Laura Charita tidak tau kalo laki laki mabok yang akan melecehkannya adalah bos di tempat dia baru diterima kerja.
Laura bahkan senpat memukul aset laki laki itu walau agak meleset dan menghantamkan vas bunga ke kepalanya hingga dia pingsan.
Ini cerita Erland Alexander, ya, anak dari Rihana dan Alexander Monoarfa. Juga ada cucu cucu Airlangga Wisesa lainnya
Semoga suka....♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Negoisasi
Tubuh Laura masih gemetar karena ledakan emosi di dalamnya. Rasanya dia ingin berteriak lagi kalo ngga ingat siapa laki laki mesum di depannya ini siapa. Tadi saja dia lupa dan kelepasan.
Laki laki mesum itu kini dengan tanoa dosa dan tanpa beban duduk kembali di kursinya. Malah terkesan mengacuhkannya yang sudah mau mengeluarkan asap di telinga dan matanya .
Laura melakukan inhale dan exhale beberapa kali untuk meredakan gejolak bara emosi di dalam rongga dadanya. Dia harus tenang dan menghadapi bos mesumnya ini dengan kepala dingin.
Untungnya dia ngga punya penyakit darah tinggi. Kalo saja ada, mungkin dia sudah kena stroke atau kejang kejang.
"Oke, oke. Aku minta maaf, tuan. Jangan laporkan aku." Terpaksa Laura harus menurunkan harga dirinya. Laki laki mesum ini bisa melakukan apa saja. Pembelaannya ngga akan ada gunanya. Pasti ngga akan di dengar dan ngga ada yang mau percaya.
Dia sidah terjebak dalam situasi dan kondisi yang salah. Laki.laki itu benar, siapa pun pasti akan menyamakannya yang open BO di sana. Laura berusaha berpikir jernih. Dia memang jadi pihak yang harus memohon.
"Bisa turunkan nada suaramu. Kamu tidak seperti orang yang sedang meminta tolong." Erland masih saja menatap layar laptopnya.
Kedua tangan Laura mengepal kuat karena menahan emosi yang sudah reda kini membara lagi.
"Ya. Aku minta maaf, tuan muda." Suaranya terdengar bergetar. Jika bukan karena memikirkan mamanya, dia ngga akan mau semengalah ini.
Erland mengalihkan tatapnya yang setajam elang itu padanya Wajah laki laki itu datar dan dingin, sesuai dengan persepsi kedua sepupunya-Nevia dan Karla padanya.
"Rapikan rambutmu."
"Ap....apa?" Agak terkaget juga Laura mendengar kalimat bos mesumnya yang di luar perkiraannya.
"Ya," sahutnya lagi.
Bagai anak kecil yang menurut setelah dikasih permen, Laura merapikan rambutnya , membuat cepolan asal asalan karena ngga ada cermin.
Padahal dia sendiri yang menguraikannya, sungutnya dalam hati.
Tanpa Laura sadari mata tajam Elang terus menatapnya. Saat Laura tanpa memikirkan efek dari tindakannya yang sangat santai mengangkat kedua tangannya untuk merapikan rambut panjangnya di depan bosnya.
Elang mengalihkan pandangannya.
Gadis ini sangat seksi, batinnya memuji.
Leher jenjang putihnya sudah terpampang kini, juga tengkuknya.
Sialan. Baru kali ini Erland punya pikiran kotor pada seorang perempuan.
"Kamu lihat luka di kepalaku?" Telunjuk Erland mengarah ke sana saat gadis itu sudah selesai mencepol rambutnya.
"Ya."
Tentu saja lihat. Aku yang sudah membuatnya, jawab Laura dalam hati.
"Kamu yang bertugas mengganti perbannya."
"Aku bukan perawat. Nanti akan aku panggilkan perawat yang aku kenal."
Erland mendengus.
"Kalo ngga mau, ya, sudah." Erland dengan tak acuh menatap laptopnya lagi.
Laura tersadar, dia sudah salah bicara.
"Oke. Tapi kalo tambah parah jangan salahkan, aku."
"Hemm...., sekarang kamu boleh keluar."
Laura terpaku, telinganya seakan tuli.
"Tapi anda tidak akan melaporkan saya, kan?" ucapnya seolah meminta kepastian.
"Tergantung."
"Tergantung apa?"
"Semakin kamu patuh, semakin aku akan mempertimbangkannya."
SIALAAAN, jerit Laura dalam hati. Dia terpaksa mengalah lagi.
