[⚠️Disclaimer ⚠️
Jangan singgah kalau tak sungguh. Jangan buka bab kalau sekadar kepo di awal, apalagi cuma boom like doang. Ikuti cerita ini sampai tamat, rasakan sensasi punya bestie yang cetar membahana badai.]
.
Popoy, Gilang dan Lele adalah sahabat satu geng yang membagongkan. Masuknya Gilang sebagai anak baru memunculkan gonjang-ganjing dunia persilatan.
Lele, pewaris Uchiha yang adalah jelmaan Sarada akan membawa kalian semua ke dalam cerita anak SMA terdahsyat sedunia menembus universe alam khayal hingga alam barzah.
Bacalah, maka kalian akan menemukan teori konspirasi di dalamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bulan Separuh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Welcome to Brotherhood
"Ehem... Ehem..." Gilang sengaja berdeham buat ngasih tahu kehadirannya di hall. Dia sedang berdiri di depan pintu hall. Orang-orang yang ada di sana pun menoleh serentak.
"Woi!" kata seseorang. "Siapa lu?" kata orang lainnya. "Ini lah yang namanya Gilang," seru orang yang lain lagi. "Oh jadi lu yang namanya Gilang? Sini lu!" kata orang yang badannya paling kekar. Dialah Jaya.
Gilang dan Jaya pun saling berdiri berhadapan. "Tonjok gue!" kata Jaya. Lima orang lainnya cuma ngeliatin doang dari pinggir dengan berdiri melingkar.
"Kita ada masalah apa?" tanya Gilang. "Tonjok gue!" kata Jaya sekali lagi. "Apa kita pernah kenal?" tanya Gilang lagi. "GUE BILANG, TONJOK GUE! APA LU BUDEG?" bentak Jaya.
Gilang yang terlihat terkejut kaya latah gitu lansung ninju perut Jaya. "Hahaha... Tonjok gue, bukan ngelitikin!" protes Jaya. Sekali lagi Gilang mendaratkan kepalan tangannya kali ini ke muka Jaya.
Muka Jaya terdorong. Jaya mengangguk-angguk setelah mengelus hidungnya yang terkena tinjuan Gilang. "Bagus, bagus," kata Jaya.
"Tapi kayanya lu tetap butuh contoh gimana cara ninju yang bener itu gimana," kata Jaya. Jaya melirik ke teman-temannya di sekitar sambil senyum-senyum dan tiba-tiba...
BUUUUUG...
Sebuah pukulan keras mendarat di perut Gilang. Gue pun syok, sampe gue refleks nutup mulut gue dengan mata yang berkaca-kaca.
Gilang terlihat terbatuk-batuk setelah badannya terdorong ke belakang. Dia membungkuk sambil memegang perutnya.
"Kaya gitu caranya nonjok orang, Boy!" kata Jaya. "Mulai sekarang gue ga mau tahu pokoknya elu harus bisa nonjok orang!" kata Jaya.
"Dan bisa mengelak dari tonjokan orang." Biang kerok kita pun datang, Puput.
"OSH..." semua orang di sana terkecuali Gilang memberikan salam kepada Puput sambil membungkuk secara berbarengan.
Gilang sangat terkejut, gue yakin banget buat itu. Hanya saja Gilang orangnya ga ekspresif. Gue yang menyaksikan itu aja merasa ter-jrengjreng-kan. Kaya ada musik latar yang bunyinya "jreeeengjreeeng...". Sinetron banget, gue, anjoy.
"Cara nonjok orang yang bener, tadi lu udah diajarin kan? Sekarang hindari serangan gue!" kata Puput.
Puput pun mengayunkan pukulan awalnya kaya seolah bakal kencang banget tapi di tengah-tengah gerakan tiba-tiba jadi melambat. Gilang kaya terpaku gitu dan dia menghindar dengan cara cuma bergeser sedikit dari tempatnya berdiri. Gerakan Gilang sangat-sangat ga estetik.
Jaya pun maju sambil narik kerah baju Gilang ke atas. "Heh, jaga mata lu! Lu kira gue ga tahu dari tadi mata lu itu jelalatan ke sensei gue?" ancam Jaya.
"A-apa... apa yang si Gayung ini lakuin tadi?" kata Puput. "Iya, gue juga lihat kalau dia merhatiin badan sensei dengan sok serius," kata anak lainnya.
"Lu bisa mesum juga?" tantang Puput sambil memajukan dadanya dan bertolak pinggang. "Enggak! Serius, bukan seperti itu," kata Gilang membela diri.
"Kampr3t lu! Sensei kita ini punya niatan yang baik sama elu! Dia mau bikin lu belajar beladiri, tapi lu malah m3sum! Ya elah, Boy... Boy...!" kata anak lainnya.
"Bukan! Please... bukan begitu," kata Gilang yang ketakutan karena terlihat hampir dikeroyok.
"Stop teman-teman. Biarin dia ngomong. Kita dengerin alasan dia," kata Puput. "Kalau ga ada Sensei, huh... lu! Gue abisin lu!" kata Jaya sambil seolah-olah hampir meninju Gilang. "Ssst... Bray! Tenang Bray!" kata Puput.
"Saya tadi cuma memperhatikan gerakan Puput. Pukulan itu agak berbeda dengan gerakan Bang Jaya tadi," kata Gilang. "Maksud lu?" kata Jaya heran.
