NovelToon NovelToon
Empat Istri Lima Sekarat

Empat Istri Lima Sekarat

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Playboy / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Askararia

Di sebuah kota di negara maju, hiduplah seorang play boy stadium akhir yang menikahi empat wanita dalam kurun waktu satu tahun. Dalam hidupnya hanya ada slogan hidup empat sehat lima sempurna dan wanita.

Kebiasaan buruk ini justru mendapatkan dukungan penuh dari kedua orang tuanya dan keluar besarnya, hingga suatu saat ia berencana untuk menikahi seorang gadis barbar dari kota tetangga, kebiasaan buruknya itu pun mendapatkan banyak cekaman dari gadis tersebut.

Akankah gadis itu berhasil dinikahi oleh play boy tingkat dewa ini? Ayo.... baca kelanjutan ceritanya.....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Askararia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18

   Mario dan Rina keluar dari ruangan dokter yang menangani Ardi dan Arda dengan wajah lesu, melihat hal itu Harry segera bergegas menghampiri keduanya.

  "Tante, Om, gimana keadaan Arda? Apa dia baik-baik saja?" Tanya Harry.

   Rina hanya mengangguk, terlihat kecemasan yang mendalam dirajut wajahnya, sedangkan Mario hanya menepuk pundak lelaki muda itu beberapa kali sebelum mereka kembali melanjutkan langkah kaki mereka kearah ruangan dimana saat ini Ardi berada.

  Rina memperhatikan sekitarnya, semula anak gadisnya dan teman sekolah anak kembarnya itu berada bersama mereka.

  "Tante nyariin Nadia ya? Dia pergi sebentar, ada urusan!" Ucap Harry sebelum Rina bertanya.

 "Kalau Andre?"

  "Aku disini, Tante!" Ucap Andre dari ambang pintu, wajah dan beberapa bagian tubuhnya yang terluka sudah diberi obat oleh dokter.

  Andre berjalan mendekati ketiganya, bibirnya pucat serta matanya terlihat cekung. Harry menatap pasangan suami istri itu bergantian sebelum akhirnya Andre melangkah mendekati mereka.

  "Bukannya kamu baru saja diobati, Andre?" Tanya Rina yang masih menangis, namun melihat kondisi Andre yang sepertinya tidak baik-baik saja membuatnya khawatir.

  "Iya, Tante. Tapi tiba-tiba aja perutku sakit, Tante. Mungkin karena lapar!" Ucap Andre tersenyum, namun tak berapa lama kemudian ia terjatuh sambil memegangi tangan Harry yang berdiri disampingnya.

  "Dokter!"

  "Dokter!" Panggil Harry dari ruangan itu, semua orang didalam ruangan tersebut melihat kearah Andre bersamaan, semakin lama Andre perlahan kehilangan kesadaran diri hingga akhirnya dilarikan keruang ICU.

   Lagi dan lagi Rina, Mario dan Harry harus menunggu kabar dari ruangan ICU dengan perasaan kalut dan kini bukan hanya satu tapi dua orang. Beberapa jam kini berlalu dan Nadia baru tiba dirumah sakit dengan pakaiannya yang sudah berganti.

  Harry berlari panik menghampiri Nadia sambil memegangi ponselnya yang sejak tadi berbunyi, menghubungi nomor ponsel keluarga Andre.

  "Nadia, Andre ada diruang ICU sekarang. Kata dokter ada organ dalam yang terluka, aku mau menghubungi keluarganya tapi tidak bisa, bagaimana ini?" Tanya Andre.

  Dengan tenang Nadia meraih ponsel Harry lalu mengirim beberapa baris pesan pada nomor dilayar ponselnya.

  "Kamu bilang apa pada mereka?" Tanya Harry begitu Nadia mengembalikan ponsel itu kepadanya.

  "Owhhh hanya sepatah dia patah kalimat yang menyegarkan mata!" Jawab Nadia, Harry pun tak dapat menutupi kepanikannya saat membaca pesan yang dikirim Nadia pada orangtua Andre.

  "Woi, Samsul, anakmu masuk rumah sakit, jangan pura-pura tidak mendengar telepon ku atau pesanku, aku tidak meminta uang padamu, cukup antar bajunya anakmu kerumah sakit, secepatnya. Jangan sampai khodam ku keluar atau aku akan menelan mu hidup-hidup!"

  Lelaki muda itu menggelengkan kepalanya beberapa kali, lalu kembali berjalan menyelaraskan langkah kakinya mengikuti Nadia.

