NovelToon NovelToon
Saudara Tiri

Saudara Tiri

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Keluarga / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Menjadi Pengusaha
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: ATAKOTA_

menceritakan seorang anak bernama Alfin dirinya selalu di benci bahkan menjadi bahan olok-olokan keluarganya karena dirinya tidak terlalu pintar akhirnya dirinya berjuang mengungkapkan potensinya hingga dirinya menjadi seorang pengusaha kaya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ATAKOTA_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

rencana kehidupan

"bapak Anton baru datang ya, ada apa ya pak?" tanya Alfin tersenyum bahagia dengan kedatangan pak Anton, dirinya terlihat sedang menyangga tubuhnya di bahu kakaknya untuk membantunya berdiri.

"Wah nak Alfin ya, hmm... ini bapak mau mengantarkan seragam sekolah kamu nak, yang ketinggalan di sekolah. untung saja sudah di selamatkan oleh anak bapak Rin, katanya, ketinggalan pada saat jam olahraga. Jadi karena hari sudah malam bapak saja yang menjadi perwakilan Rin, untuk membantu mengantarkan seragam ini," ucap pak Anton yang sebenarnya merasa miris setelah melihat kondisi Alfin yang tampak sangat memperihatinkan.

"Hah? aaa! I-ya! terimakasih banyak pak!" Balas Alfin yang hendak mengambil seragam tersebut dirinya merasa keheranan dengan pak Anton yang sengaja berbohong demi kebaikan dirinya.

Pada saat hendak menyerahkan seragam sekolah itu, pak Anton. menyempatkan dirinya untuk sedikit menyentuh tangan Alfin pada saat hendak menyerahkan pakaiannya.

"Astaghfirullah, tubuh anak ini sangat panas sekali, sepertinya dia terkena demam tinggi apa yang harus hamba lakukan yang Allah," gumam pak Anton di dalam hatinya karena sangat kawatir kondisi Alfin.

"Terimakasih ya pak," balas Alfin tersenyum lepas seolah tidak terjadi apa-apa.

"Ya nak Alfin, oh iya! itu kalau boleh tahu nak Alfin kenapa wajahnya terlihat pucat dan kenapa tubuh nak Alfin sampai di pangku begitu?" tanya pak Anton dengan raut wajah yang terlihat sangat serius.

Mendengarkan pertanyaan itu Alfin merasa sangat panik memberikan respon seperti apa, kepada pak Anton, terlihat sang ayah sengaja mengedip-edipkan matanya, sebagai isyarat untuk menyuruhnya berbohong.

"Haah, anu, itu!, sa-ya tadi terjatuh dari tangga rumah pak. karena ber maen-maen dengan kakak saya, jadinya sampai di bantu begini pak," balas Alfin tertawa miring berusaha membohongi pak Anton.

"Kakaknya Doni yang mendengarkan saudaranya berbohong, dirinya hanya bisa tertunduk pilu dengan wajah yang terlihat sangat kesal atas tekanan dari sang ayah.

"Oh begitu ya, nak Alfin istirahat dengan baik ya dan bapak namanya?" Tanya pak Anton.

"Saya azkara,"

"Ya Bapak Azkara juga jagain anaknya dengan baik, mungkin saja nak Alfin ini lagi sakit," ucap pak Anton dengan senyuman diwajahnya.

"Iya i-ya, terimakasih karena bapak Anton sudah berbaik hati mengantarkan seragam putra saya dan juga sarannya akan saya lakukan dengan baik," balas ayahnya Alfin terlihat semakin kesal dengan pria yang banyak tanya itu.

"Kalau begitu saya pamit dulu ya pak dan nak Alfin, assalamu'alaikum," ucap pak Anton yang mulai meninggalkan rumah itu dengan ke kegaduhan di dalam hatinya, karena saking tak teganya melihat kondisi Alfin yang sepertinya Baru saja di aniayanya oleh kedua orang tuanya.

"Doni bawa adik mu itu kedalam, besok kita pergi ke rumah sakit, sekarang ayah sangat capek Baru saja pulang kerja, ayah mau istirahat dulu," ucap ayahnya.

"Tapi yah, dek Alfin ini demam tinggi yah?" Balas Doni yang tidak terima dengan sikap cuek ayahnya itu.

"Kamu dengar tidak, apa yang ayah bilang!" Gertak ayahnya dengan suara tinggi melototi Doni.

