NovelToon NovelToon
System Fantasy

System Fantasy

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:13.8k
Nilai: 5
Nama Author: HuaHuaHuaCry

Kehidupan dewasa hendak dijalani Klein, tapi karena suatu hal, dia malah meninggal dan dipindahkan ke dunia lain. Siapa yang memindahkan Klein? Lalu apa tujuannya?

*Update setiap hari, jam 07:00 Wib.
Jika suka dengan karyaku, mungkin bisa dilike? hehe ... ^_^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HuaHuaHuaCry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10. Buku yang Terlupakan

"Hai, teman baru!"

Klein terdiam sebentar, dia masih tidak menyangka dengan sosok Blast yang begitu kuat. "Bagaimana aku tidak bisa merasakannya?"

"Jangan banyak berpikir!" Blast kembali melesat, tangan api yang meledak-ledak kembali diarahkan pada Elizabeth.

Klein sadar, dan segera memasang posisi bertahan, "Liz, kabur!"

"Tapi bagaimana dengan kau ...?"

"Dunia ini, tidak boleh kehilangan sosok terindah sepertimu." Klein tersenyum hangat, meyakinkan Elizabeth untuk pergi.

"Kau ... kau pasanganku! Sama sekali tidak boleh mati!" Elizabeth dengan enggan berpaling, lalu berlari meninggalkan Klein.

"Jangan pergi, domba kecilku!" Saat ingin mengejar Elizabeth, tudung jubah Blast ditarik oleh Klein.

"Ingatlah malam ini Blast, kau akan mati karena mengganggu momen terindahku."

Sorot mata Klein membuat Blast waspada. Dia melepas jubahnya untuk menjauh dari Klein.

"Oh Klein, kau adalah teman baruku, bagaimana jika dirimu membiarkanku mengejar wanita itu?"

Sosok Klein tiba-tiba menghilang, Blast sangat waspada dan segera melihat ke sekitar.

BUAK!

Tinjuan tepat mengenai pipi Blast, tubuh Blast terlempar beberapa meter akibatnya.

Klein tidak mau berhenti, dia segera menghilang dalam sekejap.

Dalam posisi terbaring, Blast menempelkan telapak tangannya di atas tanah.

BOOM!

Seperti jet, Blast mendapatkan kembali posisinya. "Pedas!"

[Intermediate Technique: Fire Boost]

[Mengeluarkan api yang menimbulkan gelombang kejut, sekaligus dorongan, dari telapak tangan maupun telapak kaki]

[Cooldown: 5 detik untuk setiap bagian]

Akibat jurus itu, serangan Klein meleset dari Blast. "Lagi!"

Tinju Klein kembali menerjang Blast, tapi Blast bukanlah pemula dalam bertarung.

Hanya dengan melihat gerakannya saja, Blast seperti petarung jagoan.

Walaupun kecepatan Klein seperti angin, Blast tidak kalah cepat. Apalagi, setiap 5 detik kecepatan Blast akan lebih unggul dari Klein.

BOOM!

Kedua kaki Blast mengeluarkan api, sehingga dia berhasil mendekati Klein.

"Sial, aku terdorong!"

Karena tidak bisa menggunakan kecepatan, Klein memendamkan kakinya ke dalam tanah.

Dia memasang posisi bertahan dalam tinju. "Enduranceku lumayan tinggi, aku bisa bertahan lalu menangkapnya!"

Tapak api yang begitu dahsyat mengenai kedua tangan Klein. Gelombang kejut tercipta, sehingga baju Klein hancur akibatnya.

"Sakit sial!"

Blast tersenyum lebar saat Klein meringis kesakitan.

Melihat kelengahan Blast, Klein berhasil menggenggam tulang selangka Blast, lalu membantingnya dengan teknik judo.

Blast tidak menyangka itu, dia segera mengaktifkan Fire Boostnya, dan melesat menjauhi Klein.

Tapi, dia melakukan kesalahan. Klein tidak pernah melepaskan tulang selangka Blast, sehingga saat Blast melesat, tulang selangkanya hancur dan tercabut.

