Alaska Krisan dan Dionna Patrania terlibat dalam sebuah konspirasi bernama perjodohan.
Demi bisa hidup tenang tanpa campur tangan Mamanya, Alaska akhirnya menuruti keinginan mamanya untuk menikahi Dionna . Spesis wanita yang berbanding terbalik dengan kriteria wanita idaman Alaska.
Bagi Dionna, Alaska itu tidak bisa ditebak, sekarang dia malaikat sedetik kemudian berubah lagi jadi iblis.
Kalau kesetanan dia bisa mengeluarkan seribu ekspresi, kecepatan omelannyapun melebihi tiga ratus lima puluh kata permenit dengan muka datar sedatar tembok semen tiga roda.
Ini bukan cerita tentang orang ketiga.
Ini tentang kisah cinta Alaska dan Dionna yang
"manis, asem , asin = Alaska orangnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaBucin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Konspirasi Bernama Perjodohan
"Dijodohkan ?"
Alaska Krisan menatap kedua orang tuanya dengan pandangan tidak percaya.
Pernikahan adalah sesuatu yang paling Alaska hindari dan sekarang orang tuanya seenaknya menjodohkannya dan hendak menikahkannya dengan anak sahabatnya ? Hell, kacau, ini sungguh kacau.
"Ma, bukankah dulu kalian sepakat memberiku waktu untuk memilih sendiri wanita pilihanku ?" Alaska memicingkan matanya kearah sang Papa
" Pa , ayolah kau tidak akan membiarkanku terjebak dengan perjodohan konyol inikan ?"
"Astaga Al, apa kau amnesia ? Kau lupa kalau usiamu itu sudah tiga puluh dua ?" Elma memijit keningnya dramatis "dan selama waktu yang kami berikan kau tak pernah membawa satu orangpun wanita dihadapan Mama dan Papa ."
"Masih tiga puluh satu Ma" Alaska memutar bola mata malas, apakah semua wujud yang bernama wanita suka sekali membesar-besarkan masalah ?
"Ma, aku masih muda, dan aku belum ingin menikah." mendengar hal itu, Elma memukul kepala Alaska dengan sendok makan.
"Bisa-bisanya kau mengatakan belum ingin menikah, Mama ingin cucu Al ! Kami ingin kau segera memberikan kami banyak cucu !" pekik Elma dengan suara lantang bahkan sang suami tak berani menyela pembicaraan.
Alaska mendesis kesal " Ma, apa anak-anaknya Arkasa tidak cukup untukmu ? cucu Mama sudah 4 orang dan Mama masih serakah menginginkan cucu juga dariku ?"
"Baru 4 Al, dan itupun baru dari Arkasa. Mama akan tetap menuntut masing-masing hasil darimu dan juga Areksa. Pokoknya Mama ingin cucu darimu "
"Papa !" tegur Elma pada suaminya , walaupun sibuk bicara dengan Alaska, perhatian Elma tak luput juga dari gerak-gerik sang suami.
"Ada apa Mama ?" Ekspresi Aslan terlihat sangat meyakinkan.
"Tidak ada peliharaan dibawah meja makan ! " Elma sengaja menekankan kata dibawah meja makan karena ia tahu apa yang ada dibawah sana.
"Lalu apa boleh Papa menaruhnya didalam kandang puppy milik Mama ?" seketika semua yang ada diruang makan itu tertawa termasuk Aslan , dia dalangnya.
"Papa !" Sontak saja Elma langsung menatap suaminya dengan tajam membuat pria itu berusaha sekuat tenaga menahan tawanya.
"Hanya bercanda Ma." Aslanpun bangkit menarik rantai yang terhubung dengan kalung Kari, macan putih peliharaannya.
Kembali ketopik pembicaraan, Nyonya Krisan sekarang semakin kesal, ia beralih memandang Alaska dengan tatapan menusuk. Dari ketiga putranya, Alaskalah yang paling susah untuk menikah, bahkan selama ini wanita itu belum pernah melihat bahkan mendengar kabar bahwa putranya sedang menjalin hubungan dengan seorang wanita, Elma khawatir kalau putranya itu memiliki suatu masalah yang tak ia ketahui. Karena beberapa kali Alaska terlibat rumor kontroversial yang mengatakan bahwa pria itu seorang gay.
"Ma , jangan terlalu khawatir , nanti kalau aku sudah bertemu dengan wanita yang sempurna aku akan menyeretnya langsung kehadapanmu untuk segera dinikahi." ucap Alaska menenangkan.
