Abela Xaviera. Lahir sebagai anak bungsu perempuan satu-satunya membuat dirinya dimanja oleh keluarganya sendiri. Bahkan kedua kakak laki-laki nya begitu posesif padanya sampai ia tak memiliki celah untuk menjalin hubungan asmara dengan seorang laki-laki.
Hingga saat perayaan ulang tahunnya ke 22, keluarganya mengadakan acara sederhana di sebuah restoran mewah. Di sana dia bertemu seorang pelayan pria di restoran itu yang berhasil menarik perhatiannya, hingga membuat Abel jatuh hati detik itu juga. Dia juga menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hati pria tersebut.
Siapakah pria yang berhasil menarik perhatian Abel? Akankah dia bisa mendapatkan hati pria pujaannya itu?
***
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Ini adalah hari ke tujuh setelah Abel mengatakan jika dia akan berhenti mengganggu Victor. Dan lihatlah kondisinya sekarang. Hanya satu kata yang bisa menggambarkannya. Mengenaskan.
Ya, mengenaskan. Bagaimana tidak? Kantung matanya menghitam karena tak bisa tidur tiap malamnya. Abel baru bisa tidur ketika jam menunjukkan pukul 3 subuh, lalu terbangun jam 6 pagi. Orang tua dan kedua kakaknya sampai heran dengan perubahan Abel.
Seperti pagi ini, Abel belum siap dengan pakaian rapinya alias masih memakai baju tidur lengkap dengan rambut acak-acakan. Dad Liam bahkan sampai geleng-geleng kepala melihat keadaan anak bungsunya.
"Cuci wajahmu dulu sana!" sentak Mom Velyn yang baru saja datang dari dapur sambil membawa dua mangkuk berisi sayur, lalu kembali lagi ke dapur untuk mengambil menu lainnya.
Bukannya menuruti perintah sang ibu, Abel malah menempelkan pipinya ke atas meja makan.
Kenzo yang berada di depan Abel pun membungkuk untuk menyentuh kening adiknya.
"Tidak panas," gumamnya. Ia kira Abel demam, jadi kurang semangat.
"Abel! Cepat cuci wajahmu! Berapa kali mommy harus bilang, hah?" kesal Mom Velyn.
Pagi-pagi dia harus mengomel lantaran melihat anak gadisnya yang malas-malasan.
"Nanti saja, aku lapar, mom," jawab Abel dengan nada lemas nan malas.
"Kau ini benar-benar!" Andai Mom Velyn tidak melihat Dad Liam yang menyuruhnya untuk diam, dia pasti akan menyeret Abel ke wastafel detik itu juga.
Setelah semuanya siap, Abel buru-buru mengambil nasi, sayur dan lauk yang banyak. Saking stresnya tak bertemu Victor selama seminggu, Abel melampiaskan ke makanan. Tak jarang seminggu ini Mom Velyn mengomel karena kamar Abel seperti kapal pecah, banyak sampah camilan dan minuman berserakan di mana-mana.
"Pelan-pelan, Abel. Tidak ada yang minta," sindir mommy.
Abel acuh dan tetap fokus makan. Bahkan sendok dan garpu tak lagi berguna karena dia makan pakai tangan langsung.
"Hari ini tidak usah masuk kerja dulu. Istirahatlah di rumah, Bel," ucap Dad Liam pengertian.
Kali ini Abel merespon dengan mengangguk. "Iya dad," jawabnya dengan mulut penuh.
Zayn bergerak menuangkan air untuk adiknya, karena sebelum makan Abel tidak menuangkan air lebih dulu.
Dengan perhatiannya, Kenzo beranjak untuk mengambil ikat rambut Abel. Pasalnya gadis itu tidak mengikat rambutnya, otomatis ketika makan rambutnya sangat mengganggu.
"Terimakasih, kak," ucap Abel. Kenzo membalasnya dengan mengelus rambut adiknya, lalu dia kembali duduk di kursinya melanjutkan makannya.
Tak lama kemudian semuanya sudah selesai sarapan. Dad Liam, Zayn dan Kenzo pun segera berangkat kerja. Sedangkan Abel masih betah duduk di sana sambil menikmati susu kotak yang diambilkan oleh pelayan tadi.
"Abel, mommy ada reuni dengan teman-teman mommy sekarang, mau ikut?" tawar Mom Velyn.
"Tidak. Aku jaga rumah saja," jawab Abel kemudian kembali menyedot susu kotaknya.
"Ya sudah. Kalau mau pergi, kabari mommy dulu," pesan mommy dan Abel hanya mengangguk.
Bagi Abel, di rumah sendirian itu adalah hal yang paling bebas. Ya meskipun ada pelayan. Tapi tak mungkin kan jika mereka ikut campur? Di rumah, dia akan menghabiskan waktu berleha-leha, tentu saja.
****
"Syukurlah jika kau sudah sembuh. Jadi malam ini kita bisa mengundang Abel untuk makan malam bersama!" ucap Mom Laura antusias.
Rencananya siang ini Victor akan pulang. Dokter juga sudah memperbolehkan karena kondisi Victor sudah membaik. Bukannya senang, wajah Victor malah murung mendengar ucapan ibunya. Padahal waktu itu dia sudah senang karena Abel mengatakan akan menjauhinya, dan sekarang malah Mom Laura yang seolah hendak mendekatkan mereka berdua.
