Jerat PINJOL

30 menit kemudian, Lili sudah berganti pakaian, dengan motor matic milik Dea kini keduanya langsung berangkat menuju pasar Tradisional.

Tiba di pasar, Lili menggandeng tangan Dea, Cincin tadi sudah di pakai oleh Lili karena Dea merasa malas bila harus membuka pembicaraan dengan orang baru.

Berhenti di toko Mas Bintang Terang, Lili langsung bertanya pada penjaga toko, Dea hanya memperhatikan saja, berdiri di belakang punggung Lili agar tidak menganggu pembeli atau penjual toko Mas ini.

"Ternyata Emas Asli, De," Lili terkekeh sambil menoleh ke arah Dea.

"Jual, Li," jawab Dea dengan cepat.

"Ntar dulu, ih," Lili menjawab dengan berbisik, Dea hanya bisa patuh.

Tawar menawar terjadi antara Lili dan Penjaga toko, Dea sudah senang sekali karena sebentar lagi Dea bisa membayar iuran SPP anak-anaknya.

"Kenapa gak jadi di jual," protes Dea saat Lili merangkul bahunya, Lili membawa Dea menjauh dari toko Mas ini.

"Gue rasa harga ini Cincin bisa lebih dari 5 juta, Kita coba toko yang lain dulu, ada banyak toko Mas di sini, sabar yah," jawab Lili dan Dea membulatkan matanya.

"Lu serius? 3 juta aja tadi udah cukup buat gue dan sisanya bisa buat lu," jawab Dea dan Lili berdecak.

"Lu tetep di belakang gue aja, Gue yakin ini harganya sekitar 8 jutaan," balas Lili dengan semangat tapi tidak dengan Dea, Dea pesimis, Dea takut nantinya harga Cincin ini akan lebih rendah dari harga penawaran toko Bintang Terang.

Dan saat di toko Mas ke dua yang di datangi Lili dan Dea, Lili langsung bertanya pada penjaga toko, tawar menawar dan benar apa yang Lili katakan tadi, Toko Mas ke 2 ini berani membayar 5 juta rupiah tapi Lili tidak setuju menjual, Dia akan menjual Cincin milik Dea dengam harga 8 juta.

Di toko ke 3 yang didatangi Lili dan Dea, harga cincin ini di nilai dengan 7 juta rupiah, Lili masih bersikeras dengan harga jualnya 8 juta rupiah.

"Kalo suratnya ada, kita berani bayar 8 juta," ucap Koko pemilik toko Mas Gunung kawi.

"Kalo suratnya masih ada, saya jual 10 juta lah," jawab Lili dan Dea tersenyum tipis, sahabatnya pandai sekali dalam bertransaksi.

"7 juta lah," Koko pemilik toko seperti nya menyukai Cincin milik Dea.

"7 setengah lah Ko," Lili tidak ingin ditawar terlalu rendah, Lili yakin sekali dengan taksiran harga Cincin milik Dea.

"Yah udah Ok lah," jawab si Koko dan Lili tersenyum sambil mengedipkan matanya pada Dea.

Uang 7 juta 5 ratus sudah masuk ke dalam tas Dea, Lili tidak ingin memegang uang tersebut.

"Yuks balik,"

"Gak makan Mie yamin dulu, Li?" tanya Dea saat Lili merangkul bahunya berjalan menjauhi toko Mas yang membeli cincinnya Dea.

"Mending makan di rumah gue, gue udah masak, yuks balik," balas Lili dan Dea kembali menurut.

Motor sudah melaju kembali, kembali ke rumah Lili dan rumah masih kosong, anak-anak Lili sekolah dan pulang jam 4 sore nanti, hampir mirip dengan anak-anaknya Dea.

"Li...gue serius. Tadi waktu di rumah, gue berharap itu Cincin beneran Emas dan bisa gue jual dengan harga 2 juta 5 ratus maksimal 3 juta lah" ucap Dea lagi, Sepanjang perjalan di motor tadi Dea terus berbicara tentang rasa takjubnya akan harga cincin tadi.

"Trus?"

"Jadi ini lebihnya punya lu, Lu yang usahain," balas Dea dan Lili tersenyum, Dea menyerahkan sisa uang itu langsung ke tangan Lili dan Ini lah yang membuat Lili sangat menyayangi Dea, Dea itu orang baik, dia royal pada orang yang dia anggap dekat dan tidak pernah berhitung tentang untung dan rugi dengan sahabatnya.

"Ok...gue terima duit dari lu yah, De. Thanks banget, duit ini besar buat gue saat ini," ucap Lili tidak ingin mengecewakan niat baik Dea dan Dea tersenyum tulus, tidak sedikit pun Dea merasa dirugikan saat Lili menerima uang itu.