"Sampai kapan kau akan mencari wanita yang kau anggap sempurna Al ? Mama dan Papa tidak ingin kau melajang seumur hidupmu" Elma menghela napas lalu menggenggam tangan Alaska
"Demi Mama , Mama mohon menikahlah dengan wanita pilihan Mama, ini semua demi masa depanmu dan juga demi masa depan keluarga kita Alaska." Elma memohon dengan wajah memelasnya, biarpun hati dan kepala Alaska sekeras batu tapi ia sangat menyayangi Mamanya.
"Calon istrimu ini luar biasa cantiknya, percayalah Al." Aslan sang Papa sudah mengurung peliharaannya dan sekarang ikut menambah bumbu untuk merayu putranya. Menyukseskan misi mereka.
"Ma , Pa , harga diriku benar-benar terluka ." erang Alaska , tapi ketika melihat mata Elma yang sudah berkaca-kaca, Alaska tak lagi berdaya, ia pasrah.
"Baiklah, kali ini siapa wanita itu ?" Alaska bertanya dengan malas sekaligus pasrah.
Wajah memelas Elma memang sangat menyedihkan dan menyedihkan itu paling ampuh meluluhkan putranya yang paling keras kepala. Seketika wanita itu kegirangan.
"Namanya Dionna Patrania , dia cantik dan sopan. Kamu pasti akan langsung menyukainya." Elma tak bisa menahan senyumnya, membayangkan betapa cocoknya Dionna dengan Alaska.
"Cantik saja tidak cukup dalam tahap penilaianku Ma." Balas Alaska
Tak kalah antusiasnya Aslanpun menambahkan " Tingginya 165, berat badan 55 kg, kulit putih, rambut panjang, lingkar pinggang 48,5 cm untuk lingkar dadanya tanyakan pada Mamamu." terang Aslan tak berani merambah keranah seperti itu didepan sang istri.
Pletak !!!
Giliran Aslan yang dipukul Elma dengan sendok tepat didahi. "Apa itu penting Tuan Krisan ?" Pelototan mata sang istri membuat Aslan cengengesan.
"Mama , itulah bumbu penyedap yang ingin para pria ketahui.." kata Aslan , tatapan mematikan sang istri membungkam celotehan tak jelasnya
"Katakan dengan benar" desak Elma.
"Iya Ma." Aslan berdehem "Calon istrimu ini baik, lemah lembut dan penurut , menurut Papa dia yang terbaik untukmu Al ." Aslan membuat wajah semeyakinkan mungkin membantu Elma membujuk putranya.
Alaska membuang nafas jengah dengan pelan tidak mau menyinggung kedua orangtuanya yang sangat bersemangat dengan wajah berseri-seri.
"Tentu dia yang terbaik kan itu wanita pilihan Mama dan Papa ." Celetuk Alaska sembari ia mengolesi selai pada sepotong roti.
"Mama dan Papa memilih Dionna untuk masa depanmu Alaska . Sempatkan libur untuk bertemu calon istrimu."
Alaska diam tak bergeming, hatinya sedikit demi sedikit mulai tergerak untuk menerima rengekan permintaan orangtuanya namun Alaska tidak bisa menampik keraguan yang bersembunyi didalam lubuk hatinya.
Apakah wanita itu benar-benar yang terbaik untuknya ?
•••
Ditempat lain , seorang gadis hampir gila menangis disudut kamar seperti mayat menyedihkan karena tak berhasil mendapatkan barang-barang limited edition yang sudah lama ia incar.
"Tas Gucciku, perhiasan channelku, sepatu Diorku..." rintihnya penuh keputusasaan
" MEREKA SUDAH TERJUAL HABIS !!! AKU TAK BISA MEMBELINYA !!! " Teriak Dionna histeris sampai urat dilehernya keluar nyaris putus.
Gadis itu benar-benar histeris nyaris gila.
Hari ini adalah grand opening Palais Royal Mall, pusat perbelajaan mewah dan berkelas pusatnya barang-barang high-class berada dan Dionna Patrania sejak tiga bulan yang lalu sudah mempersiapkan keseluruhan tenaga dan jiwanya untuk berburu barang-barang mewah karya designer terkenal. Namun naasnya tepat hari ini, ia mengalami kesialan yang luar biasa--- yang sialnya sepanjang perjalanan hidupnya.
Gadis malang itu kehilangan semua barang-barang incarannya yang sudah berada ditangan karena saat pembayaran Dionna tidak bisa menggunakan lima belas kartu kreditnya karena semuanya telah diblokir oleh yang maha kuasa Ellen , sang ibunda tercinta yang licik.
