Dari kecil hidupku sudah ku abdikan pada keluarga yang mengangkatku sebagai anak, aku adalah anak panti yang tanpa nasab, ibuku dulu seorang budak dan dia di bunuh oleh seseorang entah siapa setelah menitipkan aku di panti asuhan. Sejak umur 10 tahun seorang donatur mengadopsiku, dia adalah tuan Samer dan Ibu Luci, mereka mengangkat ku sebagai pancingan agar mempunyai anak, dan benar saja setelah satu tahun aku bersama mereka mereka mempunyai seorang anak perempuan. Tuan Samer memintaku untuk selalu melindungi anak kandungnya, hingga suatu ketika terjadi bencana dalam keluarga tuan Samer, anak dari tuan Samer memanipulasi dokumen dari sebuah perusahaan besar di negara ini. Pemilik perusahaan geram dan itulah awal kisah baru ku. Aku di tuntut oleh Nyonya Lusi menggantikan anaknya sebagai tawanan seorang yang kejam pemilik perusahaan tersebut. Diriku di sekap dan di kurung dalam penjara, entah apa yang akan ku dapatkan. Benci, dendam atau cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
POV Tom 2
🍁🍁🍁
Aku memang terkenal kejam dan arogan, memang watak dan sifat itulah yang ku turun dari ayah ku seorang pemimpin mafia besar dulu. Sekarang dunia hitam itu di teruskan oleh kakak ku. Meski sekarang bisnis keluarga kami adalah sepenuhnya legal karena bisnis hitam kami sedikit demi sedikit ibuku mengubah nya menjadi bisnis yang legal di mata hukum dan negara.
Kelemahan ku adalah seorang wanita. Aku bukanlah lelaki hidung belang yang suka bergonta ganti wanita, atau bila di sodorkan wanita cantik langsung memangsanya, tapi jika melihat wanita menangis di depan mata ku atau tersakiti, hati ku tak kuasa. Mungkin karena rasa trauma kakak ku dulu yang membuatku terenyuh melihat nya terus menangis meraung bahkan seperti orang yang tidak waras, membuatku ingin melindungi nya dan tidak ingin menyakiti seorang wanita. Tapi kenapa aku melanggar semua itu saat melihat Asiyah hati ini begitu geram, mungkin karena melihat pakaian dan kelakuannya yang tak sepadan membuatku berfikir pakaiannya hanyalah sebuah kamuflase belaka. Dan baru pertama kali aku menyiksa seorang wanita, meski akal ku selalu menolak untuk menyakiti tapi kendati nafsuku yang begitu mendominasi hingga aku menyiksanya tanpa henti. Aku geram, kenapa seorang yang berpakaian tertutup bahkan dia selalu mengerjakan kewajibannya pada Tuhan kenapa sampai hati dia berbuat yang menyimpang dari ajaran agamanya. Apakah saat itu dia khilaf? memang manusia adalah tempatnya khilaf, tapi entah kenapa aku merasa kecewa. Padahal dia begitu cantik, sopan dan selalu menundukkan pandangannya, mungkin bagi lelaki yang melihat dia adalah wanita impian, bisa di sebut bidadari.
Setiap hari aku selalu menyiksanya, sampai aku tega melepas paksa hijab yang dia pakai dan mengguyurnya dengan air. Saat mendengar tangisan yang memiluhkan aku tersadar akan kesalahan ku. Dan ku putuskan untuk meninggalkannya. Setelah kejadian itu dia sakit, hati ku merasa takut dan perasaan bersalah muncul, apakah yang ku lakukan ini adalah sebuah kesalahan besar. Sadar akan kelakuan yang membuatnya sakit hati ini berjanji tidak akan mengulangnya kembali apalagi dokter bilang jika dia bisa saja mengalami trauma berat, aku takut akan seperti yang di alami oleh kakak ku. Jika itu sampai terjadi aku tak ubah penjahat wanita. Saat hati ku hancur melihat seorang wanita yang ku kagumi sejak dulu memaki ku, hati ini begitu sakit, apalagi di banding-bandingkan atau di samakan dengan orang lain memang sangat lah menyakitkan. Ingin ku buang semua perasaan ku padanya, tapi mengapa selalu tak bisa, ku luapkan semua perasaan kecewa dan sakit ku pada sebuah tonggok minuman yang berjejer di mini bar tender yang ada di mension ini. Beberapa botol ku habiskan dan ku buang begitu saja setiap botol yang kosong. Ku lampiaskan semua lewat minuman yang ada di depan ku kini. Begitu banyak yang ku minum membuat kepalaku sangat sakit, ku senderkan kepalaku di meja mini bar, sesaat ku mendengar bunyi yang memecah keheningan, dan ku lihat wanita yang ku benci itu sedang memunguti pecahan botol.