Lili berdiri lalu berjalan ke ruang tamu dan kembali dengan membawa selembar kertas juga pulpen.

"Boleh gue tau...utang lu kemana aja?" tanya Lili pada Dea, Dea tertawa lalu menerima kertas polio dan Pulpen dari Lili.

"Gue cuma pengen tau, De. Boleh yah, lu jangan ke singgung," pinta Lili dan Dea tersenyum.

Dea membuka layar handphone nya, ada aplikasi Note dan kemudian Dea memberikan handphone nya pada Lili.

"Gue udah catet semua disini,"

Lili membacanya di dekat Dea.

"Ampir 11 juta, De."

"Iya," jawab Dea malu, Malu karena ini kali pertama Dea memiliki hutang, awalnya hanya 6 juta uang di pinjam oleh Mama Dion tapi karena uang pinjaman itu berbunga tinggi dalam waktu 3 bulan saja hutang itu sudah menjadi 11 juta rupiah.

"Yang paling Urgent yang mana, De?"

"Uangkaget sama Adakamu," jawab Dea sambil mengisap lagi rokoknya.

"Total nya 4 juta 8 ratus," Lili berkata setelah Dea memberitahukan tentang 2 aplikasi yang harus di bayar oleh Dea.

"Iya, tapi tenang aja, Li. Jatuh temponya masih 2 hari lagi kok," cepat-cepat Dea menjawab.

Lili mengambil tas nya, lalu mengeluarkan handphone dan memasukan uang cash yang tadi diberikan oleh Dea.

"Gue udah transfer ke lu,"

"Buat apaan?" tanya Dea pada Lili, notive mbangking masuk, uang masuk sebesar 4 juta 8 ratus sudah masuk ke rekeningnya Dea saat ini.

"Itu kado ultah lu dari gue, besok lu kan ultah," balas Lili dengan tertawa, Dea membulatkan matanya, Lili mengingat baik hari ulang tahun nya Dea sedangkan Dea tidak memikirkan tanggal kelahirannya sendiri, yang Dea pikirkan hanyan tanggal jatuh tempo hutang-hutangnya saja.

"Tapi uangnya bayarin si Adakamu sama uangkaget yah, De. Maafin gue....gue gak bisa bantuin lu, gue begini adanya," ucap Lili dan tanpa berkata-kata lagi Dea langsung memeluk Lili. Tidak ada percakapan saat Dea dan Lili saling berpelukan saat ini, mereka bicara dalam hatinya masing-masing.

Tidak ingin mengecewakan Lili yang sudah berbaik hati pada dirinya, Setelah pelukan teruai, Dea membuka aplikasi uangkaget, mencopi nomor Virtual akun dan segera melakukan transfer, selesai dengan uangkaget, Dea membuka aplikasi Adakamu, mengcopi lagi nomor Virtual akun dan membayar tagihan di mbangking nya.

"Done Li, Thank Alot,"

"You welcome," balas Lili, Lega rasanya bisa melihat Dea tersenyum untuk kesekian kalinya hari ini, Lili senang bisa membantu sahabatnya walaupun hanya berupa bantuan tenaga saja.

"BTW umur lu besok berapa taun, De?" tanya Lili dan Dea berdecak.

"Pake acara nanya umur lagi, Gue dah tua lah," dan Lili terkekeh saat melihat Dea kesal

"Sama gue juga, gak berasa udah 41 tahun aja gue ge," Lili berkata dan Dea ikut tertawa.

"4+1 \= 5, nih duit cash nya 500 rebu, lu boleh beli fizza atau b'day cake," dengan cepat uang 500 ribu diberikan Lili pada Dea, masih uang penjualan cincin itu juga karena sebenernya Lili tidak ingin menerima uang pemberian dari Dea ini.

"Lu ini serius?" Dea tidak habis pikir dengan Lili saat ini.

"Duarius," balas Lili dengan yakin, Lili kini yang memeluk Dea lebih dulu, Dea membalasnya dengan hangat, rasa nyaman begitu Dea rasakan, Beban pikirannya berkurang karena pelukan dari orang terdekatnya.

"Sabar yah De, jangan pernah punya pikiran gue bakal jauh dari lu. Gue bakal selalu ada buat lu, Lu sahabat gue, sodara gue, masalah lu jadi masalah gue juga tapi maaf....kondisinya gue gak bisa bantu lu soal duit," ucap Lili menyesal karena membiarkan Dea sendiri menanggung beban masalah hutangnya selama 3 bulan ini.

Dea meneteskan airmata nya, kata-kata dari Lili benar-benar menyentuh hatinya yang sedang kosong.