NovelToon NovelToon
Edward : Balada Dari Bukit Gloosween

Edward : Balada Dari Bukit Gloosween

Status: sedang berlangsung
Genre:Iblis / Epik Petualangan / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Akademi Sihir / Dendam Kesumat
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mr 18

Edward, seorang anak yatim piatu, tinggal di panti asuhan yang menjulang tinggi di puncak Bukit Gloosween.

Meski tidak memiliki mana yang mengalir didalam dirinya, Edward tidak pernah patah semangat untuk menjadi yang terbaik.

Setiap hari, ia belajar sihir dan beladiri dengan penuh semangat dari Kak Slivia dan Lucy, menemukan kebahagiaan dalam kehidupannya meskipun tidak memiliki mana.

Namun, kehidupan Edward tiba-tiba berubah saat desanya diserbu oleh pasukan Raja Iblis, yang menghancurkan segala yang ada di desa itu, termasuk Kakak Silva dan teman-temannya.

Peristiwa tragis ini tidak hanya mengubah nasibnya, tetapi juga membawa Edward ke dalam petualangan yang gelap dan penuh tantangan untuk membalas dendam dan menyelamatkan apa yang tersisa dari dunianya yang hancur.

Lalu bagaimana Edward menghadapi semua itu ? Tantangan apa yang menghadang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr 18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch. 13 Ruang Tengah Penuh Rahasia

Malam tiba dengan cepat, membawa suasana tenang di panti asuhan. Kak Silvia datang membawa keperluan sehari-hari.

Melihat Kak Silvia pulang, Kak Lucy langsung memeluknya erat, membuat Kak Silvia terkejut sekaligus senang.

"Silvia, kamu akhirnya datang!" seru Kak Lucy dengan senyum lebar.

Kak Silvia balas tersenyum, "Iya, Lucy. Apa kamu mau menginap disini?" Tanya Kak Silvia.

Kak Lucy mengangguk antusias. " tentu saja, Aku mau." Ucap kak lucy dengan semangat.

Kak Silvia tersenyum. " Kebetulan sekali, Aku bawa banyak bahan makanan kali ini. Ayo, kita masak bersama." Ucap kak Silvia mengajaknya,mereka berjalan bersama menuju dapur dengan .

Aku dan Serly segera ke dapur, membantu Kak Silvia dan Kak Lucy menyiapkan hidangan malam. Percakapan sederhana mengalir di antara kami, menambah kehangatan suasana dapur.

"Serly, tolong ambilkan bumbu di rak, ya," kataku sambil sibuk mengaduk sup.

Serly tampak sedikit kesal. "Kak, aku sedang memotong sayuran. Bisa tidak kau yang ambil bumbu itu sendiri?" Ucap Serly.

Aku mendesah, "Serly, kita harus bekerja sama. Aku sedang mengaduk sup ini." Ucapku kesal.

Serly melirik dengan mata tajam, "Ya, tapi kau selalu menyuruhku, Edward. Apa kau tidak bisa ambil sendiri sekali-sekali?" Ucap Serly dengan suara keras.

Suasana dapur mendadak tegang. Kak Silvia dan Kak Lucy saling berpandangan, tetapi memilih diam agar kami bisa menyelesaikannya sendiri.

"Aku hanya minta tolong, Serly," kataku dengan nada sedikit lebih keras dari yang aku inginkan. "Tidak perlu membesar-besarkan."

Serly meletakkan pisau dengan sedikit keras di meja. "Kakak selalu begitu. Selalu minta tolong, tapi tidak pernah melihat kerja keras orang lain!" Ucap Serly marah meninggalkan dapur.

Kak Lucy akhirnya masuk menengahi. "Sudah, sudah, kalian berdua. Ini malam yang seharusnya penuh kebahagiaan. Jangan dirusak dengan pertengkaran." Ucap kak Silvia sambil melerai.

Aku menghela napas panjang. "Baik, aku akan ambil bumbunya sendiri." Aku berjalan menuju rak dengan perasaan campur aduk.

