Serpihan Cinta Di Atas Luka

*** Selamat datang 🤗

Happy reading 😍

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

🎶Kubuka album biru

Penuh debu dan usang

Ku Pandangi gambar diri, kecil, bersih belum ternoda.

🎶Kata meleka, diliku s'lalu di manja

Kata meleka, diliku s'lalu di timang

Oh, Bunda, ada dan tiada dilimu

'kan selalu ada di dalam hatiku.

Sepenggal kalimat lagu, di nyanyikan oleh Mahira & Maysarah.

Rio & Septi begitu terharu melihat bagaimana kedua gadis cilik itu, bernyanyi sembari menghayati lagu yang mereka bawakan.

"May & Hira, benar-benar punya bakat di bidang tarik suara ya Ri" ujar Septi.

"Iya, seandainya saja mbak Jani & mbak Intan, mengijinkan mereka masuk YouTube kita, pasti bakal peccah view nya" timpal Rio.

"Sudah kan bibi, penontonnya banyak gak?" Tanya Hira

"Ya belum lah Cil, kan belum di edit, jadi belum di posting!"

"Halla, ndak usah di potong edit segala, udah gitu aja paman, mau di edit sepelti apapun, tetap saja Hila, milip mas-mas banci panggung!" ejek May.

"Kamu bilang apa, barusan May? Aku cantik seperti bidadari gini, kamu bilang mirip mas banci, ndak normal kamu May!" sungut Hira.

Melihat Mahira yang akan mengeluarkan jurus andalannya, langsung saja Septi cepat melerai perdebatan anak kembar itu.

Jangan sampai Hira yang menangis, akan sangat susah membujuknya, kecuali menggunakan duit biru.

"Hira sangat cantik, sangat imut, juga sangat bagus bernyanyinya!" ujar Septi.

"Bagus apa! Dia cuma nyanyi haaa, laaa, yaaa, lihat itu penampilannya, baju gak ada talinya, lok compang camping, sangat milip mas banci panggung!" sindir May tanpa ampun

"May sini kamu, hah!" berakhir mereka berdua saling kejar-kejaran.

Huha... huuha, "Paman, mana bayalan kami?" todong May dengan nafas masih ngos-ngosan, abis berkejaran dengan Hira.

"Belum juga di posting, tapi sudah minta imbalan!"

"Ya jelas lah Paman, kami sudah bekerja keras, jadi harus di gaji!" timpal Hira, kalah sudah Rio.

"Ayo, kami antar kalian ke pasar nyari kado buat Bunda!" lalu mereka berempat berangkat menaiki motor matic milik Septi. Sebelumnya Rio sudah meng-upload video tadi.

...----------------...

"Ya ampun, lucu banget dua anak kembar ini!'

"Lihat lah, gaya gadis cilik yang bermata Amber itu, gemesin banget!"

"Yang bermata abu abu, kalem banget, suaranya juga bagus, walaupun masih cadel!"

"Eh, tunggu, kenapa yang berbusana seperti biduan dangdut itu, mirip Pak Sagara ya, bos kita!" ujar salah satu dari wanita penggosip itu.

Mereka tidak tahu jika di belakang mereka tengah berdiri seseorang yang di maksud mirip tersebut.

Ekhem...ekhem, lantas ketiga wanita tersebut membalikkan badan & langsung terkejut.

"Ma-af, Tu-an, Ma-af, Pak" cicit mereka.

"Apa kalian di gaji untuk menggosip di jam kerja!" hardik Agam, Sagara hanya melihat sekilas saja.

"Sekarang, kembali ke ruangan kalian masing-masing!" secepat kilat mereka berlari tunggang langgang.

Begitu masuk ruangan nya Sagara meminta Lidya mencari tahu video, yang tadi di tonton karyawannya.

"Tuan, ini videonya!" Lidya meletakkan sebuah tablet di atas meja Sagara

Deg

Deg

Deg

"Papa!" gumam Sagara ketika melihat isi tayangan tablet tersebut. gadis cilik bermata abu abu itu sangat mirip dengan almarhum papanya.

belum hilang rasa terkejutnya, ia kembali di buat shock dengan gadis cantik sedikit centil, begitu mirip wajahnya, seperti dirinya versi wanita.

