NovelToon NovelToon
Tangisan Hati Istri

Tangisan Hati Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:14k
Nilai: 5
Nama Author: Cicih Sutiasih

Bayangan indahnya hidup setelah sah menjadi seorang istri, tidak dirasakan oleh Mutia Rahma Ayunda, ternyata ia hanya dijadikan alat untuk mencapai ambisi suaminya , Rangga Dipa .
Setelah menikah, Rangga yang berasal dari keluarga kaya,berusaha mewujudkan semua mimpinya untuk memiliki fasilitas mewah dengan mengandalkan istrinya. Rangga hanya menafkahi Mutia dengan seenaknya, sebagian besar uangnya ia pegang sendiri dan hanya ia gunakan untuk kepentingannya saja, Rangga tidak peduli dengan kebutuhan istrinya. Sampai mereka dikaruniai anakpun, sikap Rangga tidak berubah, apalagi ia masih belum bisa move on dari mantan pacarnya, Rangga jadi lebih mengutamakan mantan pacarnya dari pada istrinya.
Kehidupan Mutia sering kali diwarnai derai air mata. Mampukah Mutia bertahan, dan akankah Rangga berubah?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cicih Sutiasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bersandiwara

"Ssttt..., siapa lagi itu", gerutu Rangga, ia menggaruk kasar kepalanya.

"Biar saya saja Bi", Mutia melarang Art yang hendak membukakan pintu.

"Bapak?, Ibu...?, Arman?", Mutia setengah berteriak saat melihat keluarganya sudah berdiri di ambang pintu.

"Mutia..., ibu khawatir semalam ibu tunggui tidak pulang-pulang, tidak tahu kalau Pak Dwi sudah mengabari bapakmu, tapi pesannya tidak kebuka, baru tadi shubuh kami tahu kalau Neng menginap di sini", terangkan Bu Marni.

"Bapak kecapean, tidur di luar, ponselnya ada di tas Bapak", kekeh Pak Yuda.

"Kita masuk dulu, ngobrolnya di dalam ", Mutia mengajak keluarganya masuk.

"Bapak dan Ibu disuruh datang hari ini, tadi Pak Dwi menelepon", terangkan Pak Yuda setelah mereka duduk di ruang tamu.

"Oh..., Alhamdulillah..., Mutia jadi ada teman", Mutia tersenyum.

"Rumahnya tampak sepi, kemana Pak Dwi dan keluarganya?", kini Pak Yuda balik bertanya.

"Mereka sedang survey ke Hotel Pak, tempat acara besok",

"Wah....., rasanya mimpi Mutia, Bapak akan melihat kamu menikah di tempat yang mewah, dan jodoh yang sempurna lagi", Pak Yuda tampak tersenyum bahagia.

"Iya..., Alhamdulillah..., ternyata Allah lama mempertemukanmu dengan jodohmu, ternyata Allah memilihkanmu jodoh yang sempurna Mutia, sudah ganteng, kaya, anak sahabat Bapak pula", senyum Bu Marni.

"Aamiin...Pak, Bu, semoga itu menjadi do'a untuk Mutia", Mutia pun tampak terharu, andai saja Bapak dan ibunya mengetahui Rangga yang sebenarnya, mungkin mereka akan kecewa dan sedih.

"Semua tetangga mau datang besok, bagaimana?, Ibu malu sama keluarga besan", Bu Marni tampak menatap ke arah Mutia.

"Euh... , sepertinya Pak Dwi tidak akan apa-apa Bu, dia pasti memperbolehkannya", senyum Mutia.

"Pak, Bu..., sudah datang?, tiba-tiba Rangga muncul, ia langsung menyalami Bu Marni dan Pak Yuda.

"Wah...ini yang namanya Arman ya?, cakep sekali kamu", Rangga pun menyapa Arman, adik laki-lakinya Mutia.

"Sudah makan belum kamu?", tanyai Rangga kepada Arman. Dengan polosnya Arman langsung menggelengkan kepalanya.

"Aduh..., belum sarapan..., betul itu?, ayo makan dulu, masih ada makanan di meja makan", Rangga sedikit tersenyum mendengar jawaban jujur dari Arman.

