NovelToon NovelToon
Dari Cinta Ke Obsessi

Dari Cinta Ke Obsessi

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: BadBaby_grils

Mengkisahkan seorang pria dewasa yang menyukai seorang gadis muda yang masih berumur 20 tahun. Jatuh cinta pada pandangan pertama saat sang pria tidak sengaja melihat aksi peduli sang perempuan yang menolong seorang nenek dari tabrak lari di sebuah jalan yang cukup ramai.
PENASARAN KELANJUTANYA ... YUK LANJUT BACA KISAHNYA !!!!!
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA_^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BadBaby_grils, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 13: Visit

   Jimmy menyalakan rokok dan menghembuskan asapnya ke udara. Dia beralih kebalkon setelah meninggalkan Eun hye di dalam kamar. Tidak, dia tak melakukan sesuatu di luar batas. Dia hanya memberikan sedikit pelajaran untuk Eun Hye tak apa dengan cara itu. Selama tak melakukan hal yang terlalu jauh, Jimmy merasa baik-baik saja. Jika dia bisa, dia akan melakukannya. Namun sayang, hal itu tak akan pernah terjadi. Tidak, selama Eun Hye tak mengizinkannya.

   Di tengah lamunannya, Jimmy yang masih menghisap rokoknya tiba-tiba harus terganggu oleh suara ponsel yang berdering. Dia sempat ragu, saat melihat nama di layar ponsel, tapi pada akhirnya dia memutuskan untuk mengangkatnya.

"Halo, Jimmy?"

Lidahnya kelu untuk menjawab, jimmy hanya menelan ludah.

"Apa kabar? Apa kau sibuk?"

  Beberapa kali wanita itu menelponnya, beberapa kali juga Jimmy mengabaikannya.

" Bisakah kau datang menemuiku? Sebentar saja, kita mengobrol." pintanya.

Jimmy masih belum menjawab.

"jimmy? Bisakah? Aku harap kau bisa datang besok. Jimmy ? Kau mendengarkanku? Jimmy-"

"Ya, aku disini."

"Aku menunggumu datang, apa kau bisa-"

"Aku sibuk."

  Tak ada jawaban dari seberang beberapa detik.

"Sebentar saja?"

  kini giliran jimmy yang terdiam.

"hanya mengobrol beberapa menit. Kau juga perlu obatmu, kan?"

  pikiran jimmy kosong beberapa saat.

"Jimmy?jim-"

"Aku akan datang. Tunggu aku disana.

\*\*\*\*\*

"Habiskan makanannya."

Pagi hari, mereka tengah berada satu meja saat Jimmy menarik Eun Hye untuk makan. Hari ini mereka tak akan ke kantor, Jimmy harus pergi kesuatu tempat. Alih-alih memakan makanannya saat di tawarkan, Eun Hye justru diam, membuat Jimmy geram.

"Kau mendengarkanku, kan?"tanya Jimmy dengan menatap Eun Hye dengan tatapan tajamnya.

Eun Hye belum bisa melahap makanannya.

"Hei, jalang kau mendengarkanku, kan?"

Eun Hye mendongak terkejut.

"Aku tak apa jika kau mati kelaparan,tapi kau belum boleh mati dan sekarang kita harus pergi." ucap Jimmy, dan hanya mendapati mata Eun hye yang memerah menahan air mata."kau boleh mati seteleh aku puas menyiksamu."

Demi apapun, Eun Hye merasa sakit hati mendengarnya.

"JAadi, cepet habiskan makananya sebelum aku menjejalkan semua makanan itu ke mulutmu."

Eun Hye menunduk, entah untuk ke berapa kalinya dia menangis. Mereka terdiam dalam keheningan karena menghabiskan makanan masing-masing. Jimmy menari Eun Hye menuju mobil dan membawa gadis itu kerumahnya. Benar, ke rumah Eun Hye sendiri meskipun pada akhirnya dia akan kembali menjemputnya di lain waktu.

"Ingat yang aku bilang? Aku akan menjemputmu jika aku sudah selesai." Jimmy berujar sesampainya mereka di parkiran flat Eun Hye." Dan jangan pernah memperlihatkan wajah sedihmu itu di depan orang-orang yang berrada di sekitar rumahmu. Jika ada orang yang menyadarinya, kau akan habis di tanganku." ancamnya.

Eun Hye mengangguk dengan mata sembab. Ini sudah terlalu biasa.

"Mana senyummu?" pintanya.

Eun Hye sudah tahu apa yang akan Jimmy lakikan jika dia tidak memberikan senyuman. Maka, dia tersenyum kecil meskipun terpaksa. Jimmy mendekatkan dirinya ke arah Eun Hye dan melepaskan seat belt. Sebelum membuka pintu mobil, Jimmy tiba-tiba menahan tangan Eun hye, bukannya berbicara, dia justru mendekat lalu mengecup pipi Eun Hye.

" Jangan tinggalkan aku, Eun hye."