"Ya Allah, perasaan apa ini, kenapa perasaan ku begitu nyaman serta hangat ketika memandang mereka, sama seperti dulu aku memandang Dia." batin Sagara.

Tak terasa video yang Sagara tonton sudah ia putar ulang lebih dari empat kali. Sagara hampir tak berkedip, memandang dua gadis cilik yang sangat cantik serta menggemaskan itu.

Agam dan Lidya saling menatap, mereka sendiri belum melihat jelas isi video yang tadi di hebohkan karyanya Rahardian MNC, hanya mendengar suara alunan lagunya saja.

"Tuan, orang tua kandung, Tuan muda Raka, sudah berada di rumah utama,Tuan!" lapor Mira yang baru saja masuk ke dalam ruangan Sagara.

Melihat sang atasan tengah asyik melihat sebuah tablet. Mira langsung melirik kedua rekannya.

"Agam, tolong segera cari tahu, siapa dua anak perempuan ini!" sembari memberikan tab nya, kepada Agam.

Begitu mereka bertiga melihat rupa dua gadis kecil itu.

"Ini sih, Tuan Sagara, versi kemasan sachet!" celetuk Lidya, setelah melihat anak perempuan berpenampilan ala-ala penyanyi dangdut, yang tidak lain adalah Mahira.

"Matanya seperti milik almarhum, tuan Wicaksono Rahardian" sambung Mira saat melihat Maysarah. Agam mengiyakan ucapan kedua teman sejawatnya itu.

"Entah mengapa aku seperti memiliki ikatan batin kepada mereka berdua" gumam Sagara.

...****************...

"Raka, ayo nak, salim dulu dengan ayah dan ibu!" pinta Sagara kepada sang anak,

Dengan malu malu, Raka menyalami sepasang suami istri yang di maksud sang papa.

"Yah, anak kita yah!" bisik sang istri kepada sang suami, "Bu, jangan menangis di depan Raka, nanti Dia ketakutan!" peringat sang suami.

Ibu mana yang tidak menangis ketika bisa melihat kembali anak semata wayangnya, setelah dua tahun di pisahkan secara paksa oleh keluarga Handoko.

"Ibu, Napa angis?" tanya si kecil saat melihat pipi si ibu basah oleh air mata.

"Ndak apa apa nak, ibu senang sekali ketemu sama Raka, boleh peluk tidak?"

"Boyeh" Raka melebarkan kedua tangannya, tanda bersedia untuk di peluk.

Bukan hanya si ibu yang memeluknya, Ayah juga ikutan. mereka berdua menangis haru sembari memeluk Raka. kerinduan mereka selama dua tahun akhirnya mendapatkan pelepasan. Perpisahan itu sungguh sangat membuat mereka menderita dalam ketidakberdayaan.

"Bapak dan ibu, tinggallah di rumah ini dulu, ambillah hati Raka dengan perlahan, untuk masa depannya, saya sudah memasukkan nama Raka, kedalam asuransi pendidikan masa depan. saya juga akan rutin mengirim uang setiap bulannya, sampai kelak Raka dewasa!" Beritahu Sagara

"Terimakasih Tuan, tolong jangan melakukan semua itu, dengan Tuan mengijinkan saya membawa Raka kembali, saya sudah sangat bersyukur."

"Saya sudah menganggap Raka seperti anak saya sendiri, tetapi, sebaiknya baiknya orang tua angkat, tetap lebih baik orang tua kandung, setiap anak pasti menginginkan tumbuh besar dalam asuhan serta limpahan kasih sayang kedua orangtuanya!"

"Manfaatkanlah waktu kalian disini sebaik mungkin, selama sebulan ini, Anyelir tidak akan berada disini, dia sedang ada pekerjaan di luar negeri!"

Para pekerja di rumah Sagara sangat setia kepadanya, sudah pasti mereka akan tutup mulut, serta ikut bekerja sama.

...----------------...

"Tuan, pesawatnya sudah siap mengudara!" beritahu Agam, mereka sekarang sudah berada di dalam ruangan tunggu Bandara.

Seringai licik pun nampak di sudut bibir Sagara, sebelumnya ia telah menerima puluhan foto, serta beberapa keterangan lainnya dari detektif yang ia sewa.

Bersambung

Mohon dukungannya🤗, terimakasih sudah mampir 😍