NovelToon NovelToon
Istri Barbar Tuan Muda

Istri Barbar Tuan Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:cintamanis / CEO / Cinta Paksa / Romansa
Popularitas:12.6k
Nilai: 5
Nama Author: Arsy Humaira

Gadis cantik bernama Alina Humaira, dinikahi Tuan muda tampan, bernama Jonathan Arya untuk memberikan seorang keturunan anak laki-laki dari keluarga konglomerat itu. Dia rela menjadi istri ketiga demi menyelamatkan ayahnya yang sedang sekarat.

Meski berat, gadis itu harus berani menghadapi segala resiko yang akan ia hadapi setelah terjadi pernikahan itu, termasuk meninggalkan calon suaminya yang sedang bekerja di luar negri.

Mampukan ia menjalani takdir, yang tak pernah terbayang sebelumnya? Apakah ia akan menjalani kehidupan seperti surga? Ataukah kehidupan seperti di neraka setelah kakinya menginjak rumah mewah bak istana itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arsy Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 25

"Tuan Muda, mau ikutan tidur disini?" tanya Alina saat sang suami mendekatinya.

"Tidak, saya mau kasih sesuatu padamu, dan hal itu, akan membuatmu ingat terus siang dan malam!" jawab Arya, dengan seringai mesum.

Teww

Gadis itu lumayan kaget, sekarang posisinya jadi duduk. "Jangan macam-macam ya! Pergi gak!" Alina tampak ketakutan.

"Kenapa kamu, takut? Lihat nih!" tanya pria itu sembari menunjukkan sesuatu di balik celananya, yang menggeliat bangun, dari sarangnya.

Tenggorokan gadis itu, terlihat turun naik karena terus menelan salivanya. "Kenapa si Kardun jadi menakutkan, begini?" gadis itu membatin.

Arya semakin mendekati tubuh istrinya, bahkan sekarang tatapannya seperti seekor singa lapar, yang siap menerkam mangsanya.

Kep!

Tangan pria itu, meraih tangan sang istri dan dibawa ke dalam pelukannya. Denyut jantung keduanya kian bertalu, dan lebih cepat dari biasanya. Seirama dengan aliran darah kian memanas.

Tangan pria itu, semakin mengeratkan pinggang sang istri, agar semakin menempel ke tubuhnya. Dua netra indah mereka, saling menenggelami segala rasa yang ada.

Meskipun kedua hati itu, sekarang sedang mencari tempatnya sendiri.

Pucuk ranum merah muda, milik si netra keabuan itu begitu menggoda, bagi si pemilik netra kecoklatan, yang sama terus menelan salivanya.

Pria itu menautkan jemarinya, kepada jemari sang istri, yang tanpa sadar dia mulai memejamkan matanya.

Perlahan Arya, mendekatkan wajahnya ke wajah sang istri, lalu hidung mancung mereka saling menyentuh.

Tak lama, pria itu mengesap pucuk ranum yang menggoda itu, hingga ke rongga mulutnya paling dalam, sampai-sampai, tubuh gadis itu kini menegang, seraya membulatkan matanya.

Karena habis merasakan, sensasi rasa yang sebelumnya belum sama sekali dia rasakan. Dan malam ini dia dapatkan dari, laki-laki yang tidak dia cintai sama sekali.

"Yaaaaa…..!" Tuan Muda, ngapain?" Alina mendorong tubuh sang suami, agar menjauh darinya, saat dia sadar sedang berciuman dengan suaminya.

"Kamu suka?" Arya mengusap bibirnya yang basah, sambil mesem.

"Ya ampun, kenapa dia mendadak jadi tampan bekali lipat sih?" Alina membatin.

"Al, kamu kenapa bengong?" Arya menatap sang istri keheranan.

"Aku sawanan, Tuan," jawabnya.

"Hah… sawanan? Kamu, mau lagi?"

"Nggak, menjauhlah Tuan Muda, Tuan tidak sopan tadi main cium-cium aku!" delik Alina.

"Tapi, kamu suka kan tadi? Buktinya kamu merem melek! Ingat kamu adalah istri saya, kita sudah halal, lagian kamu tega membiarkan saya puasa? Tadinya saya tidak akan, meminta hak saya, tapi lama-lama saya tergoda, dan terangsang jika dekat denganmu, begini," goda Arya. Lalu mendekat lagi, pada istrinya.

"Tunggu Tuan Muda! Aku geli, ini!"

"Kenapa?

"Iya, soalnya itu ular sawah, nempel-nempel begini!" jawab Alina sembari menjauhkan diri dari suaminya.

"Ular? Dimana ular?" Arya mencarinya, seperti mau melompat.

"Itu di balik celanamu, tidak usah dicari. Udah ah, aku mau tidur ngantuk!" jawab Alina yang terus menguap.

"Jangan tidur dulu, kita belum selesai, Al!"

"Nggak, aku mau tidur, kepalaku pusing, jadi aku mau istirahat!"

Jawab Alina lalu tidur dengan tubuh dibungkus selimut.

