"Jangan paksa Humaira Mi... Aku itu Humaira, Humaira bukan Kak Asyifa yang bisa tahan menutup diri pakai jilbab."
Seluruh keluarganya selalu memaksanya menjadi seperti kakaknya yang muslimah namun Humaira merasa belum siap dan sikapnya tidak pantas untuk di jilbapin.
Akankah Humaira menemukan jati dirinya????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Humaira
"Astaghfirullah Bang.... Ngapain juga kamu ngikutin aku sampai disini???" Humaira jengah dengan Bang Ashraf yang mengikuti dirinya terus dan parahnya sampai di depan pintu rumahnya.
"Apa sih Humay... Galak amat, biasanya temen-temen yang lain juga gak papa..." Kata Bang Ashraf ngeyel.
"Ih... Tapi di rumah baru nggak ada orang Bang Ash... Apa lagi ini udah Maghrib bentar lagi malam... Peak...!!!" Humaira mendorong Bang Ashraf agar pulang namun emang dasarnya Bang Ashraf yang bebal dan tidak mau mendengarkan jadi hilang sudah kesabaran Humaira.
"Ckkk pelit amat sih... Numpang buka gitu sekalian numpang shalat Maghrib..."Alasan Bang Ashraf justru nyelonong masuk rumah Humaira tanpa permisi, pokoknya tekatnya udah bulat malam ini dirinya harus ketemu orang tua Humaira dan berkenalan dengannya kalau perlu di tunggu sampai orang tua Humaira pulang.
"Astaga... Bang Ash... Bebal amat sih jadi orang... Nanti kalau ada warga yang lihat jadi fitnah tau!!!" Teriak Humaira kesal karena Bang Ashraf justru berlenggang jalan terus masuk keruang tamu dan duduk manis di kursinya.
"Hih... kamu heboh amat sih Humay... Ya udah kalau di grebek terus di nikahkan malahan bagus... Itu yang aku mau nikah sama kamu... tapi sebelum orang pada grebek kita, emang ada warga sini yang menganggap kamu perempuan?? Kayaknya cuma aku deh yang menganggap kamu perempuan istimewa iya kan?? Mama aku kira aja kamu cowok pas buka helem eh... Perempuan cantik pula... casing mu aja yang kaya cowok dalamnya mah aku yakin 100 persen perempuan tulen... iya kan???" Cerocos Bang Ashraf membuat Humaira malu sekaligus jengkel.
"Auuuuhhh... Sakit... Gila..." Teriak Bang Ash saat mendapat sepatu melayang tepat di kepalanya.
"Kasar Amat sih jadi cewek... Gini-gini calon imam kamu tauk... Hargai dong..."Kesal Bang Ashraf sambil mengelus kepalanya yang sakit.
Humaira bukanya meminta maaf justru nyelonong pergi ke kamarnya , sebodoh amat dengan Bang Ashraf yang kesakitan di tempatnya.
Setelah Humaira berlalu Bang Ashraf pergi ke meja makan di sana tidak ada makanan sama sekali padahal sebentar lagi waktu berbuka, Bang Ashraf melihat sekeliling tidak ada pembantu itu artinya Orang tua Humaira tidak memiliki pekerjaan rumah.
Bang Ashraf menuju dapur dan membuka kulkas yang ternyata berisi sayuran lengkap dan telur, dirinya pun memasak sayur kangkung dan menggoreng telur mata sapi lalu menyeduh teh menggunakan air termos.
"Tara.... Special for my future wife..." Kata Bang Ashraf ala-ala membuat Humaira terbengong sambil geleng-geleng kepala.
Bukannya terharu justru mengomel karena Bang Ashraf sudah mengacak-acak dapur kesayangan Uminya, sudah pasti setelah orang tuanya pulang dirinya akan mendapat ceramah satu jam.
"Astaghfirullah Bang... Makasih udah Capek masak cuma ini dapur kesayangan Umi kamu buat kapal pecah gini... Bisa ngamuk kalau Umi pulang..." Kata Humaira kesel.
"Hehehe Maaf aku biasa masak terus di beresin bibi soalnya..." Bang Ashraf Garuk-garuk kepada yang tidak gatal.
Adzan pun berkumandang, "Nah adzan... Makan dulu yuk..." Kata Bang Ashraf seolah-olah tuan rumahnya, membuat Humaira semakin dongkol namun karena lapar akhir makan juga.
Ternyata makanan yang di masak biarpun sederhana tapi enak juga, membuat Humaira yang kelaparan menambah makannya.
"Lumayan enak... Pinter masak juga kamu Bang biar pun anak Mama..." Kata Humaira setelah selesai makan.
Bang Ashraf tersenyum bahagia mendapatkan pujian dari pujaan hatinya. "Serius enak???" Tanyanya meyakinkan.
Humaira mengangguk lalu meminum tehnya yang aromanya juga segar karena di beri irisan lemon di dalamnya.
"Aku suka bantuin Mama masak jadi sedikit tau mengenai masakan..." Jelas Bang Ashraf yang di angguki oleh Humaira.
Hening
Semua terdiam mata keduanya saling pandang, Bang Ashraf merasa detak jantung dan desiran darahnya semakin cepat saat mata indah dan tajam itu mau menatap wajahnya.
Sementara Humaira merasa sedikit canggung, entah ada yang berbeda di dalam hatinya saat melihat Bang Ashraf memandang dirinya penuh memuja seperti itu.
Bang Ashraf mengikis jarak semakin membuat oksigen di ruangan sekitar menjadi habis, Humaira memundurkan tubuhnya hingga nyaris terjatuh dari kursinya, Bang Ashraf menyangga kursinya agar tidak terjatuh lalu mendekat dan berbisik di telinganya, menghembuskan udara di telinga Humaira sehingga sedikit merinding di buatnya.
"Humay... Aku kebelet nih... Pengen Buang itu... Sama gerah... sekalian mandi boleh???" Kata Bang Ashraf berbisik membuat kesadaran Humaira pulih.
Sial, ingin buang hajat aja kenapa pakai berbisik bikin suasana aneh aja, gerutu Humaira dalam hati.
Humaira pun berdiri dan mengajak Bang Ashraf menuju kamarnya karena tidak ada kamar tamu di rumahnya, tidak mungkin dirinya mengajak ke kamar Orang tua atau kakaknya.
Bang Ashraf tergelak di kamar mandi membayangkan wajah Humaira yang memerah saat di kerjanya tadi, ternyata meski tomboi ada sisi pemalunya juga saat berdekatan dengan laki-laki.
****
Yuk yuk like, komentar dan votenya ya...
di tunggu lanjutannya
bagus lho ceritanya..
👍
aq suka sm ceritanya
masa iya kamu adnan yg basicnya org baik² dan pinter nggak instrokpeksi diri. ayo semangat berjuang utk move on🥰
makin penasaran aja..
cerita bagus.
makin penasaran
coba baca deh