\*\*\*\*\*\*

Jimmy membanting pintu mobilnya sebelum berjalan masuk ke sebuah bangunan bercat putih. Dia terdiam sejenak menatap bangunan itu sehingga akhirnya memutuskan untuk masuk. Tak ada yang tahu jika dirinya tadi jimmy menahan kegugupannya. Dia menahan diri agar sanggup saat berjalan menemui seseorang. Bahkan saat melewati beberapa kamar, dia berusaha tak melihat kearah sana.

"Park Jimmy?" Tanya seseorang ketika Jimmy sudah sampai di depan lift.

Jimmi terdiam membeku.

"kau park jimmy, kan? Ini aku Henry1" ucapnya, dan berusaha berjalan ke arah jimmy meski kedua petugas menahannya.

"Maaf, tuan. Jangan didengarkan." ujar salah satu petugas yang menahan Hendri agar tidak lagi berbicara.

"Kenapa tak memakai seragam? Kau sudah keluar? Wah, daebak." ujar Henri kembali berbicara, kemudian tertawa.

"Dia sudah keluar, temanku sudah keluar!" ucapnya kepada kedua petugas, lalu berganti lagi kearah jimmy. "lihatlah, drimu Park Jimmy, kau sangat berbeda. Kau yakin sudah sembuh? Ah, Aku ingat kau hanya pura-pura, kan?"

Jimmy tertegun sesaat, mendengar semuannya.

"Bagaimana rasanya? Bagaimana rasanya berpura-pura waras?" tanyanya.

"Tuan, abaikan saja." kata salah satu petugas.

"Aku tunggu kau kembali, temanku. Kita habiskan waktu bersama lagi! Hahahahahahahaha" teriaknya.

Lift di samping Jimmy, yang di tunggu oleh orang di sampingnya terbuka. Mereka meninggalkan jimmy yang masih terdiam. Tidak, jimmy tentu tak menghiraukan perkataan laki-laki bernama Henri itu.

\*\*\*\*\*\*

"Kenapa kau melakukan ini kepadaku? Kenapa kau memperlakukan aku seperti ini? Aku sudah minta maaf, apa kau tak mau memaafkanku? Aku tahu aku salah, dan aku sudah mendapatkan balasanya, sampai kapan kau akan memperlakukan aku seperti ini?" Eun Hye sedang memohon kepada jimmy. Dia mempertaruhkan nyawanya karena mengatakan semua itu. "Aku minta maaf, aku benar-benar sangat menyesal."

Alih-Alih menjawab, jimmy justru menghampiri Eun Hye ." kau minta maaf? Apa dengan minta maaf semuanya selesai , begitu maksudmu? Lalu bagaimana dengan perlakuanmu kepadaku dulu? Saat kau berharap banyak kepada seseorang, tapi nyatanya seseorang itu malah meludahi wajahmu, kau masih befikir itu cukup? Kau berhak mendapatkan maaf dariku. Tapi kau juga harus merasakan apa yang aku rasakan!" tekannya.

Perkataan itu selalu saja terngiang-ngiang di otak Eun hye, saat dia mencoba memohon kepada Jimmy agar di beri belas kasihan. Saat berharap jimmy melakukannya, Eun hye seperti kehilangan semua harapannya. Dia seolah-olah buntu akan kehidupannya dan tak tahu harus berbuat apa. Jika memang jimmy akan menyiksa dirinya selamanya, bukankah lebih baik menghentikan sekarang? Bukan kah mati lebih baik daripada menunggu sampai Tuhan benar-benar memanggilnya?

Tentusaja Eun Hye memilih opsi itu. Benar, dia tak pulang ke flat saat jimmy mengantarkannya. Dia berjalan menjauh dari rumahnya sejauh dia bisa agar Jimmy tak bisa menemukannya lagi. Dia memilih opsi yang mungkin bisa membahayakan nyawanya, itu memang yang sedang Eun hye tuju. Membahayakan nyawanya sendiri agar Jimmy tak bisa menemuinya lagi. Melenyapkan dirinya sendiri ke dalam air sungai yang begitu daras agar Jimmy tak lagi bisa menyiksanya dan juga melecehkannya.

Eun Hye putus asa.

Katakan saja Eun Hye sudah gila. Bahkan dia sudah tak punya keberanian saat melihat air sungai yang deras. Tapi seolah itu hilang jika di bandingkan dengan siksaan yang selalu dia terima tiap hari. Setidaknya sakit karena mati hanya butuh beberapa menit di bandingkan dengan siksaan secara fisik dan mental untuk waktu yang entah sampai kapan.

Eun Hye menatap air sungai yang siap mengulung-gulung tubuhnya. Dia harus melakukan ini. Penderitaan ini harus berakhir sehingga dia bisa mati dengan tenang tanpa tersiksa lagi tekadnya.

