NovelToon NovelToon
Nalaya: Antara Cinta Dan Sepi

Nalaya: Antara Cinta Dan Sepi

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Playboy / Diam-Diam Cinta / Harem / Angst / Bad Boy
Popularitas:9.8k
Nilai: 5
Nama Author: mooty moo

"Kak Akesh, bisa nggak pura-pura aja nggak tahu? Biar kita bisa bersikap kaya biasanya."
"Nggak bisa. Gua jijik sama lo. Ngejauh lo, dasar kelainan!" Aku didorong hingga tersungkur ke tanah.
Duniaku, Nalaya seakan runtuh. Orang yang begitu aku cintai, yang selama ini menjadi tempat ‘terangku’ dari gelapnya dunia, kini menjauh. Mungkin menghilang.
Akesh Pranadipa, kenapa mencintaimu begitu sakit? Apakah karena kita kakak adik meski tak ada ikatan darah? Aku tak bisa menjauh.
Bagaimana bisa ada luka yang semakin membuatmu sakit malah membuatmu mabuk? Kak Akesh, mulai sekarang aku akan menimpa luka dengan luka lainnya. Aku pun ingin tahu sampai mana batasku. Siapa tahu dalam proses perjalanan ini, hatimu goyah. Ya, siapa tahu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mooty moo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 - Pertemuan Tak Terduga

Berbeda dengan Nalaya yang kurang kasih sayang, sahabatnya, Agas memiliki keluarga yang saling menyayangi.

Ia terlahir di dunia yang terang benderang. Sehingga tumbuh menjadi orang yang optimis dan percaya diri. Maka jika menginginkan sesuatu, ia akan mengarahkan segalanya untuk mendapatkan hal tersebut.

Pada Sabtu malam, maminya menyuruhnya untuk mengecek keadaan omnya. Menurut sang mami, omnya itu beberapa hari belakangan susah dihubungi.

Sebenarnya hal ini sering terjadi. Apalagi omnya adalah tipe orang yang sangat fokus pada yang sedang ia kerjakan. Hal ini membuat maminya khawatir terhadap sang adik.

Pada sebuah panggilan telepon...

"Kak, tolong cek ke apartemen Om Richard ya. Mami khawatir. Jangan sampe dia nggak makan teratur."

"Siap, Mi. Emang ya Om Richard tuh, udah tua tapi masih aja bikin orang di sekitarnya khawatir."

"Mami juga nggak habis pikir. Ya Mami seneng-seneng aja punya adik cerdas dan pekerja keras kaya dia, banyak prestasi. Tapi emang dia bisa nikah sama jurnal-jurnal internasional? Maksud Mami, boleh lah sesekali seneng-seneng, pacaran kek. Ini punya pacar aja nggak pernah. Hadehhh."

Agas hanya ketawa-ketiwi mendengar maminya mengomel.

"Belom ketemu jodohnya kali Mi."

"Mami dan eyangmu udah sering lho nyiapin kencan buta biar Richard, tapi ommu itu selalu bikin kacau."

"Yaudah si Mi, mungkin belum kepikiran married kali."

"Kamu ini, ponakan sama om kok sama aja. Usia Kakak udah berapa coba? Kenapa belom bawa calon mantu?"

"Kata siapa belom ada Mi?"

"Ehhh?"

"Belom jadi pacar sih, tapi soon lah. Yaudah Mi, Kakak beli makan dulu ya buat dibawa ke apartemen Om Richard. Dahhhh!"

Agas sengaja menghindar agar tak ditanyai lebih lanjut. Bisa ribet nanti. Meski tadi ia sempat bilang jika dirinya sedang mengincar seseorang. Hal ini semata-mata agar maminya berhenti mengomelinya.

Setelah keluar dari asrama, ia bergegas ke restoran yang khusus menjual makanan sehat. Ia membeli beberapa olahan yang terbuat dari buah-buahan, biji-bijian, dan ubi.

Omnya, Richard, memang sangat pilih-pilih makanan. Sebenarnya ia hidup sangat teratur. Ia menjaga pola tidur, pola makan, dan beristirahat cukup. Hanya saja jika menyangkut pekerjaan, ia selalu all out hingga kadang lupa makan. Pantas saja maminya khawatir pada adiknya itu.

