kita memang tak tau siapa yang tuhan takdir kan untuk kita,namun kita bisa melabuhkan hati kita pada siapa. namun bagaimana jadinya jika ternyata hati dan takdir tak sejalan. Begitulah yang di rasakan oleh Aidan Arsyad Rafardhan,dia mencintai seorang wanita dan berniat akan melamar nya,namun bagaimana jadinya malah dia menikah dengan adik dari sang pujaan hati?
"menikahi orang yang di cintai memang impian,tapi mencintai orang yang di nikahi adalah kewajiban."
Aidan Arsyad Rafardhan
yukkk simak cerita lengkapnya di sini 👇
tinggalkan like,komen dan follow setelah membaca yah ☺️😆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon h.alwiah putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 13. pindah rumah
Dua hari mereka tinggal di kediaman pak Latif,hari ini rencananya Aidan akan membawa Maureen ke rumahnya.
Awal nya sih mereka akan pindah esok hari,namun Maureen menyarankan untuk hari ini saja.
"Kamu yakin mau pindah hari ini? Saya takut kamu masih rindu sama orang tua kamu. Pengen menghabiskan waktu sama orang tua kamu sebelum nantinya bakal jarang kesini."entah sudah beberapa kali Aidan menanyakan hal itu pada Maureen.
"Gak,saya pengen hari ini juga. Udah gak bisa lama lama saya di rumah yang serasa neraka ini."ucap Maureen masih mengemasi barang barangnya.
Sebenarnya hanya beberapa barang saja yang Maureen bawa, karena tadi Aidan melarang Maureen membawa baju. Aidan berkata Maureen sudah di belikan baju oleh umi Hafsah dan sudah ada di kamar mereka.
Paling Maureen hanya membawa barang barang kuliah nya saja,dan beberapa barang lain,hanya satu koper saja.
"Setidak maunya kamu tinggal lebih lama disini? Apa setertekan itu kamu berada di sini."
"Ya,bagi saya rumah ini adalah neraka. Gak ada ketenangan ataupun kebahagiaan,saya udah dari dulu pengen keluar dari rumah ini dan mungkin sekarang waktunya. Udahlah pak jangan banyak bicara ayoo pergi."
Aidan pun mengangguk,lalu kemudian dia membawa koper Maureen. Mereka berdua pun turun kebawah untuk berpamitan pada kedua orang tua Maureen dan juga Shafa.
"Mama sama ayah titip Maureen yah nak,sayangi dia,jaga dia,bimbing dia menjadi istri yang sholehah. Kami percayakan padamu."ucap mama Hana.
"Insyaallah ma,Aidan akan menjaga amanah dari mama dan ayah."
"Jadi istri yang Sholehah yah nak,nurut apa kata suami kamu jangan ngebantah,mau kemanapun kamu harus izin sama suami kamu."nasihat mama Hana pada Maureen.
Maureen pun hanya mengangguk dengan wajah yang datar.
Kini Maureen beralih pada Shafa. "Kak Shafa, Maureen pamit yah. Jaga diri kak Shafa baik baik. Walaupun nanti Maureen mungkin bakal jarang bahkan mungkin saja hanya satu tahun sekali menginjakan kaki di rumah ini tapi kita akan tetap saling bertemu di kampus, nanti kak Shafa juga bisa main kerumah pak Aidan yah kak. Semoga cepat sembuh."ucap Maureen lalu memeluk tubuh Shafa yang masih lemah itu.
Ya,kemarin Shafa sakit. Tak terlalu parah juga hanya sakit demam dan asam lambungnya naik, karena memang semingguan ini Shafa jarang makan dan mungkin juga efek banyak pikiran.
"Iya,nasihat dari Kaka sama kayak mama. Jadi istri yang sholehah,ubah sedikit dikit tingkah laku kamu, sekarang kamu sudah bersuami harus belajar untuk dewasa yah."ucap Shafa sembari menghapus air matanya.