Tok
Tok
Tok
Dionna menoleh kepintu kamarnya tak berniat membuka pintu yang dikuncinya dari dalam. Ceritanya gadis itu sedang merajuk dan mogok makan karena insiden pemblokiran nyawanya. Yah, kartu kredit adalah nyawa Dionna Patrania. Dia bisa mati tanpa kartu kredit.
"Dionna buka pintunya !" Suara malaikat sang Ibunda melengking dibalik pintu.
"Tidak mau !" sahutnya ketus
Sekeras apapun Dionna menolak tidak akan membuka pintu kamarnya, pintu itu tetap akan terbuka lebar karena setiap ruangan dirumah itu punya kunci cadangan yang dipegang Ellen. Wanita itu adalah pengendali setiap elemen dirumah itu. Apapun yang terjadi, sekecil apapun kejadian, Ellen pasti mengetahuinya.
Dionna melirik kepintu kamarnya yang telah terbuka , Ibunya Ellen Patrania muncul disana seperti hakim yang siap memvonisnya mati.
"Apa lagi ? Apa lagi yang mau Mama ambil dariku ?" suara kesal Dionna hanya dibalas dengan hembusan napas lelah oleh Ellen.
Kartu kredit, Atm, dan mobilnya telah Ellen sita, tidak ada cara lain yang bisa Ellen gunakan untuk mengatur putri semata wayangnya yang manja selain dengan menyita semua fasilitasnya. Ellen sedikit menyesal karena salah langkah dalam mendidik putri satu-satunya ini .
Karena merupakan putri semata wayangnya keluarga Patrania , Dionna tumbuh menjadi gadis manja, tidak bisa diatur, dia melakukan apapun dengan semaunya, apapun yang ia inginkan harus ia dapatkan. Dionna benar-benar tumbuh menjadi monster yang mengerikan, lama kelamaan jika dibiarkan Dionna pasti akan membuat keluarga Patrania bangkrut.
Dionna Patrania merupakan lulusan universitas bergengsi dikota itu , gadis itu menyandang lulusan predikat Cum Laude namun sayangnya predikat itu ia dapat dengan curang. Dionna membayar seorang kutu buku untuk mengerjakan semua tugas-tugas kuliahnya tak luput juga dengan yang namanya skripsi.
Ellen dan Harri selaku orangtua Dionna , awalnya tidak tahu kelakuan putrinya. Terlalu bangga dengan prestasi yang diraih sang putri mereka mengadakan pesta besar-besaran sebagai bentuk perayaan lulusnya Dionna namun semuanya akhirnya terkuak, bau busuk akhirnya tercium kepermukaan. Kelakuan buruk Dionna dibongkar salah satu teman yang membencinya.
Dan sekarang Ellen dan Harrie memfokuskan Dionna untuk belajar manajemen agar kelak setelah mereka pensiun Dionna bisa meneruskan memimpin perusahaan, akan tetapi apa yang mereka harapkan jauh dari kenyataan. Bayangkan dalam sehari gadis itu bisa menghabiskan hampir 500 juta rupiah hanya untuk pergi belanja. Dionna bahkan membawa dua limosin untuk mengangkut barang-barang belanjaannya kerumah. Betapa gilanya putrinya.
Menghabiskan waktu dua hari--dua malam untuk memikirkan cara bagaimana menyelamatkan masa depan putri mereka, akhirnya Ellen mendapatkan jawaban dari teka-teki yang membuat kepalanya pening. Jawaban itu didapat dari pertemuannya dengan sahabat karibnya beberapa hari yang lalu yaitu Elma Krisan. Mereka masih menjalin hubungan walaupun masing-masing disibukkan dengan kehidupan rumah tangganya masing-masing.
Ide ini bermuara dari Ellen yang awalnya mengeluhkan kelakuan putrinya, lalu digantikan dengan curhatan hati Elma yang juga sama mengeluhkan putranya yang sampai saat ini belum juga menikah.
Tercetuslah ide tentang sebuah perjodohan.
Ellen dan Harrie saling menatap , mereka sedang bicara lewat tatapan. Baiklah Ellen yang akan bicara karena Ellenlah yang paling bisa membuat putrinya tak berkutik.
"Dionna kamu tidak bisa seperti ini terus..."
Dionna mendengus kesal " Memangnya apa yang salah Ma ? lagipula beberapa minggu ini aku sudah rajin masuk kantor, bukankah tidak apa-apa jika aku bolos sekali ?"