  "Bagaimana dengan kedua anak itu? Kudengar mereka tertangkap oleh polisi sebelum Ardi dan Arda sampai kerumah sakit!" Tanya Nadia pada papanya.

 "Kata beberapa guru disekolah, mereka hanya akan di skors beberapa minggu saja, polisi tidak bisa menahan mereka karena mereka masih anak dibawah umur!" Jawab Mario pelan.

  "Sudah kuduga, berarti dua anak lagi harus diberi jatah lagi!" Batin Nadia.

   Waktu lewat begitu cepat dan kini hari berganti, Nadia dan Harry tetap mengikuti proses belajar di kampus bersamaan dengan hari pernikahan pertama antara Austin dan Laura. Namun keduanya tidak berjalan bersama saat tiba di kampus sebab Austin tidak ingin kabar pernikahannya tersebar keluar.

   "Hai, sayang!" Austin menyapa Nadia yang duduk disamping Harry.

   Gadis itu tak merespon, justru secara sengaja tersenyum pada Harry yang tampak kebingungan dengan tingkahnya yang tiba-tiba berubah centil, namun sejauh mata memandang ia memperhatikan Laura yang memasang raut wajah kesal saat Austin mendekatinya.

  "Guyssss, aku punya kabar bagus hari ini!" Ucap Nadia tiba-tiba.

  Beberapa teman menolah pada Nadia, gadis ini secara sengaja memeluk Harry dan duduk di pangkuannya.

  "Kemarin, aku dan Austin resmi putus, dan hari ini..... aku dan Harry resmi ber... pa.... ca.... ran..... " ucapnya membuat semua orang dikelas itu bersorak, kecuali Harry, Laura dan Austin.

  "Nadia, apa maksudmu?" Tanya Austin geram, ia dengan sigap menarik tubuh Nadia dari Harry.

  Seolah tak ingin kesempatan sempit ini berlalu begitu saja, Harry menahan tubuh Nadia agar tetap berada di pangkuannya.

  "Jangan coba-coba merebutnya dariku, orang dengan penyakit selingkuh sepertimu tidak pantas bersanding dengannya!" Ucap Harry tegas.

  "Wuuuuuu, dasar tukang selingkuh!" Ucap Nadia menjulurkan lidahnya pada Austin.

  "Guys, apa kalian tahu siapa selingkuhannya? Selingkuhannya adalah..... Laura.... si teman dekatku, dan kabarnya sebentar lagi mereka akan memiliki bayi bersama!"

  "Whoaaa, apa itu benar?" Ucap salah seorang meramaikan kelas tersebut.

   Laura mulai menundukkan kepalanya saat orang-orang berbisik sambil mencibir kearahnya dan Austin, Harry dan Nadia tertawa kecil dan dengan kompak mengejek kedua pengantin baru itu sambil menjulurkan lidah mereka.

  "Padahal selama ini Nadia baik banget sama Laura, siapa sangka dia malah tidur dengan pacarnya? Memang orang terdekat kita selalu tampak mencurigakan, apalagi orangnya tidak tahu diri seperti dia!" Ucap salah satu gadis dibelakang Laura.

Rasa malu kini menyelimuti perasaan Laura, apalagi selama ini kabar persahabatannya dengan Nadia sudah tersebar luas di kampus. Laura menoleh kebelakang, melihat gadis gemuk kursi belakangnya membuatnya semakin kesal karena ia ikut berbisik membicarakan dirinya.

"Kayaknya kamu harus bercermin deh, makan kayak babi bikin bobot kamu terlihat kaya babi!" Balas Laura yang tak terima dirinya menjadi bahan tertawaan orang-orang disana seorang diri.

Nadia bangkit berdiri dari kursi Harry, mendorong Austin menjauh dari hadapannya sambil tersenyum tipis.

"Nggakpapa, makan aja yang banyak sampai kenyang, kalau sudah kenyang kan nggak akan makan teman kayak dia, iya kan Laura? Selama ini kamu makan sedikit, bukan untuk diet tapi untuk makan teman, iya kan?"

"Kurang ajar, jangan sembarangan ya kalau ngomong!" Teriak Laura dari kursinya.

"Nyenyenyenye!"

"B A, BA, C O, Co, tambah T, tolol..... " balas Nadia yang tak ingin kalah.

