NovelToon NovelToon
USTADZ GALAK

USTADZ GALAK

Status: tamat
Genre:Tamat / Pernikahan Kilat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Terpaksa Menikahi Murid / Suami ideal
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: HANA ADACHI

Kalau nggak suka, skip saja! Jangan kasih bintang satu! Please! 🙏🙏

Gara-gara sebuah insiden yang membuatnya hampir celaka, Syahla dilarang keluarganya untuk kuliah di Ibukota. Padahal, kuliah di universitas itu adalah impiannya selama ini.

Setelah merayu keluarganya sambil menangis setiap hari, mereka akhirnya mengizinkan dengan satu syarat: Syahla harus menikah!

"Nggak mungkin Syahla menikah Bah! Memangnya siapa yang mau menikahi Syahla?"

"Ada kok," Abah menunjuk pada seorang laki-laki yang duduk di ruang tamu. "Dia orangnya,"

"Ustadz Amar?" Syahla membelalakkan mata. "Menikah sama Ustadz galak itu? Nggak mau!"

Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah pernikahan mereka akan baik-baik saja?

Nantikan kelanjutannya ya🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13. 'Suami Tidak Pernah Marah Pada Istri'

Dari rumah sakit, Syahla dan Ustadz Amar kembali ke restoran seafood untuk mengambil mobil. Setelah itu mereka kembali lagi ke kampus untuk melakukan kegiatan mereka yang sempat tertunda.

Selama perjalanan ke kampus, Syahla merasa suaminya tidak mau bicara padanya dan lebih sering memalingkan muka. Syahla yang masih merasa bersalah juga memilih diam saja. Setelah itu mereka disibukkan dengan urusan masing-masing, Ustadz Amar mengajar dan Syahla berkutat dengan buku-buku di perpustakaan.

Barulah saat di perjalanan pulang, Syahla mulai tidak tahan. Ia adalah tipe orang yang tidak mau punya musuh. Jadi kalau ada masalah sekarang, ya harus diselesaikan sekarang juga.

"Om Suami.." Syahla membuka percakapan. "Sampeyan masih marah?"

Ustadz Amar yang sedang membuka masker dari mulutnya langsung melihat Syahla keheranan. Ia memang memakai masker saat di kelas untuk menutupi wajahnya yang bengkak karena alergi.

"Memangnya saya marah sama siapa?"

"Ya sama saya lah," Syahla malah ganti merasa heran. "Sampeyan kan dari tadi nggak mau bicara sama saya."

"Hah?" Ustadz Amar ternganga dengan telunjuk mengarah ke dirinya sendiri. Ia kemudian mulai berpikir lagi, bagian mana yang membuat istrinya mengira dia marah?

Ah, Ustadz Amar mengerti. Sedari rumah sakit, Ustadz Amar memang menghindari berbicara dengan Syahla. Tapi bukan karena dia marah. Demi Tuhan, tidak sama sekali. Ustadz Amar melakukan itu karena dia malu memperlihatkan wajahnya yang jelek seperti disengat tawon.

"Kamu salah paham. Itu tadi hanya efek obat saja. Tapi saya tidak pernah marah," Kata Ustadz Amar beralasan.

"Oh...." Syahla tampak menganggukkan kepalanya. Yah, mana ada orang marah mengakui dirinya marah?

"Saya tidak marah, Syahla." Ustadz Amar menoleh lagi ke arah Syahla yang tampak tidak yakin dengan ucapannya.

"Iya.." Syahla mengangguk lagi.

"Coba, kamu ulangi. Tadi saya bilang apa?"

Syahla mengernyitkan dahi. "Ustadz tidak marah?"

"Ustadz? Kenapa panggilannya jadi Ustadz lagi?"

"Oh, soalnya Ustadz kelihatan masih marah.."

"Saya tidak marah, Syahla.." Ustadz Amar akhirnya menggunakan kedua tangannya untuk memberi isyarat. "Coba ulangi. Suami tidak pernah marah pada istri,"

"Suami tidak pernah marah pada istri," Syahla mengulangi perkataan Ustadz Amar dengan lancar.