Arya hanya geleng-geleng kepala, pria itu akhirnya keluar dari kamar istrinya, lalu mengunci pintunya dari luar, karena memang, dia dan Alina memegang kuncinya masing-masing.

***

Besok pagi.

Alina sudah mandi dan berdandan rapi. Gadis itu begitu cantik dengan balutan dress motif bunga berwarna peach, di bawah lutut.

"Aku harus menemui si Boneng, semalam aku sudah janjian di kamar mbak Sukma," gumamnya lalu keluar dari kamarnya.

"Non, mau kemana? Sarapan dulu! Nanti tuan muda marah! Dan jangan lupa minum obatnya." ucap Sari yang baru datang membawa semangkuk bubur untuk Alina.

"Baiklah, mana sini buburnya!" jawab Alina kemudian dia pun sarapan.

"Ini obatnya Non, dan ini air nya!" sekarang giliran Mita yang melayani. Namun Alina malah terkekeh.

"Non, kenapa?" tanya Mita heran.

"Aku hanya merasa lucu. Tau gak, dulu saat aku masih bersama orang tuaku, boro-boro aku di layani kayak gini, makan pun ya, aku tu seadanya!" jawab Alina tersenyum getir.

"Wah. Non, beruntung sekali ya, sekarang, mendapatkan suami yang ganteng, kaya raya, bahkan para wanita di luar sana. Pada berharap seperti Non Alina, sekarang," ucap Sari sedangkan Mita pun sama mengiyakan.

"Begitu ya? Kok aku nggak ya? Aku malahan tidak mengharapkannya, sama sekali. Bagiku diperistri laki-laki ganteng, tampan, mapan, dan memiliki banyak harta itu adalah bonus. Andai kata kita itu bahagia, tapi sayang semua itu percuma, jika hati kita tidak bahagia. Apa yang mau kita banggakan? Harta tidak bisa mengobati rasa sakit, bukan? Aku ini bukan tipe perempuan yang gila harta, aku terlahir dan dibesarkan oleh keluarga sederhana, jadi aku sudah terbiasa jalani pahitnya kehidupan. Dan aku sudah bahagia, dengan hidupku yang dulu. Dan jika sekarang aku harus memilih, aku memilih hidupku yang dulu. Bukan yang sekarang!" jawab Alina, dengan kedua mata akhirnya mengembun.

"Ah iya, aku mau menemui mbak Sukma, dan nanti jika tuan muda kesini dan menanyakanku. Bilang saja, kalau aku sedang menemui Sifa dan Naya, ya!" imbuh Alina, kemudian pergi dari kamarnya.

"Iya, Non." jawab Sari dan Mita, kemudian mereka melanjutkan tugasnya, merapikan kamar Alina.

Sedangkan Alina sedang celingukan kanan kiri, takut suaminya tiba-tiba datang mengagetkannya. "Aman, ternyata dia tidak terlihat batang hidungnya." gumamnya, lalu Alina melewati tangga, jalan rahasia kemarin bersama Arya saat akan ke lantai bawah. Gadis itu menggeser lukisan dinding di hadapannya, lalu tak lama dinding itu bergeser, dan terbuka dan angsung menuju tangga ke bawah.

Begitu sampai di satu ruangan di lantai dua, Alina kebingungan, karena dia lupa cara membuka pintu rahasia, yang menyerupai lemari buku. "Aduh, ini bagaimana caranya agar pintu ini terbuka? Lagian niat banget ini rumah bikin jalan kayak, gini!" gumamnya, perlahan tangan lentik itu, menyentuh lemari itu, namun tidak kunjung terbuka juga.

Alina mencoba sekali lagi. Semua lemari itu dia sentuh, dan akhirnya lemari itu pun bergeser. Alina tersenyum bahagia, namun dia bingung lagi, saat dia akan membuka pintu rahasia satu lagi, yang sama seperti lemari tadi. "Hah… jadi masih ada? Kemarin aku gak ngeuh…. Sebenarnya jalan ini, untuk apa sih? Bikin pusing aja, lagian aku ngapain pake lewat sini?" gadis itu menepuk jidatnya sendiri.

Tak lama lemari itu bergeser lagi, setelah dia meraba-raba semuanya seperti saat tadi akan masuk ke ruangan itu. "Ogah aku, lewat sini lagi!" desisnya, lalu buru-buru turun melewati tangga ke bawah, yang pas pintunya keluar dari samping rumah mewah itu.

Alina, berjalan dengan cepat menuju kamar Sukma, namun saat dia hendak mengetuk pintu, sekilas dia melihat seorang laki-laki, sedang berjalan menuju tangga.

"Siapa dia? Kok aku baru lihat? Apa dia orang kepercayaan tuan muda? Tapi kok tidak naik lift" mendadak rasa keponya muncul. Lalu Alina mengurungkan niatnya mengetuk pintu kamar Sukma, dia malah membuntuti laki-laki tadi.

Yang Alina lihat, laki-laki tadi, masuk ke sebuah ruangan, di lantai dua. "Nah kan, dia bukan orang kepercayaan tuan muda, buktinya dia tidak naik ke lantai tiga."