Kami akhirnya menyelesaikan masakan dengan suasana yang sedikit lebih tenang.

Ketika akhirnya makanan siap, anak-anak berkumpul di ruang makan, menikmati hidangan sederhana namun lezat yang kami siapkan.

Tawa dan cerita mengisi ruangan, menciptakan suasana keakraban yang begitu hangat.

Di tengah pembicaraan, Kak Lucy berdiri mencari perhatian. "Anak-anak, aku punya berita penting," Ucap nya, membuat semua mata tertuju padanya.

"Aku ingin kalian tahu bahwa Kakak kalian ini," katanya sambil menunjuk ke arahku, "telah menguasai sihir tanpa menggunakan mana." Ucap kak lucy dengan penuh percaya diri.

Seketika, seisi ruangan terkejut. Anak-anak saling pandang dengan mata terbelalak, sementara Kak Silvia tampak tak percaya.

"Benarkah, Lucy? Bagaimana mungkin?" tanya Kak Silvia, suaranya penuh keheranan. "Seorang anak tanpa mana bisa menggunakan sihir? Itu... itu tidak masuk akal." Ucap kak Silvia, penuh kebingungan.

Kak Lucy tersenyum lebar, "Tentu saja itu karena ku. Aku melakukan eksperimen menggunakan buku kuno yang kutemukan di dungeon waktu itu, apa kau masih ingat?." Tanya kak Lucy membuat kak Silvia terkejut.

" Tentu aku masih ingat, itu pertempuran yang sangat menghibur ku." Ucap kak Silvia, mengingat perjalanannya di Dungeon.

" Kau tau Silvia, Buku yang asal kuambil itu ternyata sangat bermanfaat, didalamnya berisi tentang misteri dunia ini sebelum terjadinya ledakan mana!" Ucap kak Lucy sambil memamerkan buku kuno.

Mata kak Silvia terbelalak, tidak percaya. " Benarkah? Itu harta yang paling berharga, syukurlah kau mengambilnya. " Ucap kak Silvia lega.

Tiba tiba Anak-anak segera mengerumuniku termasuk Serly, wajahnya terlihat nampak senang dan bahagia, mereka penasaran bagaimana aku bisa menggunakan sihir tanpa mana.

Aku tersenyum dan mulai bercerita, "Di dalam latihan ku, Aku harus mempercayai cahaya dalam diriku. Selain itu, aku menggabungkan teknik menyatu dengan alam yang diajarkan oleh Kak Silvia."

Kak Silvia dan Kak Lucy terkejut. Mereka menatap ku dengan tatapan penuh tanda tanya. " Edward Apa kau tidak berbohong kan ?" Tanya Kak Lucy dengan penasaran.

"I... Iya, aku tidak berbohong, ketika latihan tadi aku mencoba untuk menggabungkan semua teori sihir dan Beladiri." Ucapku gugup.

Kak Lucy memegang pundakku. "Edward, aku beri tahu sihir dan beladiri itu sesuatu yang tidak bisa digabungkan dalam satu teknik. itu hal yang tabu, dan itu mustahil dilakukan." Ucap Kak Lucy.

" Benarkah? Aku tadi cuma mencobanya, tanpa kusadari aku menggabungkannya." Ucap ku bingung.

Kak Silvia berdiri mendekat. "Bisakah kau tunjukkan kepada kami, Edward?" pinta Kak Silvia dengan mata berbinar.

Aku mengangguk, "Tentu saja. Perhatikan baik-baik." Ucapku dengan penuh keyakinan.

Aku berdiri di tengah ruangan, menarik napas dalam-dalam. Menutup mata, aku merasakan energi alam di sekitarku, mengalir melalui tubuhku seperti arus sungai yang tenang.

Aura mana berwarna putih dan hitam menyelimuti tubuhku, membuat sebuah pusaran mana melingkar, berputar memutari semua bagian tubuhku.