"Sudah kak, dengarin perkataan ayah," ucap Alfin yang semakin lemah terlihat dari keringatnya yang banyak bercucuran di keningnya.

"Iya Fin i-ya, kalau kamu maunya begitu," Balas Doni dengan mata yang berkaca-kaca mengantarkan saudaranya kembali ke dalam kamar.

Ketidak pedulian keluarganya terhadap Alfin membuat Doni semakin merasa sakit hati dengan keluarganya sendiri. Malam itu berada pada pukul 02:30, dengan lolongan anjing yang terus menggema-gema dimana-mana. terlihat kak Doni duduk di atas kasur seraya mengusap-usap rambut saudaranya Alfin, yang tertidur pulas di sebelahnya. matanya terus menatap kosong kearah cahaya lilin di lantai. dirinya tak henti-hentinya terus melamun guna memikirkan kondisi saudaranya ini kedepannya.

"Jikalau seperti ini terus, maka aku gagal menjadi kakak yang baik," gumam Doni di dalam hatinya memikirkan bagaimana cara memberikan kebahagiaan untuk saudaranya Alfin.

Seketika itu terlintas ide di dalam pikirannya, saat melihat cahaya remang-remang lilin tersebut. Timbul niat yang kuat untuk mencoba cara tersebut.

"Sepertinya aku harus membawa saudara ku kabur dari rumah ini, untuk berobat ke luar kota dan menenangkan diri sejenak. aku tak sanggup lagi berdiam diri seperti ini terus, melihat kesengsaraan yang ia tanggung setiap harinya," gumam Doni seraya menatap wajah saudaranya Alfin.

Malam itu juga Doni terlihat mengendap-endap ke dalam kamarnya, untuk mengambil amplop yang di pajangan dinding kamarnya berisi uang senilai 2 juta dari hasil juara semester yang lalu. dan sebuah celengan dari hasil jernih payahnya, menabung selama satu tahun sebanyak 1 juta. tak lupa juga Doni mengemasi beberapa makanan dan pakaian di dalam tas sandang yang besar, untuk keperluannya nanti pada saat kabur dari rumah bersama saudaranya Alfin.

"Fin bangun Fin," panggil kak Doni yang berusaha membangunkan saudaranya dengan suara pelan.

Alfin yang pada saat itu tertidur pulas terbangun setelah mendengar suara kakaknya, memanggil-manggil namanya.

"Eh Kak Doni, haah.. ada apa ya kak? bukannya hari ini masih tengah malam, kenapa kakak masih bangun?" tanya Alfin kepada saudaranya Doni.

Terlihat Doni menggenggam dengan erat tangan Alfin untuk meyakinkan saudaranya itu tentang rencananya kabur dari rumah ini.

"Fin kamu harus ikut kakak malam ini fin," ucap Doni dengan wajahnya yang sangat serius.

"Haah.. kemana emangnya kak?" Tanya Alfin.

"Sssttt! Fin Pokoknya kamu ikut saja," balas Doni yang berusaha menurunkan saudaranya Alfin dari atas kasur.

Alfin yang masih belum memahami maksud kakaknya, hanya bisa diam mengikuti semua rencana kakaknya itu meskipun di dalam hatinya merasa heran dengan sikap kakaknya yang tiba-tiba membuat suatu rencana.

"Tapi kakak sangat yakin kan dengan semua ini?" Ucap Alfin yang merasa sangat kawatir dengan rencana kakaknya.

"Sudahlah Fin kamu yakin saja sama kakak, palingan kita ngak pergi lama kok," senyum Doni seraya memegang pundak saudaranya untuk meyakinkan rencananya itu.

"Emang tujuan kita kemana kak?"

"Sebelum itu kamu ganti pakaian dulu Fin, nanti kakak jelaskan di perjalanan," ucap kakak doni.

Alfin yang melihat tekat kakaknya yang sangat yakin dengan rencananya, hanya bisa mengiyakan rencana tersebut, menurutnya rencana kakaknya itu pastilah yang terbaik untuknya. terlihat Alfin mengganti pakainya dengan jaket hitam tebal berpadu kan celana Levis hitam. Dan sang kakak yang terlihat memakai stelan pakaian pantai dengan kacamata hitam di kepalanya.

"Fin Kita lewat pintu belakang saja Fin," ucap kak Doni mengendap-endap membantu langkah saudaranya Alfin melangkah pelan.