Setelah membeli banyak makanan dan minuman, ia pergi menuju apartemen omnya. Tak membutuhkan waktu lama, ia sampai. Karena tahu nomor sandinya, ia dengan seenaknya nyelonong masuk.

Namun di ruang tamu, ia melihat pemandangan yang menakjubkan. Ada Bina di sana, sedang duduk dan mendiskusikan sesuatu dengan omnya.

Benar, yang sedang kita ceritakan di sini adalah Richard, dosen* killer* Sasing yang waktu itu.

"Om lihat ponakan Om yang cerdas dan ganteng ini datang berkunjung atas titah Ibu Ratu!"

Mata Richard melebar melihat kehadiran Agas yang tanpa pemberitahuan itu, tapi mata Bina lebih membulat lagi.

"Aku ke sini bawain Om makanan, mami khawatir karena Om nggak balas pesan."

Richard menepuk jidat pelan. Sesuatu akan menjadi sedikit merepotkan.

"Ya udah kamu duduk dulu. Om mau ke dapur ambil piring buat kita makan."

Agas berjalan dengan percaya diri, duduk di sofa depan Bina duduk. Mereka bertatapan. Bedanya, Agas senyum-senyum seperti orang sinting, sementara Bina berekspresi datar.

Tak lama kemudian, Richard membawa peralatan makan lengkap mulai dari piring, sendok, garpu, dan gelas.

"Ini siapa, Om?"

"Bina, perkenalkan ini keponakan saya. Agas, ini mahasiswa om yang ikut bantu penelitian."

"Halo, gue Agas."

Agas mengulurkan tangannya, tapi tak segera disambut oleh orang di depannya.

"Bina," pada akhirnya mereka bersalaman. Berpura-pura sebelumnya tak saling mengenal sama sekali.

"Ayo kita ke meja makan dulu, Bina istirahat dulu. Terusin nanti aja."

Mereka mengobrol santai sambil makan.

"Om tadi mami nanya om kapan pulang ke rumah?"

"Hmm om masih belum tahu libur semester ini bisa balik apa engga, Gas."

Keponakannya itu pun geleng-geleng kepala. Namun yang ia lirik justru Bina, bukan pamannya.

"Wahduh, aku lagi yang repot."

"Kamu atur deh, kaya biasanya."

"Gampang, Om. Asalkan...."

Agas mengedipkan mata.

"Iya nanti om carikan novel yang kamu mau," ia menghela napas panjang.

"Om memang yang terbaik."

Sementara itu, Bina hanya diam mendengar obrolan paman dan keponakan itu.

"Kak Bina ke sini naik apa?"

Bina agak kaget karena tiba-tiba diajak ngobrol.

"Naik taksi tadi."

"Pulangnya bareng sama gue aja kalo gitu."

"Nggak usah."

"Kenapa? Kita searah lho."

Bina mengernyitkan dahi. Ia berpikir bagaimana bisa Agas tahu? Apakah dia juga tahu bahwa dirinya tinggal di rumah orang tuanya karena jaraknya dekat? Bina memang tak tinggal di asrama atau apartemen seperti yang lainnya.

Masih berkutat dengan pikirannya, terdengar suara petir bersahut-sahutan. Seperiakan hujan

"Bina di sini saja dulu, sepertinya akan segera hujan."

Bina pun menurut. Apalagi pekerjaan mereka masih banyak. Tidak ada rasa takut karena selama ini, dosennya itu tidak pernah macam-macam dan selalu bersikap sewajarnya guru dan murid.

Setelah selesai, Richard dan Bina melanjutkan menyusun jurnal ilmiah. Dari obrolan di meja makan tadi, mereka

telah melakukan penelitian bahasa.

"Nih Agas bikinin kopi buat nemenin kalian lembur, Om dan Kak Bina."

"Makasih," ucap keduanya serempak.

"Jangan sering begadang, jaga kesehatan."

Richard hanya berdehem dan tak menoleh sama sekali karena fokus dengan pekerjaan. Hanya Bina yang melirik

sebentar tapi langsung memalingkan muka karena Agas mengedipkan sebelah matanya.