Perlahan, tanganku mulai berpendar dengan cahaya lembut. Ketika kubuka mata, sebuah bola cahaya berwarna hitam muncul di telapak tanganku, melayang-layang dengan anggun.

Aku juga merasakan semua panca indraku menjadi semakin tajam, aku mampu mendengar setiap nafas yang mereka hembuskan.

Kak Silvia melihat ku dengan tatapan serius, dia masih belum percaya, dia mengambil sebilah pisau dapur.

" Edward apa bila kamu bisa menggunakan teknik penyatuan alam, maka mestinya kau bisa menghindari pisau ini." Ucap kak Silvia sambil melempar pisau.

" whouss" Pisau itu melesat cepat bagaikan kilatan cahaya, namun dipandang ku pisau itu terbang dengan lambat, membuatku dengan mudah menghindarinya.

Anak-anak menatap dengan mulut ternganga, terpana oleh pemandangan itu. "Wow, itu luar biasa, Kak Edward!" seru salah satu dari mereka.

Kak Silvia tersenyum, bangga. "Ternyata Benar yang di katakan Penyihir kuno itu, dia melihat potensi besar dalam dirimu, meskipun kamu tidak memiliki mana, namun aku tidak menyangka akan melihat bakatmu secepat ini." Ucap Kak Silvia lalu menggosok rambut ku penuh kasih.

Alice berjalan mendekat." Kak Edward bola sihir apa ini? " Tanya Alice polos menunjuk bola cahaya.

"Bola cahaya ini adalah manifestasi dari cahaya dalam diriku," jelasku. "Ini bukan hanya sihir, tapi juga hasil dari kepercayaan dan ketenangan batin."

Kak Silvia dan Kak Lucy saling berpandangan dengan bangga. "Kau telah melakukannya dengan sangat baik, Edward," kata Kak Silvia. "Kami semua bangga padamu."

Serly yang awalnya masih tampak kesal, kini tersenyum. "Kak, itu luar biasa. Aku sungguh sangat bersyukur kamu masih bisa menggunakan sihir walaupun tanpa mana. Owh ya Maafkan aku tadi. Aku hanya lelah." Ucap Serly dengan wajah memerah.

Aku tersenyum dan merangkul Serly. "Tidak apa-apa, Serly. Aku juga minta maaf. Kita memang harus saling mendukung." Ucapku senang mendengar Serly si pemarah ini terlihat seperti anak kucing.

Wajah Serly memerah. " Sialan, jangan sok akrab." Ucap Serly lalu pergi menjauhi, aku bingung betapa cepatnya perubahan mood miliknya.

Keheningan singkat setelah penjelasanku segera digantikan dengan rasa kagum dan syukur.

Kami semua merasakan kehangatan yang tidak bisa digantikan oleh apa pun. Suasana malam itu penuh dengan cinta dan kebersamaan yang tulus.

Sebelum tidur, aku selalu menyempatkan diri untuk melihat langit malam dari jendela kamar.

Di puncak Bukit Gloosween, langit tampak begitu dekat, penuh dengan bintang yang berkelap-kelip.

Aku memejamkan mata, mengingat kembali janji pada diriku sendiri: untuk terus berusaha dan menjadi yang terbaik meski tanpa mana.

Saat kembali ke dalam, aku mendengar Kak Silvia dan Kak Lucy berbicara serius di ruang tengah. Suara mereka samar, namun aku bisa mendengar potongan percakapan. Aku merapatkan telingaku untuk menangkap potongan percakapan mereka tanpa disadari.

Lucy tetap menatap Silvia penuh harap." Kau tau Silvia aku datang sore ini atas inisiatifku sendiri. Aku harap kau ikut bergabung untuk membasmi para monster. Aku tahu kau tidak akan turun tangan untuk membasmi para monster lagi, walaupun Pemimpin mengajak mu untuk kembali, kau pasti menolaknya." Ucap Lucy penuh harap, namun kak Silvia tetap diam.

"Situasi di hutan Rawgle semakin buruk, Silvia ," ujar Kak Lucy dengan suara rendah namun penuh kekhawatiran.