"ARGGGHHHHHH!!!" Blast merasakan nyeri yang luar biasa, dia tidak bisa menggerakan lengan kirinya lagi.

Melihat itu, Klein segera melancarkan pukulan bertubi-tubi.

Rasa sakit akibat kehilangan tulang selangka, sekaligus dihajar habis-habisan oleh Klein, membuat Blast tidak bisa mempertahankan nyawanya.

Klein terduduk dengan nafas yang berat. "Sial, jika dia binatang buas, mungkin perjuanganku akan ada artinya ...."

"Hebat."

Terdengar suara tepuk tangan dari arah belakang Klein.

Klein segera bangun dan memasang posisi bertarung lagi. "Siapa lagi kau?!"

Akibat gelapnya malam, Klein tidak bisa melihat jelas orang itu. Namun, saat sinar rembulan perlahan menyinarinya, sosok kakak ipar Klein muncul dari balik bayangan.

"Ka, kakak?"

"Huh? Siapa yang kakakmu bangsat."

Klein menghela nafas lega, jika itu musuh, mungkin nyawanya akan berakhir malam itu.

Constantinius membawa Klein di punggungnya. "Seorang bocah mampu mengalahkan petarung jagoan, adikku tidak pernah salah memilih lelaki."

"Berarti, anda mengakuiku sebagai adik kan?"

"Hohoho, tentu saja, jika kau mengalahkanku."

Klein semakin tertunduk lemas. "Bagaimana anda bisa menemukan saya?"

"Elizabeth datang sambil merengek-rengek, dan dengan kecepatan kilatku, aku menemukanmu yang sedang merintih."

"Hahaha, aku tidak bisa membayangkan wajah Liz ...."

***

Pagi hari telah tiba. Klein dirawat oleh dokter-dokter terbaik di kota Glant.

Constantinius memberikan perawatan mewah karena berterimakasih pada Klein.

Jika bukan karena Klein, putri bungsu Keluarga Glant mungkin tinggal nama.

"Klein, maafkan aku ...." Elizabeth merasa bersalah saat melihat kedua tangan Klein yang bengkak.

"Tidak apa-apa Liz, aku adalah pria kuat!" Klein mengelus lembut kepala Elizabeth, dia gemas, ingin sekali menggigit pipi wanita itu.

Elizabeth tidak bisa menahan senyumnya, "Juga, terimakasih karena telah menyelamatkanku,"

"Tidak perlu berterimakasih, pasanganku."

Pipi Elizabeth semakin merona, "Maksudku, pasangan dalam berburu bandit, Klein!"

"Haha, iya, aku paham kok."

Perjalanan kembali dilanjutkan, tapi, kali ini Klein tidak satu kereta dengan Elizabeth.

Constantinius memberi Klein kereta kuda untuk digunakan sendiri. Dia tidak mau adik, kakak, dan pasangannya satu kereta dengan Klein.

"Dengan Elizabeth saja tidak boleh?" Klein memohon pada Constantinius.

"Tidak." Constantinius bahkan menjawab tanpa memandang.

Klein terlihat sedih, Elizabeth juga sama. "Baiklah ...."

....

Dua matahari terik menyengat daratan. Melewati beberapa kota kecil, rombongan Glant semakin dipenuhi oleh warga.

Klein bosan di dalam kereta, dari pagi sampai siang, yang dia lakukan hanya tidur.

"Sial, aku sangat tidak bisa menahan bosan!" Klein melihat-lihat inventorinya, di dalam sana terdapat beberapa buku yang sengaja Klein bawa.

"Baca yang mana ya?" Perhatian Klein terfokus pada suatu buku, yang berjudul Tiang Elemen.

Klein ingat buku itu pernah dia pinjam dari perpustakaan, dan ingin membacanya di penginapan.

Tapi, tepat saat Klein pulang, kejadian Floria terjadi, karena itulah dia lupa dengan buku itu.

"Bolehlah untuk menghabiskan waktu."

Sekian lama Klein membaca, dahinya semakin mengkerut. "Apa? Ini ... HEBAT!"