"Aduh...maaf Den Rangga, kami tadi sudah sarapan singkong goreng", sambar Pak Yuda.

"Itu kan tadi Pak, mungkin Arman sudah lapar lagi, kalau belum makan nasi, kan itungannya belum makan ", kekeh Rangga.

"Ayo Pak, Bu, sekalian sarapan bersama Arman", Rangga mempersilahkan kembali.

Pak Yuda saling tatap dengan Bu Marni, jujur mereka juga sudah merasa lapar lagi, karena tadi mereka dari rumah masih sangat pagi.

"Ayo Pak, Bu, sarapan saja dulu", kini Mutia yang menawari, ia pun merasa tidak tega melihat kedua orangtuanya, pasti mereka pun sama dengan Arman, sudah merasa lapar lagi, hanya malu saja.

"Ayo antar keluargamu ke dapur, sekalian hidangkan makanan yang masih ada", Rangga kini beralih kepada Mutia.

"Iya..., mari Pak, Bu, Arman..., ikut Teteh", ajak Mutia.

Akhirnya Pak Yuda dan Bu Marni pun menurut, mereka mengikuti langkah Mutia menuju dapur.

Sementara Rangga memperhatikan mereka dari ruang tamu .

"Pantas saja Mutia seperti itu, pasti hasil didikan kedua orang tuanya, hebat juga, di jaman sekarang, jarang wanita yang seperti Mutia, kebanyakan bahkan mereka yang agresif", gumam Rangga.

"Drttt..., ddrrtt....", ponsel Rangga bergetar. Rangga melihat kalau Edwar yang ada diseberang sana.

[Halo Broo..., hebat nih..., aku dengar mau married ya?, undang-undang kita juga kan], cerocos Edwar begitu Rangga menjawab panggilannya.

[Iya bener..., boleh dong, kalian semua boleh datang, maaf nih aku tidak sempat nyebarin undangan, waktunya mepet, kaluan saling calling saja ya],

[Mendadak sekali sih, apa sudah tekdung ya, jadi minta cepat-cepat disahkan],

[Hus..., enak saja, jelas nggak dong, yang ini masih frozen, belum tersentuh siapa pun, aku ini cowo pertama untuk dia, hebat kan], ucap Rangga bangga, diselingi dengan kekehan.

[Wah...wah..., dapat barang bagus nih, kayanya bakalan lupa sama Sinta kalau begitu],

[Itu beda cerita dong, aku masih belum bisa move on dari Sinta, dia itu beda, walau sudah berkali-kali mencoba, bikin ketagihan], kembali Rangga terkekeh.

Obrolan Rangga dan Edwar berlangsung lama, hingga Rangga tidak menyadari kalau Mutia bisa mendengarnya.

Mutia yang tadinya berniat mengabari Rangga kalau papinya menyuruh ia ke Hotel, kini hanya bisa mematung di dekat tirai pintu.

"Kak Rangga..., ternyata kamu begitu cintanya kepada Sinta, tapi kenapa kamu tidak menolak saja saat kita mau dijodohkan", gumam Mutia.

Rupanya Rangga kini menyadari kehadiran Mutia dibelakangnya. Ia lalu bicara berbisik dengan Edwar, dan memutus hubungan teleponnya.

"Mutia..., kamu sudah lama di sana?", tatap Rangga penuh curiga.

"Tidak Kak, aku baru saja mendapat telepon dari Papi, katanya Kak Rangga ditunggu di Hotel saat ini juga", ucap Mutia sedikit berbohong.

"Kenapa tidak langsung telepon ke ponsel aku saja, Papi ini ada-ada saja",

"Panggilannya sibuk Kak",

"Oh...iya... , barusan si Edwar rese telepon", senyum Rangga, ia menyadari kekeliruannya.

"Oke..., kalau aku berangkat sekarang", Rangga segera menyambar kunci mobilnya yang sedari tadi ada di atas meja.