Alina berjalan mengendap, lalu dia menajamkan pendengarannya. Untuk mendengar siapa orang di dalam sana. "Ya Allah, maafkan aku! Aku udah kepo urusan orang, tapi jiwa gosipku meronta, jika aku tidak menuntaskan rasa kepo ku ini, aku gak akan enak makan, dan tidur!" gumamnya sembari terkekeh.

"Joni, kamu bertemu siapa di bawah?" terdengar suara Utami, mama mertuanya yang bicara di dalam ruangan itu.

"Tidak ada Nyonya. Hanya beberapa pelayan, di bawah sana dan juga para penjaga di depan rumah." jawab Joni, dengan berdiri tegak di hadapan Utami.

"Baguslah. Supaya tidak ada orang lain, yang ingin tau urusanku! Lanjutkan apa yang kamu tahu soal suami saya?" titah Utami kepada Joni.

"Nyonya, dugaan Nyonya itu benar, soal tuan Alek, dari kemarin saya terus cari info, dan saya jamin info ini akurat 99%!" tutur Joni.

"Kenapa hanya 99%? Nanggung amat. Gak sekalian kamu buletin jadi 100%?" delik Utami.

"Bagusnya di sisain Nyonya. Biar ada yang salah, itu yang 1% nya!" jawab Joni, terkekeh.

"Teruskan, jelaskan, soal suami saya, bagaimana-bagaimana?" suruh Utami penasaran.

"Jadi, tuan Alek punya istri muda Nyonya!"

"Hah…!" Utami kaget, lututnya pun mendadak gemetaran.

"Iya Nyonya, tuan Alek sudah menikah dengan istri muda nya 7 tahun yang lalu, dan dari yang saya tahu, mereka sudah punya anak laki-laki berusia 6 tahun. Istrinya cantik loh Nyonya, dan dari info yang saya tahu, usia istri baru tuan Alek sepantaran dengan usia tuan muda Arya," jelas Joni, dan itu membuat tubuh Utami menjadi lemas.

Alina yang mendengarkan itu semua, hanya bisa membekap mulutnya.

"Joni, tolong bantu pegang saya! Ini saya lemas, lutut saya gemetaran, bumi terasa berputar, ini tidak gempa kan?" ucap wanita itu, yang mukanya mendadak pucat.

"Tidak Nyonya, aman-aman saja. Mungkin hati Nyonya yang gempa!" jawab Joni, dengan wajah serius.

"Kurang ajar kamu ya, nanti saya potong gaji kamu!"

"Jangan Nyonya, masa dari gempa, jadi nyasar ke gaji?"

"Aduh… ini saya mau pingsan Joni!"

"Nyonya, jangan dulu pingsan. Nanti saya bingung, ini saya mau cari bantuan dulu, baru nanti Nyonya pingsan!"

"Tidak bisa nanti, saya pingsannya ingin sekarang!" ucap Utami dengan suara melemah.

Brugh!

Wanita itu pingsan, namun posisinya salah. Sehingga dress yang Utami pakai, agak menyikap ke atas.

"Buset... kalau gue kedip, ini apem sayang jika tidak di lihat. Tapi kalau gua melotot takut dosa!" desis Joni.

"Mama kenapa?" Alina tiba-tiba masuk ke dalam, sambil membenarkan pakaian mertuanya.

"Eh, Non. Nyonya pingsan!"

"Kenapa kamu masih diam disini! Ayo cari bantuan!" suruh Alina.

"Baik Non,!" jawab Joni lalu keluar dari ruangan itu, untuk mencari bantuan.

Joni buru-buru menuruni tangga untuk mencari bantuan, namun dia bertabrakan dengan Boneng yang sedang santai berjalan di bawah tangga.

Bugh!

"Kampret… kenapa nubruk-nubruk gue?" umpat Boneng kesal, karena keseimbangan tubuhnya  tidak stabil.

"Maaf, tidak sengaja! Ini gue sedang buru-buru, Nyonya besar pingsan!" jawab Joni, berusaha membantu Boneng agar tidak jatuh.

"Hah.. nyonya besar pingsan? pingsan kenapa? Dan lo siapa?"

"Gue detektifnya nyonya besar. Dan tadi ada gempa makanya dia pingsan,"

"Gempa? Kapan? Kok gue gak ngerasain?"

"Udah, hanya gue dan nyonya besar yang tahu, lebih baik, lo ikut gue cari bantuan! Panggilkan para pelayan yang lain!" jawab Joni, lalu pergi memanggil orang-orang.

1
Niki astriani
hadeuh gak anaknya ga emaknya egois bukannya sadar diri.
jiee💚
heran dah kenapa Arya gak tegas sama mamanya padahal kan laki"harusnya jgn mau di perbudak meskipun dalih orang tua
Giselle Bustamante
Gak nyangka bisa ketawa terbahak-bahak saat baca ini😂
Yue Sid
Cerita ini bagus banget, aku sangat penasaran dengan kelanjutannya.
Arasyi: Maaciw kak🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!