"Kita tunggu daddy yang jemput saja ya?" ujar Mom Laura meminta persetujuan. Victor pun hanya berdehem.
Baju pasien yang beberapa hari terakhir melekat di tubuh kekarnya kini sudah tergantikan dengan kaos polos berwarna hitam dan juga celana bahan berwarna hitam. Auranya seketika terasa berbeda. Suster yang membereskan peralatan di ruangan Victor saja sampai terpesona.
Pria itu masih rebahan tapi sambil memainkan ponselnya. Lagi pula apa yang harus dia lakukan?
Kembali lagi pada Abel yang kini sedang berenang di kolam. Abel mahir dalam berenang, tapi tidak terlalu jago juga.
"Abelll! Hellowww!" seru seseorang.
Abel yang memang sedang berenang sambil menyelam pun tak mendengar panggilan itu.
"Astaga..." ucap Belle ketika melihat Abel berenang tanpa tau ada dia dan Eve datang.
"ABEL!" pekik kedua gadis itu.
Abel pun naik ke permukaan. Dia mengusap wajahnya lalu mengerutkan keningnya ketika melihat kedua sahabatnya yang sedang memasang wajah sebal.
"Ada apa? Jangan menggangguku, aku sibuk," ucap Abel. Dia kembali berenang, namun tidak menyelam.
Eve dan Belle memutar bola mata mereka bersamaan. Padahal niat mereka datang ke sini dengan tujuan baik. Bahkan mereka rela izin tidak masuk kerja demi Abel.
"Kami izin libur kerja hanya untukmu, dan kau malah mengusir kami?" ucap Eve tak percaya.
"Bukan mengusir, hanya memperingati," sahut Abel.
"Sama saja!" ketus Eve.
"Ayo cepat naik. Kami membawa banyak makanan," ucap Belle.
Dengan malas Abel naik ke daratan. Dia mengambil handuk kimono yang sudah di siapkan oleh pelayan.
"Pagi-pagi sudah berenang, kelihatan belum mandi," celetuk Eve.
"Pagi-pagi datang ke sini, kelihatan bolos kerja!" sahut Abel kemudian.
"Bukan bolos, tapi izin!" koreksi Eve.
Abel tak menanggapi lagi. Dia langsung ke kamarnya dan membiarkan kedua sahabatnya menunggu di ruang tamu.
Beberapa menit kemudian, Abel sudah lebih fresh dan wangi. Dia pun bergabung bersama kedua sahabatnya.
"Ada apa kemari? Ingin memberiku uang kah?" tanya Abel.
"Di pikiranmu hanya uang uang uang!" sindir Belle.
"Bukan uang uang uang. Tapi, Victor Victor Victor," ralat Abel sambil cengengesan. Meskipun bertekad untuk menjauhi Victor, namun dia tak bisa menghapus nama itu di otaknya.
"Victor? Pria yang kau sukai itu?" tanya Eve.
Abel mengangguk cepat.
"Namanya keren. Kira-kira setampan apa dia?" tanya Belle sambil membayangkan wajah tampan si Victor itu.
"Yang pastinya lebih tampan dari oppa-oppa mu itu!" sahut Abel.
"Bohong!"
Abel menjulurkan lidahnya. Dia mengabaikan Belle yang mendesak agar memberitahu setampan apa seorang Victor. Abel hanya fokus memainkan ponselnya.
Tiba-tiba sebuah pesan dari nomor asing membuat Abel penasaran.
[Abel, ini Mom Laura. Mommy ingin mengundangmu makan malam hari ini. Bisa kan? Bisa dong. Harus bisa ya. Victor sudah sembuh, sayang, jadi aku bisa bertemu dengannya nanti]
Abel menganga, dia syok. Lihat, betapa beruntungnya dia hari ini. Entah darimana Mom Laura bisa tau nomor teleponnya, itu tidak penting. Yang penting adalah dia akan memakai dress mana nanti malam?!
"Ada apa?" tanya Belle yang ada di samping Abel.
"Aaaaakkk mommy!!" Tiba-tiba Abel berteriak kencang.
"Abelll!!" kesal Eve dan Belle.
"Ada apa sih?!" tanya Eve dia meletakkan snack keripik jagung yang tadi dia makan ke atas meja lalu bergerak mengambil ponsel Abel dengan kasar.
"Undangan makan malam? Begitu saja heboh?" sindirnya.
"Berikan!" sentak Abel merebut kembali ponselnya.
"Ini pesan dari calon ibu mertuaku! Bagaimana aku tidak senang?" lanjut Abel. Dia bahkan tersenyum lima jari ketika membalas pesan dari Mom Laura.
^^^[Iya, mom. Terimakasih karena sudah mengundangku]^^^
[Okay, sayang]
Dan selanjutnya Abel semakin mereog. Kedua sahabatnya sudah kewalahan menghadapi tingkah Abel.
***
udh segitu aja penilaian dari aku😊🙏
FIKS KAK KAU HARUS LANJUT KARENA JIWA KEPOKU MERONTA-RONTA