Dia sedih karena harus melepaskan adiknya,dan sedih juga yang membawa adiknya adalah laki laki yang dia cintai.
"Jangan lupa sering sering kesini yah. Kami akan rindu sama kalian berdua."
Maureen yang mendengar ucapan itu pun rasanya ingin muntah,apa rindu katanya. Halah bullshit.
"Saya harap sih gak akan lagi menginjakan kaki di rumah rasa neraka ini."lirih Maureen namun masih bisa di dengar oleh pak Latif.
"Maureen "geram pak Latif.
"Udah yah, Maureen mau pamit. Bersyukurlah kalian karena orang yang kalian anggap beban,orang yang kalian anggap anak pembawa sial ini akan meninggalkan rumah ini. Setelah itu kalian akan merasa tenang dan bahagia bukan." Setelah mengucapkan itu Maureen langsung pergi menuju mobil,sudah muak iya berlama lama di sana.
"Maaf atas sikap Maureen yah, insyaallah Aidan bakal rubah sikap Maureen itu. Aidan pamit yah ma assalamualaikum."setelah mengucapkan salam Aidan pun ikut menyusul Maureen yang sudah masuk ke dalam mobil.
"Waalaikumusalam."
Aidan memang tak tau apa apa tentang masalah Maureen dan kedua orang tuanya,saat Aidan menanyakan nya pun Maureen sama sekali tak menceritakan nya.
Namun sedikit nya Aidan tau jika hubungan antara anak dan orang tua itu tak baik baik saja, nanti Aidan akan mencari tau sendiri,pelan pelan dia akan membuat Maureen menceritakan semua padanya.
"Kalau mau tidur,tidur aja jarak nya lumayan jauh nanti saya bangunkan kalau sudah sampai."ucap Aidan.
Maureen pun mengangguk lalu mencari tempat yang nyaman untuk tidur,tak lama Maureen pun langsung menyelami alam mimpi nya.
Sekitar satu setengah jam untuk bisa sampai ke kediaman Aidan,tampak di halaman rumah itu sudah ada satu mobil yang terparkir. Dan Aidan tau itu adalah mobil kedua orang tuanya.
Saat tadi Aidan mengabari orang tuanya jika akan pindah hari ini, keluarga Aidan pun langsung pergi ke rumah yang akan di tempati Aidan dan juga Maureen.
Yang berjarak mungkin satu kilometer dari rumah orang tuanya.
Aidan melirik ke samping nya, Maureen masih betah memejamkan matanya. Aidan pun tak tega membangunkan,dengan inisiatif sendiri dia pun membopong tubuh Maureen dan membawanya masuk ke dalam.
"Assalamualaikum."ucap Aidan saat memasuki rumah.
"Waalaikumusalam warahmatullahi wabarokatuh."
"Alhamdulillah,sampai juga dan,ehh mantu umi kenapa."panik umi Hafsah saat melihat Aidan membopong tubuh Maureen.
Aidan memberikan kode pada umi Hafsah untuk mengecilkan suaranya,takut jika Maureen terbangun.
"Istri Aidan lagi tidur umi."ucap Aidan.
"Ouh tidur toh,ya udah gih ke kamar tidurin aja disana mungkin dia cape."titah umi Hafsah.
Aidan pun membawa Maureen ke kamarnya yang berada di lantai dua. Setelah sampai di dalam kamar Aidan pun membaringkan Maureen di atas ranjang,lalu melepas sendal serta kerudung yang Maureen kenakan agar tidur Maureen lebih nyaman.
Walaupun Aidan membopong tubuh Maureen dan juga menaiki tangga,namun tampaknya Aidan tak merasakan capek.
"Ringan banget tubuh kamu Maureen."lirih Aidan sembari menyelimuti tubuh Maureen.
Setelah merasa Maureen sudah nyaman dengan tidurnya,Aidan pun keluar dari kamar untuk menemui keluarganya.
ada ruang,