"
Namu hanya menggelengkan kepalanya dengan tangan
yang sangat bergetar.
Farah menyadari hal itu pun kebingungan. Namu
terlihat gugup, kaku dan salah tingkah.
"Kamu penggemarnya?"
"Apakah sejelas itu?"
Farah hanya tertawa sambil mengangguk kepalanya.
Namu adalah rekan kerja sekaligus adik bimbingannya saat pertama kali masuk
departemen psikologi. Namu memang seseorang yang agak kaku dan sedikit pemalu.