Tidak disangka, buku yang saat ini dia baca, adalah petunjuk bagaiamana caranya mendapatkan kekuatan elemen.

"Jika aku sudah tahu ini, berarti aku bisa minta yang lain dong dari Elizabeth?" Klein tersenyum licik.

"Baiklah! Mari kita lakukan."

Dalam buku itu, tertulis tahap pertama untuk mendapatkan kekuatan elemen.

"Mengosongkan pikiran, meringankan tubuh, dan memejamkan mata."

Suara berisik roda kereta yang mendecit, langkah kaki para kesatria, dan komunikasi antar warga, perlahan menghilang dari kepala Klein.

Semuanya gelap, sampai dia tidak bisa merasakan tubuhnya sendiri.

Ketika seseorang mencapai perasaan itu, maka langkah kedua bisa dilaksanakan.

"Buka mata!"

Klein berdiri di ruangan gelap yang sangat luas. Terdapat ribuan tiang bendera berjejer mengelilingi tubuhnya.

"Apa ini? Kenapa banyak sekali?"

Tiang-tiang itu adalah lambang elemen yang ada di dunia. Semakin disukai orang itu oleh elemen, maka semakin banyak tiang bendera yang muncul.

Setiap orang diharuskan memilih salah satu tiang, dan tidak akan bisa menggantinya seumur hidup.

Hanya orang tanpa sihir khusus yang bisa sampai ke ruang ini.

"Ini terlalu banyak, bagaimana aku bisa memilih ...?"

[Batas Elemen: 0/5]

Klein terkejut, dia berpikir kembali. "Apakah itu artinya aku bisa memilih 5 elemen? Hebat dong?"

Tanpa banyak berpikir, Klein segera mencari elemen yang menurutnya bagus.

Lambang-lambang elemen yang begitu banyak, membuat Klein sedikit bingung. Ada lambang yang tidak dia ketahui, ada juga lambang yang pernah Klein hafalkan.

"Aku akan mencari petir dulu."

Berjam-jam Klein habiskan untuk mencari elemen itu. Sampai akhirnya, dia menemukan elemen milik wanita kesayangannya.

"Capek ...." Klein menggengam tiang elemen petir, dan seketika tiang itu menghilang ditelan bumi.

[Batas Elemen: 1/5]

"Baiklah, ayo cari yang lain."

[Batas Elemen: 2/5]

[Batas Elemen: 3/5]

[Batas Elemen: 4/5]

[Batas Elemen: 5/5]

[Batas telah dicapai]

[Memulihkan kesadaran ....]

____________________

1
Alpa Alpaa
kapan up bang /Sob//Sob//Sob//Sob/
Alpa Alpaa
hadir bang /Grin//Grin//Grin//Grin/
syirubin nadzri
up thor
Alpa Alpaa
up bang /Smile//Smile//Smile/
Alpa Alpaa: kapan up bang
just a dream: dri kemarin sudahhh, cm lama bgt reviewnya /Sob//Sob/
total 2 replies
Alpa Alpaa
hadir bang
syirubin nadzri
up bang gua yg baca ke 3
just a dream: aman bg, rame ga rame bkl ditamatin kok
total 1 replies
syirubin nadzri
bang up lagi bang
just a dream: siap bg ditunggu
total 1 replies
syirubin nadzri
up bang
syirubin nadzri
up bang up dong
Taufiq Qurahman
first
Vemas Ardian
lah kok kenal?
just a dream: kn ada di tabel ranking
total 1 replies
syirubin nadzri
bang up bang
syirubin nadzri
up lah bang sudah ku tonton video untukmu bang
just a dream: setiap jam 7 bg
total 1 replies
Banak Bincir
MCnya rada eror dikit..
Razali Azli
niat berbagi membawa bencana pada yg menerima. kasihan si wanita
Saman
menarik, tak simak kelanjutannya borr
just a dream: makasiiiiiii
total 1 replies
Ziren
keren
Ziren
floria 😢😢
Ziren
keren thor, lanjut terus
just a dream: makasiii /Whimper//Whimper/
total 1 replies
Ziren
seru nih, semangat thor !
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!