NovelToon NovelToon
Petualangan Sang Pendekar Di Dua Negeri

Petualangan Sang Pendekar Di Dua Negeri

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Perperangan
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ikri Sa'ati

Cerita ini mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang pendekar sakti. Bermula dengan tidak diakui sebagai anak oleh ayahandanya, sedangkan dia belum mengetahui.

Tahunya dia ayahandanya yang sebagai seorang raja telah mati terbunuh saat perang melawan pemberontak yang dipimpin oleh seorang sakti berhati kejam, yang pada akhirnya kerajaan ayahandanya berhasil direbut.

Hingga suatu ketika dia harus terpisah juga dengan ibunda tercintanya karena suatu keadaan yang mengharuskan demikian pada waktu yang cukup lama.

Di lain keadaan kekasih tercintanya, bahkan sudah dijadikan istri, telah mengkhianatinya dan meninggalkan cintanya begitu saja.

Namun meski mendapat berbagai musibah yang begitu menyakitkan, sang pendekar tetap tegar menjalani hidupnya.

Di pundaknya terbebani tanggung jawab besar, yaitu memberantas angkara murka di dua negeri; di Negeri Mega Pancaraya (dunia kuno) dan di Mega Buanaraya (dunia modern) yang diciptakan oleh manusia-manusia durjana berhati iblis....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 2 PROLOG Part. 2: PEMBERONTAKAN YANG GAGAL TAPI MEMBAWA HIKMAH

Waktu bergulir dengan begitu pesat tanpa terasa....

Permaisuri Dyah Kusuma Arum Nareswari telah melahirkan seorang putra yang tampan lagi sehat yang dia beri nama Pangeran Pandu Wiranata.

Prabu Gandara menambahkan pada ujung nama sang pangeran dengan nama leluhurnya, yaitu Bandawasa. Sedangkan sang ibu tercinta menambahkan pada ujung putra kinasihnya itu dengan nama leluhur ayah aslinya, yaitu Brawijaya.

Namun cuma dia sendiri yang tahu, tanpa memberitahukannya kepada Prabu Gandara. Karena pasti hal itu akan berakibat buruk terhadapnya.

Tanpa terasa Pangeran Pandu Wiranata sudah tumbuh besar dengan sehat dan selamat. Dan Prabu Gandara tidak hanya sekedar mengakui sang pangeran sebagai anaknya saja. Dia benar-benar menyayangi Pangeran Pandu melebihi dari anak-anaknya yang lain.

Tidak hanya sekedar menyayangi saja, tapi Prabu Gandara juga mengajarkan ilmu silat dan kesaktian kepada Pangeran Pandu. Karena dia melihat Pangeran Pandu, di samping memiliki bakat alami, sang pangeran juga memiliki postur tubuh yang bagus dan susunan tulang yang ideal dan unik.

Prabu Gandara Bandawasa tidak tanggung-tanggung, bahkan dia mengajarkan hampir seluruh ilmunya kepada Pangeran Pandu, sang putra kesayangan.

Hingga akhirnya terjadi sebuah peristiwa yang besar yang tidak disangka-sangka oleh sebagian besar orang, termasuk Prabu Gandara sendiri.

Ketika Pangeran Pandu genap berumur 170 tahun, sudah memiliki segudang ilmu olah kanuragan dan kesaktian yang hebat, sudah memiliki sekian ribu pasukan, pangeran tampan itu melakukan pemberontakan terhadap Prabu Gandara.

Apakah yang memicu Pangeran Pandu Wiranata melakukan hal gila semacam itu?

Hal yang melandasi Pangeran Pandu Wiranata melakukan aksi pemberontakan adalah karena Permaisuri Dyah Kusuma Arum, sang bunda tercinta memberitahukan kepadanya kalau Prabu Gandara Bandawasa bukanlah ayah asli atau ayah kandungnya.