"Oh...iya, hati-hati Kak",

Rangga yang hampir keluar dari pintu, kembali menoleh ke arah Mutia, " Apa , kamu bilang apa barusan?",

"Aku bilang..., hati-hati...", senyum Mutia.

"Oh..., iya siap", Rangga kembali membalikkan badannya, dan menghilang di ujung jalan menuju garasi rumahnya.

Tak lama terdengar raungan mobil yang sudah dipastikan itu mobil yang dikendarai oleh Rangga.

Mutia menarik nafas panjang, ia harap Rangga kali ini tidak berbuat kesalahan lagi, karena Mutia ingin acara pernikahannya berjalan lancar.

"Kemana Nak Rangga?", suara Pak Yuda mengagetkan Mutia dari lamunannya.

"Kak Rangga pergi ke Hotel, tadi Pak Dwi menyuruhnya ke sana",

"Kenapa tidak sekalian ikut?", tatap Bu Marni lagi.

"Kak Rangga saja Bu, aku malu kalau harus inisiatif ke sana", aku Mutia, ia kembali menutup pintu .

"Bagaimana dia?", tanyai Pak Yuda lagi.

"Dia siapa Pak?", Mutia pura-pura tidak mengerti.

"Nak Rangga, bagaimana, apa dia baik?",

Mutia diam, ia tidak mungkin bicara yang sebenarnya soal Rangga, ia takut kedua orah ngtuanya kecewa .

"Kak Rangga baik Pak, tadi Mutia diajak ke toko perhiasan, dk,iajak belanja-belanja", senyum Mutia.

"Syukurlah kalau begitu, Bapak senang dan tenang, kalau Rangga sampai berbuat hal yang menyakitimu, Bapak tidak akan segan-segan menghajarnya",

"Papinya saja baik, maka anaknya juga tidak akan jauh Pak", kembali Mutia tersenyum. Ia ingin membuat kedua orang tuanya percaya pada ucapannya.

"Iihh..., jangan salah Neng, dulu papinya itu bandel, bahkan dengan Bapak juga sempat berseteru", aku Pak Yuda.

"Ya..., kan tidak mungkin sama Pak , semoga saja sifatnya Kak Rangga itu menurun dari maminya", senyum Mutia lagi.

1
Aghitsna Agis
rangga gunta ganti aja jgn nyeselmkalau jena pemyakit hiv, mutia cuekin aja rangga nga tos hidup nga nyusajin suami niar fia nyesel.lanjut up lg
Cicih Sutiasih: Terima kasih Kak, selalu mengikuti kisah Mutia, aku kerja dulu, up nya besok pagi ya
total 1 replies
Aghitsna Agis
mydah2an mutia ditempatkan dikatirnya oa hasbi jd biar aman kemutia dan hanif soalnya kalau jd art dikhawatirkan dania cemburu trs memfinah mutia yg nga nga jdnya brrabe lanjut up lg mka
Cicih Sutiasih: Terima kasih Ka, sabar ya, aku baru pulang kerja, istirahat dulu, nanti up nya agak sore
total 1 replies
Aghitsna Agis
udah pergi aja.mutia biar ada rasa menyedar cinta tinggal vinta klau fiinjak injak debagai istri tidak dihargai.makanya jgn.mencintai lebih baik dicintai jd rangga merasa duatas angin
Cicih Sutiasih: Nanti ada saatnya Mutia menangis karena bahagia, Rangga perlahan akan berubah kok, akan ada kejadian-kejadian yang menimpa Rangga, yang membuatnya sadar atas perilakunya kepada Mutia, jadi ikuti saja terus kisahnya/Rose//Rose/
total 1 replies
Aghitsna Agis
udah tinggalin aja muti
Aghitsna Agis
tuh rangga lihat sinta melihat kamu malah.mundur bukannya menolong malah ttp sinta yg menolongnya apa nga malu lanjut
Rina ariyanti
Luar biasa
Cicih Sutiasih: Terima kasih
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal. 3 like mendarat buatmu. semangat ya
Cicih Sutiasih: Terima kasih, mohon komenannya juga, mungkin ada alur atau nama tokoh yang keliru
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!