"Oke, bagus! Cukup ingat-ingat itu saja. Suami tidak pernah marah pada istri,"

"Jadi, Om Suami benar-benar sudah nggak marah sama saya lagi?"

"Saya tidak pernah marah Syahla!" nada suara Ustadz Amar meninggi karena kekesalannya memuncak. "Kalau saya bilang tidak marah, ya tidak!"

Syahla tersentak, air matanya merebak mendengar bentakan Ustadz Amar. "Sekarang, Ustadz sedang marah sama saya?"

Ustadz Amar meremas rambutnya frustasi. "TIDAKKK!!!"

...----------------...

Untungnya, meski perdebatan tentang Ustadz Amar marah atau tidak itu berlangsung lama, mereka sampai di rumah dengan selamat. Mereka kemudian segera masuk ke kamar Masing-masing untuk membersihkan diri.

Setelah mandi dan berganti baju, Syahla mulai membuka tas laptopnya. Ia memastikan apakah laptop yang waktu itu ia jadikan sebagai senjata melawan geng Samurai masih bisa menyala. Terakhir kali mencoba, layar laptop itu hanya berwarna hitam saja. Siapa tahu setelah dibiarkan berhari-hari, laptopnya kembali seperti sedia kala.

Tapi harapan memang tinggal harapan. Laptop berwarna biru itu hanya memunculkan layar hitam saja meski ia menunggu selama beberapa jam.

"Gimana dong?" Keluh Syahla. "Kalau mau diservis, pasti bakalan lebih dari seminggu. Mana sempat?"

Syahla membuka ponselnya dan berniat menghubungi dua anggota kelompoknya yang lain. Tapi tidak jadi karena ia merasa itu akan sia-sia saja. Buktinya, meski presentasi mereka sudah di depan mata, tidak ada satu pun yang menghubunginya untuk sekedar bertanya.

'Hai Syahla, lu sibuk?'

Pesan dari Kak Rama membuat dahi Syahla berkerut.

Syahla: 'lagi nugas buat presentasi kak. Kenapa?'

Kak Rama: 'Rajin banget ya lu. Maba memang harus begitu biar dapat ipk bagus.'

Syahla: 'Hehehe, iya kak. Btw, ada apa ya kak?'

Kak Rama: 'Nggak ada apa-apa kok Lala. Eh, gw boleh manggil lu Lala kan? Soalnya lebih enak aja nyebutnya ketimbang Syahla. Kepanjangan soalnya.'

Syahla: 'Boleh kok kak.'

Kak Rama: 'Oke deh dek Lala. Oh iya, kalau ntar ada tugas yang susah, lu bisa nanya gw aja. Siapa tau gw bisa bantu😎'

Syahla membaca pesan dari Kak Rama lamat-lamat. Meminta bantuan dari kakak tingkatnya? Kenapa tidak? Syahla kemudian tampak mengetik pesan balasan dengan ragu-ragu.

Syahla: 'kebetulan saya lagi perlu bantuan sih kak🙏'

Kak Rama: 'Oh ya? Bilang aja La. Pasti gw usahain buat bantu.'

Syahla: 'Saya dapat tugas presentasi minggu depan kak. Tapi laptop saya rusak. Kalau gk keberatan, boleh nggak saya pinjam laptop kak Rama?🙏'

Dibaca. Begitu keterangan yang terlihat di balon pesannya. Tapi tidak ada jawaban. Syahla buru-buru mengetik lagi.

Syahla: 'Eh kak, kalo ga bisa gk papa kok. Saya bisa pinjam yg lain aja🙏🙏'

Kak Rama: 'Boleh kok la. Besok gw anter ke kelas lo ya?'

Syahla: 'Serius kak? Emangnya ga ngerepotin?'

Kak Rama: 'Sama sekali nggak. Gw malah seneng karena bisa bantuin adek tingkat gw.'

Syahla: 'Makasih banyak ya kak!'