Ketika membuka pintu belakang rumahnya itu seketika mereka berdua di kaget kan dengan suara pintu yang berderik pada saat di tarik dari dalam. seketika itu juga membuat Alfin dan Doni sangat panik setengah mati.

"Kak!..."

"Sssttt! Jangan sampai berisik Fin," balas kak Doni yang berusaha meyakinkan saudaranya.

Pintu tersebut di buka dan ditutup dengan sangat hati-hati meskipun dengan pelan akan tetapi suaranya tetap menggema sampai ke ruangan tengah hingga membangunkan ibu dari tidurnya.

"Yah bangun yah, suara apa tuh di belakang?" panggil istrinya yang berusaha membangunkan suaminya yang tertidur pulas.

"Aaah berisik, mungkin saja itu kucing," balas ayah yang melanjutkan tidurnya.

"Hmm yang benar itu yah?" Tanya sang istri.

"Iya berisik gangguin orang lagi tidur saja," balas suaminya yang masih setengah sadar.

...****************...

"Yok Fin, kakak akan jagain kamu dengan baik. pokoknya kita tinggalkan segala masalah dirumah ini dulu," ucap kak Doni yang terlihat mengulurkan tangannya kepada Alfin dengan senyuman indah terukir jelas dari raut wajahnya.

"Kalau kakak emang bersikeras dengan rencana ini, Alfin memutuskan tetap mengikuti kak saja," ucap Alfin yang sudah yakin dengan rencana kakaknya.

Terlihat mereka berdua terus melangkah pelan di pinggir jalan yang pada saat itu sangatlah sepi, mereka melewati semua perumahan hingga sesekali mereka sering dikagetkan dengan suara gonggongan anjing yang selalu mengejutkan mereka.

"Kamu capek ngak Fin?" Tanya kak Doni kepada saudaranya.

"Hmm ngak kok kak, kan ada kakak disini yang bantuin Alfin," Balas Alfin tersenyum bahagia , meskipun dirinya sudah tidak sanggup lagi berjalan karena kedinginan terkana angin malam.

"Syukurlah kalau begitu Fin, tuh di depan sana sudah dekat ada rumah makan. biasanya ada bus yang singgah Disana untuk beristirahat. kita bisa menumpang bus tersebut untuk berangkat ke kota Medan malam ini juga," ucap kak Doni.

"Haah kota Medan? hmm I-ya deh kak," balas Alfin yang mulai menggigil kedinginan terlihat dari tubuhnya yang bergetar hebat hingga hembusan nafasnya seperti mengeluarkan asap.

"Capek ya Fin?" Tanya kak Doni.

"Hmm I-ya kak," balas Alfin yang tidak sanggup lagi berbohong kepada kakaknya, terlihat ia semakin gemeletuk saking dinginnya suhu malam itu.

"Kalau gitu, kamu kakak gendong ya," ucap kak Doni yang hendak menggendong saudaranya Alfin.

Di tengah dinginnya malam itu mereka akhirnya sampai di depan rumah makan yang mereka tuju, terlihat Disana tidak ada satupun bus yang berhenti kecuali banyaknya mobil barang dan CPO pengangkut minyak yang terlihat terparkir Disana.

"Astaga, bagaimana ini Fin? sepertinya tidak lagi ada bus yang berhenti di sini, hanya ada mobil pengangkut barang dan mobil pengangkut minyak saja yang ada di sini?" Tanya kak Doni kepada saudaranya Alfin.

"Ngak papa kok kak, kalau sudah begini kita pulang saja Kak," ucap Alfin yang mulai batuk-batuk di gendongan kakaknya.

"Haaah, kita istirahat di sudut dinding ini dulu Fin," ucap Doni yang sangat terpukul dengan situasi tersebut, karena semua rencananya gagal hanya karena tidak ada tranportasi untuk mereka pergi.

"Yang sabar ya kak, mending sekarang kita pulang saja dari pada kita menunggu yang tidak pasti disini," ucap Alfin yang berusaha meyakinkan kakaknya.

Doni yang sudah tidak memiliki pilihan lain hanya bisa menangis tersedu-sedu terlihat air matanya tak henti-hentinya mengalir membasahi pipi.

Alfin yang mengetahui kakaknya sudah sangat pasrah, hanya bisa memeluk tubuh kakaknya di tengah dinginnya malam itu. Pada saat mereka berdua sudah sangat pasrah dengan semua keadaan yang ada, terlihat sekelompok supir tersebut yang sedang melakukan pesta miras dengan beberapa temanya di pondok rumah makan tersebut.

