Cinta Kedua Setelah Penghianatan Suamiku

Bobby meyakinkan Sinta dengan bercerita semuanya secara gamblang. Kenyataannya memang seperti itu. Seperti yang di ceritakan Bobby. Bahwa mereka berdua memang telah melakukan kejahatan besar dan menyembunyikannya.

Untuk cinta mereka memang tidak di ragukan lagi. Mereka memang telah saling mencintai sejak lama. Sejak keduanya masih duduk di bangku SMA.

Kisah cinta mereka berlanjut hingga keduanya sama-sama kuliah di universitas yang sama.

Setelah selesai kuliah Bobby melamar pekerjaan di perusahaan papanya Dania. Dan karena kemampuannya Bobby pun di terima.

Dan karena kemampuannya bekerja di perusahaan, Bobby pun menjadi karyawan kesayangan papanya Dania.

Saat itu ia dan Sinta masih lanjut pacaran. Tapi mereka pacaran secara diam-diam. Cinta mereka semakin kuat.

Saat itu Dania masih kuliah. Ia sering menjumpai papanya di kantor. Dania adalah anak kesayangan sang papa.

Di kantor itulah Dania bertemu Bobby. Dan ia pun jatuh cinta pada Bobby sejak pandangan pertama.

Dania menceritakan ke papanya kalau dia menyukai Bobby. Dan papanya mendukung dan berniat menjodohkan mereka.

Karena di mata sang papa, Bobby adalah sosok yang sempurna. Dan sang papa yakin kalau Dania menikah dengan Bobby dan Bobby memimpin perusahaan maka perusahaan akan maju.

Dan disaat dia tidak ada lagi di dunia ini nantinya, dia tak perlu khawatir dengan nasib anaknya karena sudah ada pendamping yang tepat.

Tanpa mereka sadari ada hati yang tersakiti yaitu Sinta. Sinta merasa Dania telah merebut segalanya darinya.

Merebut kekasihnya dan bahkan kasih sayang sang mama. Sejak kecil mamanya selalu memarahinya hanya gara-gara Dania. Sinta di haruskan selalu mengalah pada Dania.

Hingga sore itu Dania bertengkar hebat dengan sang mama, gara-gara dia menentang perjodohan Dania dengan Bobby.

✴️✴️✴️

Flashback Sinta.

Sore itu di kediaman tuan Ardian hanya ada Sinta, nyonya Desi, bik Titin dan beberapa pembantu lainya beserta security yang berjaga di halaman rumah.

Tuan Ardian sedang berada di kantor. Sedangkan Dania sedang fitting baju pengantin bersama Bobby.

Dania baru saja menyelesaikan kuliahnya dan akan segera menikah dengan pria idamannya. Bobby.

Tuan Ardian yang sudah merencanakan semuanya. Dania tidak ada pengalaman apapun tentang perusahaan. Oleh karena itu beliau menikahkan Dania dengan Bobby. Dengan begitu ia berpikir kelak jika ia tiada, perusahaan akan di berikannya pada Dania. Dan Bobby lah yang akan menjalankan perusahaan.

Sore itu Sinta masuk ke dalam kamar nyonya Desi dalam keadaan sangat emosional. Ia membuka pintu kamar sang mama dengan kasar. Lalu menutupnya kembali dengan cara membanting.

"Sinta, ada apa? kenapa kamu banting-banting pintu seperti itu?" seru nyonya Desi kesal.

"Ada apa mama tanya? mama pikir sendiri jawabannya mah!" bentak Sinta.

"Kamu ini ya Sinta gak tahu sopan santun percuma kamu di sekolahkan tinggi kalau tingkah-laku mu seperti ini!"

"Seperti apa mah? seperti bukan anak mama? iya mah? dengar mah aku ini anak mamah! anak kandung mama yang mama lahirkan kedunia ini! buka Dania anak tiri kesayangan mama itu."

Sinta tampak begitu emosi. Ia mengguncang pundak sang mama. Dan nyonya Desi air matanya luruh begitu saja.

"Sinta dengarkan mama nak, kamu dan Dania tidak ada bedanya, kalian sama-sama anak mama."

"Tidak ma, aku anak kandung mama dan Dania itu cuma anak tiri mama, dia anak si tua bangka itu."