Ayah kandungnya yang sebenarnya bernama Prabu Rahandhika Abhirama Brawijaya, dan telah dibunuh oleh Prabu Gandara. Sedangkan Kerajaan Linggapura ini sesungguhnya adalah milik ayahnya yang telah direbut oleh manusia berhati iblis itu dalam perang besar 170 tahun yang lalu.

Loh, kenapa Permaisuri Dyah Kusuma Arum memberitahukan kepada putranya, Pangeran Pandu kalau ayah kandungnya telah dibunuh oleh Prabu Gandara?

Apakah sang permaisuri sengaja membohongi putranya demi memicu api dendam dan amarah sang putra kepada Prabu Gandara?

Tentu saja tidak, Permaisuri Dyah Kusuma Arum tidak bohong kepada Pangeran Pandu. Sang permaisuri mengatakan hal yang sebenarnya yang dia ketahui.

Karena pada suatu kesempatan Permaisuri Dyah Kusuma Arum menanyakan mengenai perihal Prabu Rahandhika kepada Prabu Gandara. Dan langsung dijawab oleh raja yang kejam itu kalau dia telah membunuh Prabu Rahandhika.

Yang sesungguhnya berbohong adalah Prabu Gandara sendiri. Dan Permaisuri Dyah Kusuma Arum percaya begitu saja tanpa berpikir panjang. Dan memberitahukan kepada putranya tanpa bercuriga.

Maka meletuslah perang besar ke dua yang cukup dahsyat yang tidak kalah hebatnya dengan perang pertama. Namun kali ini peperangan itu antara kubu Pangeran Pandu Wiranata melawan kubu Prabu Gandara Bandawasa, ayah sambungnya.

Bagaimanakah kesudahan dari hasil perang besar ke dua itu? Tentu hasilnya sudah dapat ditebak. Pangeran Pandu harus menerima nasib yang amat buruk. Dia dan pasukannya kalah dengan amat telak dalam perang besar ke dua tersebut.

Pasukan Prabu Gandara jumlahnya amat banyak, melebihi jumlah pasukan Pangeran Pandu. Yang mana pasukan Prabu Gandara didukung oleh para senopati dan para ksatria tangguh.

Dalam perang besar itu separuh pasukan Pangeran Pandu telah terbunuh, sebagiannya ditangkap oleh pasukan Prabu Gandara. Sedangkan sebagian lainnya masih ada yang sempat menyelamatkan diri.

Semenetara nasib nahas menimpa Pangeran Pandu Wiranata. Dia bersama dua orang ksatria tangguhnya berhasil ditangkap oleh Prabu Gandara. Kemudian mereka dikurung ke dalam penjara khusus.

Tidak cuma dikurung, Prabu Gandara menyegel kesaktian mereka sekaligus memasukkan semacam ilmu kesaktian tapi sesat yang nantinya mereka akan menjadi manusia siluman. Lebih tepatnya mereka akan dijadikan siluman naga.

Adapun 2 orang ksatria tangguh itu adalah Sindhu Nayaka dan Jakawirya Mandala, 2 senopati yang tergabung dalam 15 Ksatria Pedang milik Prabu Gandara.

Sementara pasukan Pangeran Pandu Wiranata yang tertangkap, Prabu Gandara tidak membunuh mereka. Melainkan manusia berhati kejam itu menjadikan mereka sebagai pasukannya. Dan yang berilmu cukup tinggi, Prabu Gandara menjadikan mereka sebagai pasukan siluman.

★☆★☆

Sekarang, bagaimanakah nasib Permaisuri Dyah Kusuma Arum Nareswari?

Sebelum meletus perang besar itu, Pangeran Pandu Wiranata mengumpulkan orang-orang pentingnya untuk membicarakan mengenai penyelamatan terhadap ibundanya.

Maka begitu pertempuran sudah meletus, maka orang-orang yang sudah ditunjuk oleh Pangeran Pandu Wiranata yang terdiri dari 4 ksatria tangguh melaksanakan tugas mereka.

Yaitu menyelamatkan ibunda sang pangeran, Permaisuri Dyah Kusuma Arum. Dan 4 ksatria itu yang dibantu oleh Pasukan Khusus Pangeran Pandu berhasil melaksanakan tugas mereka dengan baik.