Tak ingin mengganggu lebih lama, Agas pamit pergi ke kamar. Iya, ia memutuskan untuk menginap malam ini.

Ia menyiapkan kamar, mulai dari mengganti spray dan sarung bantal serta menyemprotkan pengharum ruangan. Setelah itu, ia rebahan sebentar, hapenya ia buang jauh-jauh. Namun ia tidak bisa tidur sama sekali meski badannya terasa lelah.

Setelah berguling-guling di atas springbed beberapa saat, akhirnya ia memutuskan untuk keluar dan menemani dua

orang di sana. Untung saja ia cukup tahu diri. Agas duduk tenang di sana tanpa mengganggu orang yang tengah fokus pada laptopnya.

Jika ada yang ia lakukan, itu hanya bermain game online, sesekali melirik Bina, dan memfoto gadis ayu itu. Ia berusaha sekuat mungkin untuk tidak sering tersenyum agar tidak dianggap mengidap gangguan jiwa.

Namun saat berpikir jika dirinya bisa memanfaatkan hal ini untuk sering berkunjung ke apartemen omnya, ia tidak bisa menahan tawanya. Hal ini pun menarik atensi dosen dan mahasiswa itu.

“Lanjut aja, lanjut,” ujarnya dengan santai. Setelah itu ia mengambil ponsel untuk mengalihkan perhatian.

Biasanya ia ogah-ogahan menengok kondisi omnya jika tidak dipaksa oleh maminya itu. Namun sekarang, sekali tepuk dua nyamuk tertangkap. Ya meskipun dua orang itu tidak layak jika disamakan dengan hewan penghisap darah ini.

Biasanya Richard tidak akan mengabaikan panggilan telepon dari keponakannya itu meski sebelumnya ia sengaja tidak mengangkat telepon dari kakak perempuan ataupun ibunya. Pasalnya, dua wanita itu bisa membuat kepalanya pusing apalagi saat ia tengah fokus pada tugasnya sebagai dosen yang menumpuk.

Sebagai gantinya, ia akan memanfaatkan keponakannya untuk menenangkan dua wanita itu. Menurutnya hal ini lebih efektif. Agas sudah seperti merpati pembawa pesan saja. Jadi bocah Sasindo itu pun tidak perlu repot-repot pergi ke apartemennya.

Richard cukup memberikan foto candidnya di apartemen kemudian Agas tinggal mengirimnya kepada maminya. Dua lelaki ini memang selalu kompak untuk masalah membohongi keluarganya!

1
Durrotun Nasihah
/Grimace//Grimace//Grimace//Whimper//Whimper/
piyo lika pelicia
Hem syulit
piyo lika pelicia
haa rebutan kan
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
woy akes gak boleh kasar
piyo lika pelicia
hts jangan Nala 😄
piyo lika pelicia
Hem bakal ada konflik nih
piyo lika pelicia
kasihan kamu dek
Durrotun Nasihah
setia menunggu updatemu kak
mooty moo: makasih Kak🥰
total 1 replies
Syiffitria
yahaaa, bersiap peranggg /Determined//Determined//Determined/
Syiffitria
hiyaaaaaaaa, hukumannya akesh /Sob//Sob//Sob/
Syiffitria
lah ya kann bener jadi gawaaaaaaattttt /Smile/
Syiffitria
waduh, si akesh nih diam-diam bikin meleleh /Facepalm/
Syiffitria
sahabat kek atas itu emang asyik bangetttt/Frown/
Syiffitria
haduh haduh bisa gawat iniiiiiii
ArlettaByanca
ya begitulah klo sdh suka skalipun watak org disukai aneh...
mooty moo: betulll
total 1 replies
Durrotun Nasihah
wah bakal perang dingin ..akesh m mavin/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
mooty moo: hmm sepertinya 😂
total 1 replies
Bilqies
sabar dulu...
lihat apa yangs selanjutnya mereka lakuin
Bilqies
cemburu niih 🤣🤣
Bilqies
semangat terus kak menulisnya 💪
mooty moo: makasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!