"Baiklah, kalo begitu. Saya permisi." Tanpa menunggu jawaban bos mesumnya, Laura segera membalikkan tubuhnya dan melangkah kan kakinya dengan cepat meninggalkan ruangan yang ingin dia obrak abrik.
Senyum miring Erland terkembang.
Belum lagi sekretarisnya membuka pintu, pintu sudah terdorong dari luar.
Jayden.
Laura hanya mengangguk sopan saat melewati sosok laki laki bertampang agak bule itu.
"Halo manis," sapa Jayden dengan rayuan mautnya.
Laura bergidik dan melanjutkan langkahnya. Dia sudah ingin segera berada di ruangannya.
Circle mesumnya.
Saat Jayden masih memperhatikan kepergian gadis yang dia yakini sangat cantik itu, walau ditutupi dengan penampilan sederhananya, suara deheman Erland menahannya.
"Tutup pintunya."
"Siap bos," kekehnya sambil menutup.pelan pintu ruangan Jayden.
"Kok, aku baru tau ada perempuan secantik itu di sini," ucapnya sambil mendekat.
"Dia pengganti Jacinta."
"Oooh .... " senyum Jayden melebar.
"Aneh Nathalia ngga complain," lanjutnya lagi dengan heran.
Sepupunya itu sangat alergi melihat perempuan cantik yang bekerja di perusahaan ini. Apalagi jadi sekretaris Erland. Dulu dia pun membenci Jacinta.
Erland menatapnya kesal
"Jangan ganggu dia."
"What's?"
"Ucapanku ngga jelas?"
Bukan ngga jelas, tapi baru kali ini Erland melarangnya menggoda perempuan perempuan yang ada di perusahaannya.
Sesaat dia terkejut, nggak lama kemudian tawanya berderai lagi. Kali ini lebih keras.
"Oke, oke. Itu bagianmu. Aku ngga akan ikut ikutan," ucapnya sambil mengangkat kedua tangannya ke atas.
Erland melengos, kembali dengan sikap tak acuhnya.
"Ngapain kamu pulang. Sudah bosan dengan mantannya si dokter?"
Jayden makin tergelak. Teringat lagi malam malam panasnya dengan si cantik yang disia siakan sang dokter demi adik kembarnya yang galak.
"Kali ini kamu salah. Aku yang ditinggalkan olehnya."
Erland mengulaskan senyun miringnya. Sama sekali ngga bersimpati dengan nasib buruk sepupunya.
Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah sekretarisnya saja. Si cantik yang sudah menganiaya dirinya itu nampaknya kini sudah takkuk dengannya. Taringnya sudah ngga ada lagi, tapi mungkin akan muncul sesekali.
Erland akan menyusun banyak rencana balas dendam yang manis untuknya.
"Beneran, nih, aku ngga boleh ganggu sekretaris barumu itu?" Jayden sengaja menggoda Erland yang tampak fokus dengan layar laptopnya. Dia sudah duduk di depan Erland.
"Hemm....."
"Apa ini artinya kamu akan menyusul Eldar dan Jennifer?" ledeknya.
"Hemm...!" Kali ini suara dehenamannya agak lebih Erland tekankan.
Tawa Jayden meledak lagi. Tapi Erland ngga merubah ekspresi datar dan dinginnya.
Tapi dalam hatinya, Jayden sangat penasaran dengan sosok perempuan yang beruntung itu.
*
*
*
Laura menghembuskan nafasnya kuat kuat saat sudah berada di dalam ruangannya.
Dia terduduk lemas di kursinya.
Nevia dan Karla sudah pasti tau, kan, batinnya menuduh.
Adalah aneh dua hari yang lalu kedua sepupu itu mengajaknya bertemu tanpa Alisha dan ngomong ngalor ngidul ngga jelas.
Jika saja kedua sepupu itu sudah mengatakan kebenaran tentang ini, dia pasti akan langsung resign. Pertemuan ini ngga akan terjadi.
Laura memijat kepalanya yang jadi pusing.
Sekarang dia harus mempersiapkan mental dan emosinya agar lebih kuat dan sabar menghadapi apa pun keinginan laki laki mesum itu.
Tapi jika bos mesumnya itu berani meminta seperti yang sudah pernah dia dapatkan di malam apesnya itu, Laura akan menolaknya mati matian.
Kalo perlu dia akan melukainya lebih parah lagi.
Memikirkan sampai di sana saja sudah membuat aliran darahnya memanas lagi.
DinDut Itu Pacarku Mampir