Lebih dari pada itu Prabu Gandara Bandawasa beserta seluruh pasukannya tidak berhasil menggagalkan proses penyelamatan itu, karena tidak seorang pun dari mereka yang tahu dan menyadarinya.

Adapun empat ksatria itu antara lain: Rangga Pranala, salah satu Pengawal Pribadi Pangeran Pandu; Bagaspati Pranajaya, Sentanu Adhilaga, dan Nandita Zahira.

Tiga orang ksatria itu dulunya merupakan 3 orang Ksatria Pedang-nya Prabu Gandara. Setelah itu mereka memilih bergabung bersama Pangeran Pandu.

Turut juga diselamatkan bersama Permaisuri Dyah Kusuma Arum adalah kedua anaknya, laki-laki dan perempuan, hasil dari pernikahannya dengan Prabu Gandara. Mereka bernama Pangeran Arya Mahesa dan Putri Nayra Anindyaswari.

Dan juga seorang pelayan setia dan kepercayaan sang permaisuri yang bernama Dayang Hastari ikut juga diselamatkan.

Ada suatu hal yang tak terduga pula, salah seorang patih Prabu Gandara sekaligus Pengawal Pribadi Permaisuri Dyah Kusuma Arum yang bernama Patih Cempaka Wangi juga ikut dalam rombongan.

Sehingga dengan ikutnya Patih Cempaka Wangi dalam rombongan, menjadikan penyelamatan terhadap Permaisuri Dyah Kusuma Arum dan kedua anaknya menjadi lebih kuat pasukannya dan semakin lancar urusannya.

Bukan tanpa alasan Patih Cempaka Wangi ikut dalam rombongan penyelamatan.

Patih yang masih cantik itu sebenarnya dendam terhadap Prabu Gandara. Karena Prabu Gandara telah membunuh suami tercintanya dengan alasan karena gagal melaksanakan tugas dalam suatu misi yang ditugaskan kepada sang suami.

Namun karena Prabu Gandara lebih hebat dari patih cantik itu, maka dia urung untuk melawan lelaki berhati setan itu. Dan lebih memilih membelot dan bergabung bersama Pangeran Pandu.

Kembali kepada Pangeran Pandu Wiranata....

Dia dan kedua ksatria hebatnya tidak bisa keluar dari Penjara Siluman karena Prabu Gandara telah menyegel kesaktian mereka. Hingga akhirnya mereka hanya bisa menanti di penjara khusus jika sebentar lagi mereka bakalan menjadi siluman sejati.

Namun sebentar lagi Pangeran Pandu, Sindhu Nayaka, dan Jakawirya Mandala akan menjadi siluman, tiba-tiba datang 3 orang tua yang sakti mandraguna mengeluarkan mereka dari Penjara Siluman.

Sebelum aksi penyelamatan dilakukan, mereka mengerahkan dahulu ilmu penyegel tingkat akhir yang menghentikan pergerakan seluruh apa yang ada di Kerajaan Linggapura. Ilmu kesaktian penyegel itu bernama Meredam Buana.

Saking dahsyatnya ilmu kesaktian itu, maka dengan cepat dan mudah ketiga orang sakti tersebut menyelamatkan Pangeran Pandu dan kedua ksatrianya itu, Sindhu Nayaka dan Jakawirya Mandala.

Begitu sampai di gerbang perbatasan antara Kerajaan Linggapura dengan Negeri Mega Pancaraya, mereka menghancurkan jembatan yang menghubungkan antar Kerajaan Linggapura dengan Negeri Mega Pancaraya.

Sedangkan Gandara mengetahui kalau ada orang tengah mengerahkan ilmu penyegel di wilayahnya, dia langsung menduga kalau ada orang sakti yang masuk ke Kerajaan Linggapura.

Dengan kesaktiannya, cuma sebentar Prabu Gandara berhasil memunahkan ilmu penyegel itu. Setelah itu dia dan beberapa orang kepercayaannya langsung ke Penjara Siluman.