"Para monster terus bertambah jumlahnya dan tingkat kekuatannya semakin meningkat. Kita sudah sangat lelah dan tidak punya banyak sumber daya lagi untuk melawan mereka." Jelas kak Lucy, namun kak Silvia tetap diam mendengarkan, tanpa memberikan tanggapan

Lucy menatap Silvia, kesal. Temannya ini tetap tidak ada semangat juang.

Lucy membuang nafas perlahan. "Tampaknya setiap monster yang kita bunuh, seakan akan mereka kembali hidup dengan kekuatan yang lebih besar. Seminggu lalu, Aku sudah meminta bantuan pada kerajaan untuk mengirim bala bantuan, namun sampai hari ini bala bantuan itu belum datang." Ucap Lucy penuh perasan kecewa.

Lucy memegang erat tangan Silva." tapi aku harap kali ini kamu bisa mempertimbangkannya, anggap saja ini untuk desa tempatmu lahir dan panti asuhan yang kau cintai" Ucap Lucy memegang tangan Silvia lebih erat.

Kak Silvia terdiam, matanya menatap kosong, wajahnya mencerminkan pertempuran batin yang dalam. "Lucy, kamu tahu betapa sulitnya bagiku setelah kepergian ibuku. Aku masih menyesal tidak bisa ada di sampingnya saat dia sakit." Ucap kak Silvia mengingat setiap kejadian yang dia sesali seumur hidupnya.

Air mata mulai membasahi pipi Kak Silvia, dan aku merasa sesak melihatnya. Aku hampir ingin mundur dan membiarkan mereka sendiri, tapi naluriku sebagai adik membuatku berani melangkah maju.

"Aku tidak bermaksud menguping, maaf," ucapku dengan gemetar, menyadari bahwa aku sudah terlalu dekat untuk bersembunyi.

Kak Silvia dan Kak Lucy berbalik padaku, wajah mereka terkejut, mereka tidak menyadari keberadaanku.

Kak Silvia mengusap air mata yang membasahi pipinya, lalu Kak Silvia berjalan mendekat" Edward apa yang kau lakukan disini? , ayo sana cepat tidur, ini sudah malam" Ucap kak Silvia dengan mata yang sembab.

Aku menyeka air matanya. "Maaf kak, Aku sudah mendengar semuanya" Ucapku lalu memeluk erat kak Silvia, membiarkan dia menangis didalam pelukanku.

Setelah beberapa saat situasi mulai mereda, kami memulai pembicaraan serius. "Kak aku pikir aku punya ide yang mungkin bisa membantu."Ucapku dengan tatapan serius.

Kak Lucy terkejut. "Apa yang kamu maksud, Edward ?," tanya Kak Lucy dengan penuh perhatian.

Aku menelan ludah sejenak sebelum melanjutkan, "Dari buku-buku diperpustakaan desa yang pernah kubaca, aku membaca tentang kemungkinan adanya summoner tingkat tinggi di hutan Rawgle. Mereka bisa membangkitkan kembali makhluk mati dan meningkatkan daya serang mereka. Jika kita bisa menemukan dan mengalahkan summoner itu, mungkin kita bisa memutus rantai pemanggilan itu."

Kak Silvia mengangguk perlahan, masih tersirat keraguan di matanya. "Mungkin Skill 'Trun undead' bisa menjadi kunci untuk mengatasi mereka," Ucap kak Silvia, memberikan solusi.

"jadi kita membutuhkan Ahli sihir pengusir,Tapi pasukan pertahanan tidak memiliki ahli sihir yang memapu menggunakan Skill Trun Undead. Mungkin dengan mencari Summoner itu solusi yang lebih mudah. Kita perlu menyusun strategi yang tepat untuk menemukan dan menyerang mereka." Ucap kak lucy serius.

Lucy menghela nafas dalam-dalam, memikirkan semua yang telah dikatakan. "Kamu mungkin benar, Edward, Kita butuh rencana yang matang untuk menghadapi ancaman ini."