Ellen menghela napasnya lalu kembali menatap Dionna "Kau harus belajar memimpin perusahaan bukan berlaku seenaknya . Jika sikapmu terus-terusan seperti ini, tak ada pilihan lain selain menikahkanmu." ucap Ellen tegas.
Dionna membulatkan matanya lebar-lebar "Menikah ?! Omong kosong apa itu ? Aku masih 22 tahun Ma , aku masih sangat-sangat muda belum pantas untuk yang namanya pernikahan."
"Kalau kamu mati sebelum punya anak siapa yang akan mewarisi perusahaan keluarga kita Dionna ?"
"Wow-wow-wow---Tenang Ma, Pa , napasku masih panjang, aku tahu itu . Tenang saja jika aku sudah bosan, aku pasti akan menikah dan memberikanmu cucu-cucu seperti yang kau mau."
"Dionna kau ini satu-satunya putri Mama, Mama ingin banyak cucu darimu. Maka dari itu menikahlah dan buat banyak anak setidaknya minimal 7 anak..." Kata Ellen sudah memperhitungkan.
"Astaga Mom, memangnya anak mudah dibuat , diadon seperti kue dibentuk dengan bentukan imut ditaburi toping dengan berbagai varian rasa, lalu tinggal dipilih. Mau yang mana ?" Jawab Dionna asal
"Dionna, kali ini Mama serius !"
"Aku juga serium Ma !"
"Dionna, kau ingin kehilangan warisanmu ? Kau mau hidup gembel luntang-lantung dijalanan ?" Ya, warisan. Itu senjata ampuh untuk membuat nyali Dionna Serene menciut.
Dionna menghembuskan napas frustasi "Aku tidak mau jadi gembel, tapi aku juga tidak mau menikah Ma "
"Apapun yang terjadi kamu akan tetap menikah---- menikah dengan pria pilihan Mama ." Final Ellen, tak bisa diganggu gugat.
"Ma ----" rengek Dionna sambil menghentak-hentakkan kakinya dilantai. Sangat kekanak-kanakan.
"Menikah !"
"Mama..." Rengekan Dionna makin menjadi
"Dionna memangnya kau tidak penasaran dengan siapa pria yang akan Mama jodohkan denganmu ? Kata Ellen mengalihkan pembicaraan.
"Aku tidak penasaran, tidak peduli dan tidak mau menikah !" Teriak Dionna
"Ya sudah. Besok kau akan bertemu dengan calon suamimu, siapkan dirimu untuk tidak terkejut. " Ucap Ellen sebelum ia melenggang meninggalkan kamar putrinya.
Dionna ingin menangis bukan karena bahagia tapi kesal ! Diumur yang baru menginjak angka dua puluh dua tahun kedua orang tuanya baru saja mencetuskan ide gila tentang konspirasi bernama pernikahan.
Dionna sudah berkomitmen sebelum cita-citanya jelas, dia tidak akan menikah sebelum umur 30. Dionna ingin menghabiskan sisa hidupnya sebagai wanita bebas yang punya banyak uang. Bukannya terikat pada penjara yang bernama pernikahan.
Kenapa mendadak hidupnya jadi tragis seperti ini ?
••••
Jevana Andararesta baru saja kembali dari Singapura setelah satu minggu berlibur disana dan ia langsung bergegas mengunjungi kediaman Dionna setelah mendapatkan berita bahwa sahabatnya Dionna Patrania akan segera menikah karena sudah dijodohkan.
"Dionna sudah berada dikamarnya selama delapan jam , dia tidak mau bertemu dengan siapapun. "Jelas Ellen pada Jenava didepan kamar Dionna.
"Tenang saja Tan, sekalipun Dionna tidak mau membuka pintu kamar ini, aku akan tetap mendobraknya heheh." Jawab wanita itu dengan kekehan ringan.
Jevana Andraresta adalah salah satu sahabat yang paling tahan dengan kelakuan Dionna, katakanlah kelakuan dan sifat mereka sebelas--dua belas mungkin itulah salah satu faktor penguat dan kecocokan yang menjadi langgengnya ikatan persahabatan mereka.
Setelah mengangguk dengan penjelasan Ellen, Jenava tidak langsung mengetuk ataupun mendobrak pintu kamar Dionna seperti yang ia candakan pada Ellen. Wanita itu membuka tas yang ia pegang lalu mengeluarkan secarik kertas kecil berbentuk persegi panjang lalu menyelipkan kertas itu di celah bagian bawah pintu kamar barulah ia mengetuk pintu.