Akan tetapi Prabu Gandara terlambat, karena Pangeran Pandu dan kedua ksatria tangguhnya sudah tak ada lagi di Penjara Siluman, sudah berhasil diselamatkan oleh ketiga orang sakti.

Kini lengkap sudah kemurkaan manusia berhati kejam itu yang berlipat-lipat yang harus melampiaskannya kepada siapa.

Anak yang dia didik untuk menjadi seorang pendekar yang tangguh yang akan membatunya dalam menguasai dunia, melakukan pemberontakan kepadanya. Rasanya pedih, pedih sekali!

Sudahnya itu, setelah ditangkap dan akan dijadikan pasukan tangguhnya, sekarang raib entah ke mana dan dibawa oleh siapa. Sementara dia dan semua orang-orangnya sama sekali tidak tahu.

Ditambah lagi Permaisuri Dyah KusumaArum, wanita yang amat dia cintai juga ikut hilang. Sungguh dia amat teledor dalam menjaga permaisurinya itu.

Karena disibukkan oleh anak tirinya yang melakukan pemberontakan kepadanya, sampai-sampai dia tidak menyadarinya. Sungguh menyebalkan!

Kemurkaannya masih pula belum reda, ditambah lagi dengan menyaksikan jembatan penghubung antara Kerajaan Linggapura dengan Negeri Mega Pancaraya telah rusak dengan amat parah.

Sehingga untuk mengejar Permaisuri Dyah Kusuma Arum Nareswari yang melarikan diri dan untuk mengejar ketiga orang sakti yang telah menyelamatkan Pangeran Pandu menjadi tidak jadi.

Betapa murkanya dia, sampai-sampai dia berteriak dengan keras menggunakan kesaktiannya yang tinggi yang didengar oleh seantero Kerajaan Linggapura.

★☆★☆

Di manakah Pangeran Pandu Wiranata dan kedua ksatria tangguhnya dibawa oleh 3 orang sakti, para penyelamat mereka?

Lebih khusus lagi, di manakah sang pangeran sekarang? Dan siapakah gerangan orang sakti yang berhasil menyelamatkannya?

Ternyata Pangeran Pandu Wiranata dibawa oleh penyelamatnya di tempat atau di kediaman sang penyelamat. Yaitu di sebuah bukit yang amat tinggi.

Saking tingginya bukit itu, sehingga seperti di atas awan. Adapun bukit itu bernama Bukit Naga Awan.

Dinamakan demikian karena bukit itu tampak bagai ular naga yang melingkar di atas awan.

Sementara orang sakti yang telah menyelamatkan Pangeran Pandu bernama Kyai Dharma Saptaraga. Lelaki tua yang sudah berumur 800 tahun lebih itu termasuk dari 10 orang sakti di Mega Pancaraya.

Setelah membawa Pangeran Pandu ke kediamannya, Kyai Dharma Saptaraga lalu menyembuhkan sekaligus berusaha meretas segel yang mengunci kesaktian sang pangeran.

Karena Kyai Dharma Saptaraga adalah termasuk orang yang sakti yang juga memiliki kesaktian penyembuh, maka usaha penyembuhannya telah berhasil.

Namun ternyata Prabu Gandara Bandawasa telah mematri sebuah segel khusus ke dalam tubuh Pangeran Pandu. Sehingga apabila segel khusus itu dibuka, membuat Aura Cakra Pangeran Pandu terlepas dengan liar.

Sehingga menyebabkan kesaktian sang pangeran yang terbuka menjadi tidak stabil.

Maka dengan mengerahkan segala kesaktiannya, Kyai Dharma Saptaraga berusaha menjinakkan Aura Cakra Andhika yang tidak stabil itu.

Hasilnya, usaha Kyai Dharma Saptaraga itu bisa dibilang telah berhasil. Akan tetapi Aura Cakra Pangeran Pandu belum bisa dikatakan stabil dengan sempurna.