Salah satu pemuda usia kisaran 25 tahun yang sepertinya kalah bermain judi terlihat melangkah sempoyongan di hadapan mereka berdua, yang seketika membuat kak Doni yang menangis tersedu-sedu berhenti seketika dari tangisnya karena merasa sangat takut dengan orang asing itu.

"Oi, ngapain kalian disini!" ucap pria itu dengan wajahnya yang tampak memerah karena sudah mabuk berat.

"Haah ampun bang, kami cuma numpang duduk di sini bang!" ucap Doni yang berusaha memeluk saudaranya Alfin dengan tatapan yang dipenuhi oleh ketakutan.

Pria tersebut yang menyadari mereka berdua sepertinya sangat kesusahan memilih meletakkan minumannya sembari jongkok untuk memandang dekat wajah mereka berdua.

Alfin yang pada saat itu tidak sanggup menahan rasa dingin di tubuhnya terlihat semakin gemeletuk dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Ini saudaranya kamu ya?" tanya pria itu yang sepertinya merasa kasihan dengan mereka berdua.

I-ya bg, ini adek saya, ucap Doni yang berusaha melindungi saudaranya Alfin.

1
Protocetus
Mampir ya ke novelku Bola Kok dalam Saku
ATAKOTA_: ok kak😊
total 1 replies
Ita Xiaomi
Ceritanya bagus, ngeri jg. Bs jd pembelajaran utk kita klo di luaran sana ada org2x kejam dan keji yg begitu tega terhadap anak2x. Anak2x butuh perlindungan dr org2x dewasa. Kita hrs selalu berdoa dan memohon perlindungan ALLAH.
Ita Xiaomi: Sama2x kk.
ATAKOTA_: terimakasih untuk dukungannya ya 😊
total 2 replies
Ita Xiaomi
Cepat bantu anak-anak tersebut jgn sampai jatuh korban. Gunakan semua peralatan lengkap dan canggih utk penyelamatan. Jgn sampai terlambat. Kasihan anak2x. Keji sekali mereka. Baru ini aku baca org yg begitu keji dan kejam terhadap anak2x. Ngeri.
Aulia Rahmatul Hasanah
Ya Allah lindungi alfin dan doni🥺🥺
Ita Xiaomi
Pak polisi penjahatnya malah lepas. Ndak punya helikopter ya pak utk ngejar? Aku jd mengharap ada hero lain yg bs nangkap tuh Rian. Kasihan anak2x yg jd korban.
Ita Xiaomi
Ndak kuat bacanya. Moga Doni dan Alfin selamat. Kasihan mereka dah banyak menderita. Segera lah mereka berdua bahagia.
piyo lika pelicia
wah cerita yang bagus
NoComent🇮🇩🇮🇩
/Facepalm/salah ternyata Kat Ibu.. ralat , komenku yg di atas. kalau nama boleh pake kapital
NoComent🇮🇩🇮🇩
setelah tanda koma harusnya huruf kecil tapi kalo pake titik pake kapital.
ATAKOTA_: terimakasih banyak atas sarannya 🙏 maklum pemula 😊
total 1 replies
Ita Xiaomi
Sedihnya. Moga hingga dewasa mereka berdua tetap bersama. Mereka sukses, sehat dan bahagia.
Ita Xiaomi
Jahat sekali.
Alhamdulillah di tempat tinggal ku org2x nya ndak spt ini.
Ita Xiaomi
Ditunggu kelanjutannya kk. Semangat berkarya. Berkah&Sukses selalu.
Ita Xiaomi: Sama kk.
Insyaa ALLAH.
ATAKOTA_: terimakasih banyak mohon terus dukungannya ya😊
total 2 replies
Ita Xiaomi
Sedihnya. Aku klo dah baca tentang anak2x yg teraniaya ndak kuat rasanya😭😭😭
Ita Xiaomi
Lah si emak sibuk mengutuk. Gmn hidup anak jd berkah klo disumpahi melulu.
Ryohei Sasagawa
Gak kuat nahan tawa
ATAKOTA_: terimakasih atas dukungannya 😊
total 1 replies
Kaede Fuyou
Pulang kerja langsung baca cerita, seru banget!
ATAKOTA_: terimakasih atas dukungannya 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!