Dan dalam hitungan detik pintu langsung terbuka lebar menampakkan perempuan dengan balutan gaun tidur satin merah .
"Jen, kau mendapatkannya ?" Dionna berseru girang sambil memegang secarik kertas yang diselipkan Jenava.
Gadis berponi dengan pipi chubby itu mengangguk . "Sudah kukatakan jangan pernah ragukan keahlianku Nona.."
Dionna melompat girang, jingkrak-jingkrak seperti kelinci, Dionna layaknya bocah yang baru mendapatkan hadiah impiannya dari orangtuanya. Namun pada kasus Dionna, dia tidak mendapatkan hadiah dari orangtuanya melainkan dari sahabat tercintanya.
Kemudian Jena mengeluarkan kotak perhiasan lalu memberinya pada Dionna. "Ini oleh-olehmu sekaligus hadiah karena sebentar lagi kau akan menikah."
Dionna tak lagi mendengar apa yang dikatakan Jenava , wanita itu fokus membuka kotak perhiasan mewah pemberian Jenava .
"Kau yang terbaik Jena.. Ahh---akhirnya aku mendapatkan koleksi anting musim gugur channel yang hanya ada lima didunia.." Teriak Dionna kegirangan hampir kehabisan napas karena belum berhenti meloncat.
"Karena aku mendapatkan anting itu dengan susah payah, maka kau harus menggunakannya dihari pernikahanmu..." wajah sumringah Dionna seketika masam.
Jenava memperhatikan Dionna dari atas hingga kebawah, perempuan itu masih cantik. Meski tidak terlihat memprihatinkan , Jenava tahu sahabatnya itu sedang sedih.
Mata perempuan itu tidak sembab karena Dionna bukanlah sosok perempuan yang akan menangis karena dijodohkan, Dionna hanya akan membuang air matanya karena tak bisa membeli barang impiannya.
Dan kini mereka berdua duduk bersila diatas ranjang akan membahas tentang perjodohan Dionna.
"Jadi siapa pria yang akan dijodohkan denganmu ?' Jenava membuka pembicaraan
"Tidak tahu." Jawab Dionna tidak minat, ia lebih tertarik dengan kilau anting yang diberikan Jena .
"Apa ?! Kau tidak tahu seperti apa rupa pria yang akan menjadi suamimu ?" Jena memekik
"Seperti apapun rupanya tidak akan mengubah keputusan kedua orangtuaku untuk menikahkanku.."
"Tapi Dionna, ini menyangkut harga diri. Bagaimana nanti kalau calon suamimu itu seumuran Om Harrie ? kepala plontos, perut buncit, berkumis teb---"
"STOP !" Oh---mendengarnya saja Dionna hampir pingsan. "Aku yakin Mamaku cukup waras dalam memilih calon suami untuk putri satu-satunya." Kata Dionna 100 persen yakin.
"Tapi---aku tidak yakin dengan selera Tante Ellen."
"Menurutku tidak masalah kalau tidak tampan, asalkan dia kaya dan mau membiayai semua kebutuhanku, aku setuju." celetuk Dionna.
Uang adalah segalanya bagi Dionna.
"Matrealistis itu realistis." Kata Jena memaklumi " tapi dengan wajah jelek , bagaimana kau akan menghadapi mulut-mulut beracun mereka saat reuni SMA nanti ? Kau akan jadi bulan-bulanan diacara reuni bulan depan."
"Jawabannya hanya aku tidak perlu membawa suamiku keacara reuni, simplekan ?" Sahut Dionna masa bodoh.
"Dasar bodoh, bagaimana kalau calon suamimu itu seorang kolot dan posesif , dia pasti takkan membiarkanmu kemanapun sendirian dengan wajah cantikmu itu." Dionna menggeleng ngeri , sekarang dia menyesal karena menolak tahu siapa calon yang akan menjadi suaminya kelak.
Jena mendekatkan tubuhnya lalu mendesah pelan dengan kebodohan sahabatnya "Sabar. Terimalah nasibmu.." katanya pelan sambil menepuk pundak Dionna.
"Jen, apa yang harus aku lakukan ? Besok aku akan bertemu dengan calon suamiku.." Dionna hampir menangis meminta saran sahabatnya.
Bagi Jenava yang namanya persahabatan selalu menjadi garda terdepan dalam setiap suka maupun duka, menjadi payung sekaligus kilat saat badai datang menyerang dan sekarang Jenava harus melakukan sesuatu untuk Dionna.
"Dionna, aku punya ide..." Kata Jenava tiba-tiba dengan mata berseri.
•
•
•