\*\*\*\*\*\*\*

Jimmy membuka pintu setelah mendapatkan izin seseorang yang berada di dalam. Saat masuk, senyum ramah pun terlihat dari sang wanita. Setelah sekian lama, akhirnya mereka bertemu juga.

"Selamat siang, Jimmy." sapaannya yang begitu ramah dengan senyum yang begitu menenangkan. Berbeda dengan Jimmy, dia sama sekali tak mengubah ekspresinya. " Silahkan duduk." lanjutnya.

Untuk beberpa detik, mereka saling terdiam.

"Akhirnya kita bertemu, kau terlihat makin tampan, Jimmy. Kau tidur dengan Nyenyak?' "

"Ya." jawab Jimmy dengan singkat dan datar.

"baguslah, bagaimana keadaanmu? Semuanya baik-baik sajakan?"

Jimmy mengangguk seolah tak peduli. Tapi hal itu membuat sang wanita tersenyum manis.

"Jimmy, apa kau masih merasa cemas?"

"Aku jauh lebih baik." jawabnya.

"Begitu, ya? Lalu apa saja kegiatanmu?".

Jimmy menatap wanita itu. " Seperti biasa, tak ada yang berubah." pembicaraan ini mungkin bisa memicu Jimmy menceritakan hal-hal lain, tapi sepertinya Jimmy tak suka.

"Baiklah, Aku ikut sen-"

"Apa aku belum bisa bebas tanpa harus selalu pergi menemuimu?" ucap Jimmy dengan nada tegas dan tatapan tajamnya.

Sadar ucapanya di potong jimmy, wanita itu tak menjawab.

"Kalian membawaku ke sini setelah kematian ayahku. Kenapa? Bukankah aku sudah menerima hukumanku?" ucapan itu membuat si dokter wanita tadi, makin terdiam tak berkutik."Dia mati karena sudah waktunya, dan kalian mencurigaiku karena aku sedang bersamanya saat kematiannya."lanjutnya.

"Jimmy, kami tidak-"

"Aku hanya tak ingin di ganggu!" suaranya bahkan meninggi membuat si dokter kebingungan. "Kenapa? Kalian pikir aku gila? Kenapa kalian maih saja mencariku?Aku ingin bebas! Aku tak mau di ganggu! Aku-"

Wanita itu masih bungkam saat jimmy menghentikan ucapnya. Dia bisa melihat Amarah Jimmy yang tiba-tiba meledak.

"Sial." jimmy mengumpat pada dirinya sendiri dan merutuki apa yang baru saja dia lakukan. "Maaf."

Si wanita hanya bisa terdiam. Dia sebenarnya sudah terbiasa melihat itu, tapi masih terkejut karena Jimmy ternyata belum berubah. Emosinya maih selalu meledak-ledak tanpa sebab yang jelas.

Beberapa lama di dalam keheningan, wanita yang bernama Hyenjin itu pun akhirnya berbicara." Jika kau mau pulang kau bisa pulang sekarang. Aku akan memberikan mu resep obatnya."

Jimmy berdiri dari duduknya, sebelum keluar dari ruangan, si wanita berbicara." Ingat, hanya kau yang bisa benar-benar menyembuhkan dirimu sendiri."

\*\*\*\*\*\*\*

Jimmy langsung menuju Flat Eun hye untuk menjemput gadis itu setelah meninggalkanya beberapa saat. Sesuai dengan janjinya, Jimmy tak akan membiarkan Eun hye jauh dari pandanganya meski hanya beberapa jam saja.

Dan disini Jimmy berdiri di depan pintu flat Eun hye, sambil memecet bel beberapa kali tapi tak ada respon dari dalam dan itu membuat Jimmy kesal. saat Jimmy akan mencoba memecet bell lagi ada tetangga flat Eun Hye yang menyapa Jimmy.

"Selamat sore, maaf tuan Eun Hye sudah lama tak pulang kesini lagi." ujarnya.

"Ya, tadi aku mengantarkannya pulang."

"tapi sejak tadi pagi aku ada di rumah dan yakin kalau Eun Hye tidak datang kesini." ucapnya dengan yakin.

"Aku permisi." balas Jimmy langsung pergi meninggalkan Flat Eun Hye. Sambil berfikir Jimmy menerka kemana Eun hye pergi.

1
Tati Prabowo
makasih ya sudah dukung karya aku
Iren Nursathi
nyesek banget kenapa harus tamat gak rela harus happy ending
Iren Nursathi
lanjut thor penasaran
Iren Nursathi
syedih banget aku kasih vote utk ceritanya bagus
Tati Prabowo: terima kasih kka...
total 1 replies
Iren Nursathi
aku kasih vote utk othor ceritanya bagus
Tati Prabowo: makasih banyak
total 1 replies
Iren Nursathi
lanjutkan thor
Iren Nursathi
makin seru lanjuuut
Iren Nursathi
lanjut thor ceritanya seruuuu
Tati Prabowo: ok .... di tunggu ych /Bye-Bye//Bye-Bye/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!