Apa yang kau lakukan?" sarkas ku. Asiyah terperanjat, dia lebih memilih diam dan terus melakukan pekerjaannya.
"Apa kau tuli?" berang ku, terlihat dia terperanjat lagi.
"Melakukan tugasku" cicitnya.
"Oh, apa kau pikir dengan begitu kau akan segera mati" sarkas ku kala mendengar jawabannya membuat ku sangat kesal.
"Aku tak akan membiarkan itu" Aku menghampiri dan menatap tajam pada dia.
"Ayo ikut dengan ku!" tanganku menyeret tangan nya meski dengan langkah gontai karena kepalaku sangat sakit.
"Tu-an.." lirih nya, Aku menghentikan langkah ku lalu menatap nya tapi pandangan mata ku begitu bunar sayup ku mendengar dia mengatakan sesuatu tapi kepala ku begitu sakit.
"Maafkan saya, ku mohon jangan-"
BRUG..
Dan aku tak sadar kan diri, memang dari dulu alkohol adalah minuman yang sangat di hindari oleh keluarga ku, meski di banyak di mini bar tersedia tapi itu hanya untuk koleksi dan menyajikan jika ada tamu penting dan ingin sekedar minum ala kadarnya, tapi sekarang aku malah menghabiskan beberapa botol, tubuh ini terasa sangat gerah di tambah kepala ini begitu sakit. Biasanya jika sudah mabuk aku memilih berendam di air dingin itu lah satu-satu nya cara efektif yang selama ini aku lakukan, mungkin kebanyakan orang akan bermain wanita atau membayar seorang wanita untuk menyalurkan hasrat nya. Tapi tidak dengan ku, meski jujur saat melihat Asiyah membuat naluri ini terpacu tapi sebisaku menampik rasa itu dengan menyibukkan diri. Aku memang kejam padanya tapi aku tak akan menodai nya. Tubuh ini terasa dingin, membuatku membuka mata, meski kepalaku masih sangatlah sakit tapi ku mencoba untuk berdiri untuk ke kamar mandi, karena perut ku terasa sangat mual. Saat ku langkah kan kaki ku, sempat ku melihat Asiyah tidur di sofa dengan posisi duduk. Tapi perut ini bergejolak dan ku putuskan untuk ke kamar mandi, di dalam kamar mandi ku muntah kan semua yang ada di dalam perut ku, setelah puas, baru membasuh muka ku, dan menatap di cermin, ternyata wajahku begitu kusut, ku putuskan untuk kembali ke kamar. Tapi saat melangkah entah kenapa melihatnya yang tertidur di sofa dengan posisi masih duduk membuatku tak tega, ku lihat di atas nakas ada ember dan lap, mungkin dia telah menkompresku, padahal badannya saja belum fit terbukti sampai dia tertidur dengan posisi duduk. ingin sekali ku tak peduli, tapi naluri ku berkata lain, ku gendong dia dan ku baringkan di ranjang, beruntung dia tidak sadar mungkin karena efek obat yang tadi di berikan oleh dokter Camelia, ya, aku menyuruh menambah dosis obat tidur agar dia bisa istirahat dengan cukup. Sejenak ku tatap bulu matanya yang lentik, dan melihat dia tertidur dengan cadar yang tersemat membuatku bergerak membukanya agar dia lebih leluasa, dan benar saja, dia terlihat lebih rileks. Jujur sekali sempat diri ini mengagumi kecantikannya yang alami, wajah yang putih berseri hidung yang Bangir, mulut yang seksi meski tanpa lipstik, dagu yang terbelah membuatnya begitu sempurna sempat berfikir membedah kan dengan Afriel, Afriel cantik dengan polesan yang tebal tapi wanita ini cantik natural, tapi sayang kenapa kau lakukan kesalahan yang membuatku membencimu, itu lah sebuah kata kecewa ku. Ku memilih meninggalkan dia dan menuju ke ruang kerja, mungkin disana aku dan pikiran ini bisa kembali beristirahat. Tapi apalah daya pikiran ku masih carut marut antara Afriel dan Asiyah. Pilihan yang tepat saat seperti ini adalah pekerjaan dan benar saja ku buka beberapa dokumen yang harus ku selesaikan dan ku tandatangani, tak terasa waktu sudah pukul 3 dini hari, ku memilih kembali ke kamar dan melihatnya ternyata masih tidur dengan pulas. Aku memilih duduk dan membuka i pad ku menyibukkan dengan bekerja. Saat jam menunjukkan pukul setengah empat terlihat dia mengerjap dan membuka matanya. Lucu, melihat dia yang belum sadar sepenuhnya dan ketika mendapati dirinya di ranjang dengan ekspresi yang panik membuatku tersenyum dengan kelakuannya dan terbesit ingin menjahilinya lagi.