Kak Rama: 'Tapi nggak gratis ya. Lu harus sering2 traktir gw makan🤭'

Syahla: 'Siap!😁 Sekali lagi makasih ya kak🙏'

Kak Rama: 'Santai aja La😊'

Syahla menghela napas lega. Satu masalahnya sudah selesai. Ia pasti bisa tidur dengan nyenyak malam ini.

Sedang asyik-asyiknya berbalasan chat dengan Kak Rama, Ustadz Amar menelepon. Tentu saja dirinya merasa heran. Mereka kan satu rumah, untuk apa menelpon segala?

"Halo?"

"Keluar," Perkataan Ustadz Amar benar-benar seperti titah. Karena meskipun Syahla mengeluh sambil bersungut-sungut, dirinya tetap beranjak dari kasur dan keluar kamar.

"Kenapa sih, Om Suami? Kenapa harus nelepon saya padahal kita satu rumah?" ketus Syahla kesal.

"Saya nggak enak kalau harus teriak-teriak di dalam rumah. Terus, saya nggak bisa ketuk pintu kamar kamu karena ada garis batasnya. Saya nggak mau kena denda lima puluh ribu," jawab Ustadz Amar santai.

"Ck," Syahla berdecak. "Perhitungan banget sih,"

"Mau ini nggak?" Ustadz Amar mengangkat sebuah kantong plastik.

"Itu apa?"

"Udang asam manis. Dari restoran tadi,"

Syahla membelalakkan matanya. Sejujurnya, dirinya tadi belum puas makan udang gara-gara harus mengantarkan Ustadz Amar ke rumah sakit. Tidak disangka Ustadz Amar ternyata juga memesan untuk dibawa pulang.

"Sini!" Saking senangnya, Syahla sampai lupa dengan batas yang ia buat. Ia sudah tidak sabar ingin memakan udang kesukaannya itu dan melanggar aturannya sendiri.

"Lima puluh ribu dulu," Ustadz Amar memberi isyarat.

Syahla seketika sadar kalau dirinya sudah dijebak. "Dasar licik!"

"Yah, bagaimana ya? Peraturan tetap peraturan kan?"

"Ini curang! Saya nggak mau bayar denda kalau caranya begini!"

"Yasudah," Ustadz Amar melipat tangannya. "Kalau tidak mau, udangnya dibuang saja."

"Eh, jangan!" Syahla cemberut. "Yaudah deh saya bayar, tunggu di sini!"

Syahla bergegas masuk ke dalam kamarnya lagi dan kembali dengan uang lima puluhan ribu. "Nih! Lima puluh ribu rupiah! Kontan!"

"Oke. Silakan menikmati hidangan Anda, Nona."

Dengan ekspresi jail, Ustadz Amar menyerahkan bungkusan itu dan masuk ke kamar begitu saja.

"Dasar suami nyebelin!" teriak Syahla kesal.

1
Yhunie Andrianie
oallaaahhh wes falling in love💞 rupa ny pak ustadz🤭🤭
Tia H.
😅😅😅 ustadz amar iseng ya cemburu nya lucu.
Ilham Bay
Luar biasa
Ilham Bay
Lumayan
Susanti Susanti
Luar biasa
Wiwin Almuid77
jadi inget pas di pesantren dulu ada temenku yg suka bikin cerpen gitu...
Vitamincyu
❤️❤️
Tia H.
duh si bulek bikin aku mewek aja.
Tia H.
bulek kalau patokannya bisa masak bisa nyuci g mungkin suami mu kabur haduh bulek bulek.
Tutus Roimatus
Luar biasa
Zayyin Arini Riza
Baru nemu judul novel ini dan ceritanya seru.. runtutan tulisannya apik, asik buat dibaca... keren...
Rose Reea
wadaw
Rose Reea
💕🌹🌹🌹💕
Andi Bahraeni
Lumayan
Rose Reea
🤣🤣🤣🤣🤣
Rose Reea
ciyeeeeeeh
Rose Reea
Halah jadi melow 🥲
Rose Reea
huhuy
Rose Reea
sa ae lu tadz 🤭
Rose Reea
🥰🥰🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!