Plak!!

Sebuah tamparan seketika langsung mendarat di pipi Sinta. Nyonya Desi reflek menampar anaknya.

Lalu dengan gemetar kedua tangan nyonya Desi menangkup kedua pipi Sinta.

"Maafkan mama sayang, maaf, mama hanya tidak ingin kamu menyebut papamu seperti itu, kata-katamu itu kurang ajar sekali nak."

"Cuih munafik! Dia bukan papaku. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menganggap dia papa. Apalagi sekarang dia telah merebut orang yang aku cintai dan akan menikahkannya dengan anaknya!"

"Apa maksud kamu Sinta?"

" Ma, mama jangan pura-pura nggak tahu dong! selama ini mama tahu bukan, kalau aku dan Bobby punya hubungan!"

Sinta menatap tajam pada sang mama. Tatapan yang seolah menuntut sebuah pertanggung jawaban.

"Mama tidak tahu tentang semua itu Sinta, yang mama tahu Dania dan Bobby itu saling mencintai.

"Itu karena mata mama buta selama ini. Buta karena ketutup sama kasih sayang mama pada Dania dan papanya. Aku selalu cerita sama mama, tentang diriku hubunganku dengan Bobby tapi selalu mama abaikan, seoalah mama ini tuli tidak mau mendengar apapun dariku."

Nyonya Desi terdiam dengan tatapan sendu pada Sinta.

"Maafkan mama sayang, mama tidak membeda-bedakan kalian nak, kalian berdua anak mama."

"Cukup ma, omong kosong apa yang mama ucapkan, Dania itu hanya anak tiri mama dan akulah anak kandung mama tapi mama perlakukan seperti anak tiri, dari kecil mama selalu menyuruhku mengalah pada nya. Aku memberikan mainanku dan semua yang aku miliki termasuk mama, dan sekarang haruskah aku juga memberikan orang yang aku cintai padanya mah?" Sinta berteriak kesetanan. Hatinya begitu sakit mengingat Dania dan Bobby akan segera menikah.

Nyonya desi mendekati Sinta yang luruh di lantai dan menangis sesenggukan. Tangannya membelai rambut Sinta.

"Maaf kan mama jika mama banyak salah selama ini nak. Tapi sungguh mama tak pernah mengabaikanmu, mama sangat menyayangimu Sinta, mama juga sangat menyayangi Dania, walaupun dia tidak lahir dari rahim mama, tapi mama yang mengurusnya dari bayi."

"Oohh, begitu jadi seorang ibu lebih menyayangi anak tirinya daripada anak kandungnya? gitu maksud mama?" Sinta bicara dengan sinis ke mamanya.

Pikiran nyonya Desi menerawang jauh, mundur ke dua puluh empat tahun yang lalu.

"Sinta kita banyak berhutang budi pada papa, kalau bukan karena papa mungkin kamu sudah tidak ada di dunia ini lagi nak. Dulu kita hanya lah orang miskin yang tinggal di jalanan, Lalu hanya karena mama pingsan di depan mobilnya papa membawa kita ke rumah sakit. Dan saat itu tubuhmu yang kurus ternyata mengidap penyakit serius. Kamu mengidap kanker hati dan sudah kronis hingga karena iba papa membawamu berobat keluar negri hingga sembuh. Lalu setelah kamu sembuh papa membawa kita tinggal di rumah ini. Awalnya kita hanya di kasih tumpangan dan mama membantu mengasuh Dania kecil yang sudah di tinggal ibunya lari dengan laki-laki lain entah kemana. Lalu papa menikahi mama karena papa melihat mama begitu menyayangi Dania. Dan kita menjadi keluarga bahagia hingga saat ini. Lalu tegakah kamu akan menghancurkan keluarga ini nak?" nyonya Desi mencoba meluluhkan hati Sinta, dengan menceritakan masalalu ia berharap Sinta bisa mengerti.

Sinta menatapnya dengan penuh amarah.

"Apa mama bilang? kita menjadi keluarga yang bahagia hingga saat ini? aneh!! kalian saja yang bahagia aku tidak pernah bahagia! pernahkan mama memikirkan atau memperdulikanku mah? apa mama tahu aku bahagia atau tidak!"

Bersambung......