Aura Cakra Pangeran Pandu memang amat besar dan ganas. Orang sakti sekelas Kyai Dharma Saptaraga saja belum bisa dengan sempurna meredamnya.

Tetapi sang kyai masih punya solusi. Dengan rutin bersemedi, dengan izin Yang Maha Kuasa Aura Cakra Andhika bisa stabil kembali dengan sempurna.

Selanjutnya, Kyai Dharma Saptaraga mengajarkan seluruh ilmu olah kanuragan dan kesaktiannya kepada Pangeran Pandu. Sembari demikian, Pangeran Pandu terus bersemedi agar Aura Cakra-nya bisa cepat stabil.

Tanpa terasa 30 tahun telah berlalu. Dan Pangeran Pandu Wiranata habiskan di kediaman sang guru, di Bukit Naga Awan....

Aura Cakra Pangeran Pandu kembali stabil dengan sempurna. Juga dia sudah menguasai semua ilmu yang diajarkan oleh Kyai Dharma Saptaraga. Bahkan Pangeran Pandu diwariskan sebuah pedang pusaka yang bernama Pedang Naga Langit.

Pada suatu hari Pangeran Pandu bertanya tentang bagaimana nasib bundanya, Permaisuri Dyah Kusuma Arum?

Kyai Dharma Saptaraga memberitahukan kalau bunda sang pangeran telah berhasil diselamatkan bersama rombongannya.

Dan yang membantu menyelamatkan Permaisuri Dyah Kusuma Arum beserta rombongannya adalah Kyai Ibrahim Saptagiri, salah seorang sakti Negeri Mega Pancaraya.

Tentang di mana tempat Permaisuri Dyah Kusuma Arum dibawa oleh penyelamatnya, Kyai Dharma Saptaraga belum mau memberi tahu kepada Pangeran Pandu. Sedangkan Pangeran Pandu juga sungkan untuk memaksa gurunya memberi tahu.

Tak lupa juga sang pangeran menanyakan tentang nasib kedua ksatria tangguhnya, Sindhu Nayaka dan Jakawirya Mandala. Bagaimana nasib mereka berdua?

Kyai Dharma memberitahukan kalau mereka juga telah berhasil diselamatkan oleh masing-masing penyelamat mereka. Juga penyelamatnya itu berhasil menyelamatkan dari perubahan menjadi siluman.

Selanjutnya, Kyai Dharma Saptaraga memerintahkan kepada Pangeran Pandu untuk segera meninggalkan Bukit Naga Awan. Mengumpulkan kembali sisa-sisa pasukannya yang berhasil menyelamatkan diri saat terjadi peperangan tempo hari.

Setelah itu Pangeran Pandu menyusun kembali rencana untuk melakukan perlawanan lagi kepada Prabu Gandara dan pasukannya.

Kyai Dharma Saptaraga juga memberikan amanah besar kepada Pangeran Pandu untuk memerangi kejahatan, angkara murka dan ketidak adilan di dua negeri; Negeri Mega Pancaraya (negeri kuno) dan Negeri Mega Buanaraya (negeri modern).

★☆★☆★

1
juju Banar
lanjut
Adhie: lanjuuut...
total 1 replies
anggita
chapternya sdh banyak tpi yg mampir baca masih sdikit. klo mau promo novel bisa ke tempat kami. bebas👌
Adhie: makasih kaka...
total 1 replies
anggita
oke thor, terus berkarya tulis, semoga novel ini lancar jaya.
Adhie: terima kasih dukunggannya...
total 1 replies
anggita
wow... naga merah, kuning.
Adhie: hehehe...
total 1 replies
anggita
like👍 dukungan utk fantasi timur lokal.
anggita
gang.. red blue girl 8🙄
anggita
hadiah tonton iklan☝
anggita
tiap chapter cukup panjang 👌
Adhie: itu gaya saya dalam menulis novel kaka... biar agak puas bacanya dalam satu chapter
total 1 replies
anggita
pangeran pandu wiranata..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!