Laura yang kesal dan malu memutuskan untuk keluar dari ruangan tersebut, sementara Nadia memilih duduk setelah selingkuhan pacarnya itu berlalu pergi begitu saja. Austin kesal, ditariknya tangan Nadia dan membawanya keluar, bahkan disaat Harry ingin mengikuti keduanya, dengan sigap Austin menunjuk Harry dengan marah.

"Gapapa, Harry. Aku baik-baik saja!" Ucap Nadia menghentikan langkah kaki Harry.

Austin dan Nadia kini berada di ujung lorong, lelaki itu menggenggam erat tangan Nadia hingga gadis itu kesusahan untuk melepaskan tangannya.

"Kata siapa kamu bisa pacaran sama Harry? Kamu lupa kalau aku dan kamu masih terikat hubungan... "

"Pacaran? Ya elah Austin, yang udah nikah aja bisa pisah, gimana yang masih pacaran? Lagian nih ya, kamu itu sudah bekas, segel mu sudah dibuka dan kamu sekarang hanya jadi barang.... rongsokan....." ucap Nadia memotong ucapan Austin.

"Ouwhhhh, bukan.... bukan.... kalau barang rongsok itu kan masih bisa didaur ulang ya, gimana kalau kamu aku ganti jadi.... sampah residu, sampah yang terkontaminasi pada pelakor dan wanita malam, murahan dan tidak punya harga diri menjadikan kamu menjadi manusia sampah yang tidak dapat didaur ulang. Bahkan tempat sampah pun tidak sudi menerimamu!"

"Tapi setidaknya kamu pernah memungut sampah seperti ku, Nadia!" Balas Austin dengan wajah datarnya.

"Mmmm, hanya memungut, bukan mendaur ulang!"

"Nggak, Nadia. Terserah kamu mau bilang aku sampah organik non organik, sampah residu atau apalah itu.... aku tetap nggak mau hubungan kita berakhir. Kamu lupa kalau kamu sudah aku kenalkan pada kedua orangtuaku? Mereka menyukaimu dan kamu tidak boleh memutuskan hubungan secara sepihak, Nadia!" Ucap Harry kembali.

Nadia menghela nafas panjang sebab ia tak lagi mampu membalas perkataan yang dilontarkan Austin padanya, meski muak dengan lelaki itu namun ia masih merasa kalau dirinya masih terikat dengan Austin.

"Ingat semua waktu yang kita lewati bersama, Nadia. Jangan biarkan semua berjalan sia-sia!"

Sejenak Nadia terdiam merenungkan waktu yang sudah dihabiskannya dengan Austin, selama ini ia banyak membantu Austin dengan uang hasil kerja kerasnya dan sampai saat ini jika dihitung-hitung ia belum mendapatkan kembali semuanya.

"Heummm, benar juga. Jadi, apa harus aku memanfaatkannya seperti usul Arda kemarin? Tapi.... terkesan murahan nggak sih?" Batinnya menatap Austin dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Aku janji, aku akan berikan semua yang kamu mau, asal kita tetap mempertahankan hubungan kita!"

"Haisss, kau membuatku jijik. Kalau kau setakut itu kehilanganku kenapa kau selingkuh dariku?" Batin gadis itu lagi.

Austin masih menunggu jawaban Nadia sementara Nadia masih mencari apa keuntungan yang didapatnya kalau ia mempertahankan status pacaran itu.

"Tunggu, aku sudah mendapat jawabannya!" Ucap Nadia dibalas anggukan oleh Austin.

"Belikan apartemen atas namaku dengan uangmu, kuberi waktu tiga bulan, kalau tidak mampu bilang menyerah!"

"Akan ku belikan, berapa? Empat? Lima? Seratus pun akan ku berikan demi kamu, demi cinta kita!" Ucap Austin dengan cepat, ia tanpa malu meraih kedua tangan Nadia lalu menciumnya.

"Huekkk, jijay.... jijik baday...., kalau bukan mau memanfaatkan mu, mana mungkin aku sudi dipegang sama kamu?" Batin Nadia yang ingin mual melihat tingkah Austin, sementara disisi lain ada Laura yang terlihat kesal menyaksikan keduanya tampak bermesraan didepannya.

1
emili19
Baca cerita ini jadi penghilang suntukku setiap hari
Askararia: Wahhh, makasih banyak yah Kak, senang membaca komentar positifnya, saya akan terus berusaha membuat ceritanya semenarik mungkin 🥰
total 1 replies
Anrai Dela Cruz
Duh, hati rasanya meleleh.
Askararia: Terimakasih atas komentarnya ya kak, kalau kayak gini makin semangat deh nulisnya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!