"Puput, eh, maaf... Maksud saya Sensei Puput, dia memukul dengan tambahan effort dari pinggul kemudian bahu. Pinggangnya disentak lalu kekuatan itu seolah mengalir ke bahunya. Sentakan pinggang membuat badan termasuk bahu ikut berubah arah, badan pun jadi memutar. Gerakan badan itu membuat kekuatan pukulan bukan berasal dari tangan saja, tapi juga dari bahunya. Tangannya hanya tinggal mengayun saja," jelas Gilang.
Semua orang termasuk Jaya melongo mendengar penjelasan Gilang. Sementara Puput, dia senyum-senyum.
"Lu menghina gue?" lagi-lagi Jaya menarik kerah baju Gilang. Kali ini Puput membiarkannya. "Ngaku lu, kalau elu tadi pura-pura ga bisa ninju gue! Lu mau main-main sama gue, huh?" kata Jaya.
"Demi Tuhan, saya belum pernah belajar karate! Saya sama sekali ga jago meninju-ninju seperti yang Abang bilang," kata Gilang. "Halah! Bacot!"
BUUUG...
Lagi-lagi sebuah pukulan mendarat di perut Gilang. Gilang terlihat kesakitan.
"Darimana lu belajar teori pukulan yang tadi lu sampein?" tanya Puput sambil membungkuk, menyamai posisi Gilang yang membungkuk kesakitan sambil memegang perut.
"Saya ini cuma seorang kutu buku. Saya cuma menyesuaikan apa yang saya lihat barusan dengan apa yang saya pelajari. Kamu menggunakan gaya fisis. Gaya sentripetal putaran pinggang membuat energi pukulan meningkat. Sebagaimana massa dikalikan dengan kecepatan tangensial kuadrat dari setiap jarak pusat ke tepian pinggang. Begitu juga berlaku pada bahu, tapi energi bahu sudah mengalami effort dari pinggang tadi. Sedangkan tangan cuma sebagai tuas pengeksekusi," jelas Gilang.
Orang-orang pun saling adu pandang. Beberapa di antara mereka menggeleng. Gue pun terkesima dengan penjelasan Gilang sampai HP yang gue pegang buat merekam miring-miring bahkan hampir jatuh. Soalnya gue merhatiin Gilang secara langsung, bukan dari layar HP.
Puput pun bertepuk tangan, lalu anak-anak lainnya pun itu bertepuk tangan termasuk Jaya.
"Reinhard!" Puput lalu memanggil salah satu di antara mereka dan melirikkan matanya seolah memberikan tanda. Orang itu pun pergi sebentar lalu kembali dengan membawa sesuatu.
Gue pun melakukan zoom in camera di HP gue, ternyata benda yang dibawa lalu dikasihkan ke Gilang itu adalah baju karate lengkap dengan sabuk putihnya.
"Simpan ini di locker lu, ga perlu dibawa pulang. Kalau mau nyuci karena keringat, lu laundry aja. Gue juga ga yakin lu punya tenaga buat nyuci baju setebal ini. Jam latihan kita hari minggu pagi dan selasa malam. Tapi, khusus lu, kita latihan selasa dan kamis jam setengah 7 pagi. Jadi setiap dua hari itu lu wajib datang ke sekolah lebih awal. Untuk SPP ga ada karena dibebanin ke pihak sekolah. Kalau ada yang mau lu tanyain, tanyain sekarang. Karena setelah ini terutama di kelas kita ga akan ngobrolin hal ini lagi," jelas Puput.
Gue melihat karisma Puput ketika dia bicara gila banget. Gue bangga jadi sohibnya Puput.
"Kamu melakukan semua ini untuk saya?" tanya Gilang. "Lu khawatir kami-kami ini bakal membully elu?" kata seseorang di antara mereka sambil menepuk bahu Gilang. "Kami peduli sama elu, Lang," sambung yang lain. "Gue dengar-dengar ada orang yang suka nyiksa elu. Siapa orangnya, Lang?" kata Jaya sambil menggeretakin jari-jari tangannya. "Kalau lu butuh bantuan, jangan segan-segan bilang aja sama gue," kata Jaya.
Sumpah, gue terharu banget sama momen ini. Sampai berkaca-kaca mata gue.
"Saya mau minta tolong sama teman-teman di sini," kata Gilang. "Apa itu, Boy?" tanya Jaya. "Saya minta tolong jangan sampai ada orang lain yang tahu kalau saya ikut ekskul karate ini. Saya ga mau berita ini sampai ke telinga orang tua saya," lanjut Gilang. "Jadi bokap-nyokaplu ngelarang lu ikut ekskul karate?" tanya anak lainnya. Gilang pun mengangguk. "Bahkan semua ekskul di sekolah ini," jawab Gilang.
TINGTILUTTILUTTINTING...
Tiba-tiba terdengar suara dering HP dari balik pintu hall. Beberapa di antara teman-tan Puput pun segera memastikan siapa itu, sepertinya ada orang yang diam-diam nguping.
TUKTUKTUK
Suara orang berlari menjauh. Benar, sepertinya ada yang sedang menguping kejadian ini selain gue.
tp benar juga sih Le rencana lo biar gayung papoy jadian, krn sebenarnya papoy suka ama gayung😁krn Gilang dah puy Mentari jd Papoy cm memendam di dlm hati
tp yg bikin sedih banget klo lele gk bertemu vino, gk tau vino dah mati atau masih hidup
itu yg q rasakan, hewan yg ku sayangi pergi gk kembali padahal di rawat dari msh orok🤧
duh gilang kw bisaan ngetawain papoy kw yang lagi menstruasi ntar gantian kau yang diketawain
barengan nih gilang kw mimpi basah puput kw datang bulan cucok lah kalian