Aku melihat kesempatan untuk memperkuat argumenku untuk membantu membujuk Kak Silvia. "Kak Lucy, apakah kamu tahu betapa heroiknya para pasukan pertahanan kita di perbatasan hutan dan desa? Mereka bertarung tanpa kenal lelah, melindungi penduduk setempat dari serbuan monster ini." Ucapku, melirik ke arah Kak Silvia.

"Tapi mereka juga butuh bantuan kita sekarang. Kita harus bertindak sebelum lebih banyak nyawa melayang sia-sia, Kak biarkan aku ikut bergabung di tim pembasmian, aku ingin mengorbankan diri untuk desa ini." Ucapku untuk membakar semangat juang kak Silvia.

Kak Lucy mengangguk setuju, menambahkan, "Mereka telah berjuang dengan gagah berani, tapi semakin banyak monster yang datang, semakin sulit bagi mereka untuk bertahan." Ucap kak lucy sambil melirik kerah Kak Silvia.

Kak Silvia menatapku, terkejut." Tidak Edward, aku tidak akan membiarkan mu ikut didalam perangan, kau belum mengetahui betapa berat perjuangannya." Ucap kak Silvia.

Kak Silvia menatap kedua temannya dengan pandangan penuh kecurigaan. "Baiklah, aku menyerah, kalian yang menang. Aku akan pergi ke hutan Rawgle dan menghadapi mereka. Aku akan menemukan summoner tersebut dan mengakhiri ini." Ucap kak Silvia pasrah.

Aku menepuk tangan Kak Lucy. " Yes, kita berhasil" Ucapku dan Kak Lucy berbarengan.

Kak Silvia tersenyum. " Dasar kalian ini" Ucap kak Silvia, Meskipun muncul rasa ragu dan terluka, Kak Silvia sepakat untuk membawa perubahan yang diperlukan bagi hutan Rawgle dan para pahlawan di perbatasan.

1
Lhe
sukaaa banget
夢見る者
hmm, mayan sih
Darkness zero
up nya lama sekalinya up langsung belasan chapter
Muhammad Rama: Sory bang lama up nya/Frown/, gw juga ada kesibukan jadi nggak bisa up sehari langsung belasan/Sob/, sabar bang pasti up kok setiap hari
total 1 replies
Ulin Nuha
menarik
Gundaro
Total likenya kok janggal? like 151 tapi gak ada komentar, apakah author ngebom like?
wondervilz`
Jangan lupa mampir di karyaku yg berjudul , Life saver the series system
Aili
lanjut Thor!!/Determined//Determined/
Muhammad Rama: Siap /Hey/
total 1 replies
Aili
dah mampir nih/Determined//Slight/
Muhammad Rama: Tanks kak
total 1 replies
Aili
1 /Rose/+ 1 iklan untukmu thor/Determined//Determined/
Muhammad Rama: Oke /Joyful/
Aili: saling² membantu kakak ~/Proud/
total 3 replies
Hudan Nafil
Thor, jaga kesehatan ya? Jangan terus nulis sampe lupa makan dan ridur
Fawwas Tholib
Selalu berkarya thor
Dirhan Saputra
Tetap up bang
Amir Syamlan
Thor jangan lupa istirahat 😂
Ahmad Faldi
Semangat berkarya kak👍
hide my smile
up lah buset
hide my smile: wkwkkwkkk🗿🗿🗿
Muhammad Rama: Sabar bang, gue insyaallah pasti up tapi sehari sekali🤣
total 2 replies
Taru
Sippp mulai seru nih
Taru
Seru banget bang, tolong terus UP gw pasti nungguin setiap hari. /Tongue/
Taru
Hmmm menarik 😜
꧁གMSHKཁ꧂
Bagus banget 😍, pembawaan ceritanya bagus banget, seakan-akan kita jadi edward
꧁གMSHKཁ꧂
Kasihan banget Edward 😭 padahal dia sudah berharap banget dapat kekuatan. Dasar Destrover sialan😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!